dakwatuna.com – Anak-anak di batas negeri tak luput dari sorotan publik. Terutama dari pemerintahan pusat. Apalagi apabila kita lihat batas negara ini dikenal orang sebagai beranda/teras suatu negara. Beranda inilah yang akan menjadi penilaian pertama negara tersebut. Apabila teras/berandanya tidak terawat dengan baik, maka negara tersebut tentulah dinilai tidak baik oleh negara tetangganya.
Anak-anak perbatasan yang selalu semangat menuntut ilmu menghadapi kelelahan dan marabahaya seakan menjadi semangat baru bagi guru-guru yang akan mengajar. Seharusnya dengan kondisi seperti itu, anak-anak bisa lebih percaya diri dan optimis dalam belajar. Siapa sangka, ternyata dengan semangat yang membara seperti itu tidak diimbangi dengan rasa percaya diri yang besar pula. Entah apa yang menjadi kendala mereka seperti itu, hanya tebak-tebakan kurang jelas yang saya pikirkan. Tentulah hal yang paling yang harus kita lakukan adalah dengan mencari solusi, bukan dengan mencari masalah-masalah yang ada. Memang tidak salah mencari akar permasalahan yang ada, tetapi apabila pola pikirnya seperti itu dengan terus mencari masalah, bukan solusi yang kita dapatkan, melainkan setumpukan masalah yang belum ada solusi penyelesaiannya.
Percaya diri memang sangat diperlukan oleh setiap orang. Percaya diri merupakan modal awal dalam berprestasi. Baik dalam prestasi belajar maupun prestasi dalam bekerja. Tanpa ras percaya diri, meskipun orang tersebut mempunyai kemampuan, dia akan sulit dalam mengembangkan kemampuannya.
Rasa percaya diri memang tidak datang dengan sendirinya. Perlu beberapa latihan dalam meningkatkan rasa percaya diri. Apabila anda seorang guru, tentulah sering menemukan anak yang kurang percaya diri ketika belajar. Hal tersebut dapat kita lihat dari semangat belajarnya salah satu contoh sikapnya adalah tidak mau mengerjakan soal karena takut salah, malu untuk bertanya, atau mungkin terlihat murung dan ketakutan ketika di dalam kelas.
Itulah beberapa kasus yang sering saya temui di dalam kelas. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut. Dari hasil pengamatan saya di sekolah, hal tersebut berakar dari gurunya yang kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam menunjukan kemampuan dan bakatnya. Sehingga bakat dan kemampuan anak terpendam dan sulit dikembangkan.
Tuntutan kurikulum yang sangat banyak membuat guru cukup tersibukkan dengan administrasi-administrasi yang harus dipersiapkan. Sehingga banyak guru yang kehilangan idealismenya dalam mengembangkan pendidikan karena hal tersebut. Guru yang awalnya menikmati suasana pembelajaran, karena banyaknya administrasi yang harus dipersiapkan, yang pada akhirnya membuat jenuh guru tersebut. Guru hanya memenuhi tuntutan kurikulum saja, tanpa bisa mengembangkan dan meningkatkan potensi dari setiap peserta didik.
Sudah saatnya kita sebagai tenaga pendidik bisa lebih memperhatikan lagi kemampuan serta potensi peserta didik sehingga mereka bisa lebih percaya diri dalam mengembangkan bakat serta minat yang ingin dikembangkannya. Tak perlu sulit, cukup dengan aktivitas-aktivitas sederhana yang bisa kita lakukan, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas.
Melihat mayoritas guru pada saat ini, karena tuntutan kurikulum yang banyak, membuat guru cukup “kewalahan”. Tetapi meskipun demikian, tidak menutup seorang guru dalam berkreativitas di kelas. Dari hasil pengalaman saya mengajar di daerah perbatasan ini, ada beberapa hal yang ingin saya bagi dalam meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, di antaranya,
Pertama, berilah kesempatan peserta didik untuk menunjukan dan mengembangkan bakatnya. Menurut teori Multiple Intelegens “Anaka-anak itu unik, masing-masing mereka mempunyai kemampuan yang berbeda.” Oleh karena itu, sebagai seorang guru sudah sepatutnya untuk memfasilitasi setiap kemampuan siswa. Memberikan kesempatan bertanya, menanggapi apa yang mereka pikirkan, serta memfasilitasi setiap keinginan mereka menjadi beberapa contoh dasar dalam mengembangkan bakatnya serta lebih menambaha rasa percaya diri mereka.
Kedua, Motivasi peserta didik setiap harinya. Motivasi memang sangat berpengaruh terhadap suasana belajar. Menurut Mc Donald, motivasi merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga jelaslah apabila setiap pagi kita selalu memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar bagi mereka, secara otomatis akan berpengaruh kepada rasa percaya diri mereka.
Ketiga, Berilah apresiasi peserta didik. Apresiasi merupakan sebuah penghargaan. Sejatinya manusia tentunya menginginkan sebuah penghargaan, karena ketika seseorang sudah mendapatkan penghargaan karena seuatu hal, maka orang tersebut akan menikmati sesuatu hal tersebut. Menurut G. H. Hardy beliau mengungkapkan seseorang yang appreciate terhadap sesuatu maka orang tersebut menikmati (enjoy) sesuatu tersebut (enjoyment). Dengan memberikan ucapan hebat, pintar, bagus, cerdas, ketika siswa mengerjakan soal, meskipun pengerjaannya belum tepat, itu akan membantu mereka dalam menyukai pelajaran. Apalagi dengan apresiasi-apresiasi yang lebih menarik yang dapat meningkatkan rasa suka dalam belajar.
Keempat, buat sebuah kegiatan sederhana diluar jam sekolah. Hal seperti ini memang hal yang sulit dilakukan oleh setiap guru, ketika jam sekolah sudah selesai, tentunya tidak ada lagi kegiatan yang wajib dilakukan oleh seorang guru. Tetapi hal inilah yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. Ekstra kurikuler merupakan kata yang tepat dalam kegiatan ini. Ekstra kurikuler harus dimanfaatkan secara maksimal. Seorang pendidik harus cerdas menganalisa setiap potensi yang dimiliki peserta didik. Hal tersebut juga berguna dalam menjalin kedekatan antar guru dan peserta didik.
Dengan kegiatan-kegiatan sederhana seperti ini, setidaknya bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. Mungkin masih banyak lagi cara-cara yang bisa dilakukan. Yang terpenting, kita sebagai guru lebih peka terhadap kondisi peserta didik. Ikhlas dalam mengajar menjadi kunci utama dan modal dasar dalam kesuksesan belajar.