Topic
Home / Berita / Perjalanan / Eksplor Sumbawa Barat: Ai Mante yang Menghilang

Eksplor Sumbawa Barat: Ai Mante yang Menghilang

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Warga Mante bergantian mengambil air (spesial)
Warga Mante bergantian mengambil air (spesial)

dakwatuna.com – Masyarakat Indonesia dilanda kekeringan. Terlebih warga di daerah timur. NTT misalkan, bahkan saking kerasnya panasnya matahari, tanpa disertai hujan. Warga kehilangan sumber makanannya. Beberapa terpaksa makan sagu yang sudah dikeringkan.

Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Kabupaten Sumbawa Barat juga mengalami hal serupa. Kekeringan terjadi di daerah ini. Desa Mantar, Kecamatan Pototano, Kabupaten Sumbawa Barat salah satunya. Lima bulan sudah hujan tak kunjung datang, sedangkan kebutuhan air masyarakat masih sangat tinggi.

Kondisi Mantar yang berada di daerah ketinggian mengharuskan warganya mengelola sawah tadah hujan. Sehingga di musim kering seperti ini, sawah-sawah tidak lagi produktif. Sedangkan mata pencaharian warga di sini adalah dari bertani.

Penduduk Desa Mantar lebih dari 200 keluarga. Jika untuk mengairi sawahnya adalah dengan mengandalkan turunnya air hujan, maka air untuk kebutuhan minum dan memasak dapat di penuhi dari Ai Mante (air mante). Air Mante ini adalah situs bersejarah bagi warga Mantar, karena terdapat mitos di dalamnya. Selain itu air yang keluar dari sebuah lubang yang di tutup gong ini, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga sekitar.

Di musim kering seperti sekarang ini, warga mantar kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur-sumur yang adapun sudah mulai mengering. Bahkan air mante yang bersih kini sudah berubah warna, menghijau, dan debit airnya pun semakin sedikit. Warga mengeluhkan kondisi ini. Meski sebenarnya pemerintah sudah menjanjikan akan menaikkan air dari bawah, namun entah kapan realisasinya.

Menurut warga sekitar, jika dalam dua bulan ini hujan tidak kunjung turun, kemungkinan besar air mante pun akan habis. Dan warga akan kesulitan mendapatkan air. Saat ini saja warga biasa mendapatkan air dengan cara bergiliran.

“Kita bergiliran ambil airnya, kadang ada yang pagi, dan ada juga yang tengah malam. Kami menunggu sampai airnya kembali penuh” tutur bu Ratna, salah satu warga Mantar.

“Jika air mante sudah habis, kami terpaksa harus turun gunung, mengangkut air dari dalam hutan sana” tambahnya, sambil menunjuk ke lokasi pengambilan air.

Menurutnya warga akan mengambil air dari dalam hutan, air tete namanya. Lokasi ini merupakan sungai kecil di dalam hutan, di mana berdasarkan janji pemerintah Sumbawa Barat air ini akan diangkat ke Mantar.

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumnus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peraih medali perunggu di even I-Envex 2015 Malaysia. Pernah aktif menjadi ketua BEMJ Kimia 2010. Penggiat literasi di Komunitas Ngejah, Garut. Saat ini menjadi Relawan guru di Sekolah Guru Indonesia di tempatkan di SDN Mantar, Kabupaten Sumbawa Barat.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization