[caption id="attachment_74669" align="alignright" width="330"] BMM menggelar acara Seminar Sehari Teori dan Praktik Penulisan Fiksi di Depok, Sabtu (12/9/15). (Neneng.FF/BMM)[/caption] dakwatuna.com - Jakarta. “Ilmu itu ibarat binatang buruan, dan menulis adalah cara mengikatnya”, demikian petuah bijak dari Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib. Ungkapan ini sangat tepat untuk memotivasi kita supaya terus menulis. Karena jika berhenti menulis, maka ilmu akan lepas. Apalagi menulis dan membaca adalah pekerjaan mulia yang dijalankan ulama zaman dulu. Meskipun memang pekerjaan itu sudah mulai ditinggalkan umat muslim saat ini. “Menulis dan membaca adalah satu pekerjaan ulama yang sudah mulai ditinggalkan umat Muslim saat ini,” ujar Sinta Yudisia, Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Pusat, di acara Seminar Sehari Teori dan Praktik Penulisan Fiksi, Sabtu (12/9/15) di Depok, Jawa Barat. Acara Seminar Sehari; Teori dan Praktik Penulisan Fiksi ini diselenggarakan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) dengan menghadirkan 2 orang narasumber, yaitu Boim Lebon & Sudiyanto. Tak disangka, di akhir sesi hadir Ketua FLP Pusat, Sinta Yudisia. Menurut Sinta, banyak pengalaman luar biasa yang didapatkan dari menulis. Tidak sekedar mengikat ilmu, tapi juga perantara dikabulkannya doa. “Dari menulis, saya bisa mengunjungi tempat-tempat yang ada dalam doa-doa saya. Ya Allah, semoga saya bisa mengunjungi negeri-negeri muslim. Dan Alhamdulillah, saya bisa ke Palestina tahun 2010,” tambah Shinta yang hadir memberi kejutan panitia. Di hadapan 45 orang peserta, ia menyampaikan kebahagiaan sebagai seorang penulis. Ada kebahagiaan tersendiri bagi seorang penulis. Tidak sekedar berharap royalty, namun lebih daripada itu yaitu adanya kepuasan batin. “Penulis akan merasa bahagia ketika beberapa tahun kemudian bertemu dengan seseorang yang tidak dikenal dan menanyakan, mba’, mas itu yang menulis buku itu, ya. Tulisannya sangat menginspirasi saya, lho. Itu sangat bahagia sekali rasanya,” ujar penulis kelahiran Yogyakarta 41 tahun, yang tulisannya mendapatkan puluhan penghargaan dari berbagai pihak. Senada dengan Sinta, Boim Lebon. Pria yang dikenal sebagai penulis cerita Lupus Kecil/ABG ini tampil sangat menghibur. Hampir setiap kata yang terucap, pasti diakhiri kata-kata yang menggelitik. Tak pelak, sejak awal dia bicara, peserta diajak terus tertawa. “Umur saya masih muda, 48 tahun, kenapa masih muda karena seumuran dengan grup musik JKT 48. Seumuran dengan mereka berarti kan masih muda,” ujar Boim disambut tawa renyah dari peserta. Kepala seksi kreatif di salah satu televisi swasta yang identik dengan peci putih di kepala itu, bercerita banyak tentang pengalaman menulis dan bekerjanya di berbagai tempat. Ia mengatakan dunia tulis menulis jika ditekuni akan mendatangkan banyak manfaat. Dan tidak usah khawatir dengan latar belakang pendidikan. “Banyak cerpenis yang back ground-nya, dokter. Ada cerpenis yang juga ahli perminyakan,” tambah sosok yang dianggap cocok dengan karakter Boim dalam serial Lupus dan mendampingi sosok Lupus dalam cerita era 1990an itu. “Boim itu sudah kecil, item, kriting dan hidup lagi,” ungkap Boim disambut tawa riuh peserta seminar. Narasumber lainnya adalah Sudiyanto. Salah satu Ketua FLP Pusat itu mendorong peserta agar semangat menulis. Sebab, orang-orang hebat dulu adalah seorang penulis. “Soekarno, Hatta, Natsir. Mereka para penulis luar biasa,” ujar Sudi, panggilan akrabnya, sambil menyontohkan Natsir, ketika di pesawat, dari Bandara Soetta ke Jeddah, bisa menghasilkan bahan untuk buku, padahal hanya menggunakan ketik manual. Ia memberi tantangan kepada peserta yang semuanya adalah penerima beasiswa BMM, untuk membuat buku dari acara ini. “Dari acara ini harus jadi buku. Jangan kapan-kapan, tapi harus segera dan dikasih deadline,” dorong Sudi sekaligus menyampaikan bahwa menulis adalah sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Sang Pencipta. Sebanyak 5 orang peserta mendapatkan penilaian terbaik dari narasumber. Mereka ditugasi menulis tentang Baitulmaal Muamalat untuk dinilai narasumber pada saat itu. Di akhir acara, sambil mengutip pesan Imam Al Ghazali, Sinta berpesan, kalau kamu bukan seorang Raja, bukan seorang ulama, jadilah kamu seorang penulis agar selalu hidup dan didoakan banyak orang. “Berbagilah dengan menulis, insya Allah keberkahan itu akan terus mengalir dari tulisan kita,” ungkap Sinta disambut tepuk tangan meriah peserta. (sbb/dakwatuna)