Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menikmati Takdir Kita Sebagai Manusia

Menikmati Takdir Kita Sebagai Manusia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

renungan-hidupdakwatuna.com – Tiada Tuhan selain Engkau yang Maha suci Engkau sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim (QS. Al-Anbiya : 87)

Saudaraku sekalian yang dirahmati oleh Allah banyak sekali kenikmatan-kenikmatan yang telah kita ambil untuk diri kita yang dianugerahkan olehNya sang Maha pemberi, tiada sekalian Dia mengharap imbalan atas apa yang telah diberikan kepada kita para hambaNya ini, selain menginginkan sebuah bentuk kesyukuran kita terhadap apa yang telah diberikan, baik itu bersyukur dengan cara menjalankan apa yang menjadi perintahNya dan laranganNya maupun bersyukur dalam hal bermuamalah dengan sesama makhluk ciptaanNya.

Setiap cintaNya yang ia turunkan ke bumi tidak lain menjadi sebuah faktor pembelajaran bagi manusia dan makhluk lainnya agar senantiasa memetik apa yang telah terjadi dalam dirinya maupun yang terjadi pada makhluk lainnya.

Bukan tidak mungkin sebagai manusia yang tempatnya lupa dan hina kita tidak pernah berpikir bahwa apapun yang kita raih adalah semata-mata sebuah ujian yang akan meninggikan derajat kita di hadapan Allah atau sebaliknya yang membuat kita masuk dalam lubang kehinaan yang amat mendalam.

Mari kita bersama memutar memori kita mengingat sebuah kisah dari seorang Nabi Allah yang mulia yang bernama Yunus as. Dikisahkan bahwa Nabi Yunus dilemparkan ke laut lalu seketika datang ikan besar lalu ditelan. Malam yang gelap tiada penyinar dan bertambah lagi ketika Nabi Yunus berada dalam perut ikan yang besar, sebagai Manusia Nabi Yunus merasa takut akan hal itu.

Tiadalah semua harapan bergantung kepada Allah, ketika itu juga sang Nabi berucap dan mengikhlaskan hatinya berdoa kepadaNya لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ lalu dengan doa ini pula yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya beliau dari sebuah penderitaan.

Lalu apa manfaat yang kita dapat petik dari kisah ini, bahwa kita adalah manusia yang lemah dan penuh dosa, tidak ada kemampuan manusia yang bisa menandingi kemampuan sang Pencipta, karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang kembali mengingat Allah.

Saudaraku, bukankah kita telah banyak disajikan tentang orang-orang sebelum kita agar kita pandai memposisikan diri untuk mengingat dan memperbaharui iman dan amalan kita. Karena itu masa depan kian menanti dan dunia semakin berubah pada setiap masa, nafsu terhadap dunia dan isinya merupakan kelalaian kita sebagai manusia.

Karena itu tidak ada pencipta, pengatur dan pelindung selain zat yang di tanganNya terdapat rahasia langit dan bumi. Maka segala sesuatu tunduk dan patuh pada aturanNya. Wallahu’alam.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Kabid Kaderisasi dan Dakwah PD PII Bima 2007-2008.

Lihat Juga

Ketika Takdir Berkata

Figure
Organization