Topic
Home / Pemuda / Pengetahuan / Bimasena, Nabi Ibrahim, dan Decoding “Qurban” pada Jaringan 5G

Bimasena, Nabi Ibrahim, dan Decoding “Qurban” pada Jaringan 5G

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com – Hari ini hari pertama Dzulhijjah, sebuah awal hari dalam 10 hari utama dalam Dzulhijjah yang ujungnya nanti adalah pelajaran tentang ber-Qurban. Tiga tahun lalu seorang mahasiswa Mesir di Kampus JAIST, Ishikawa mengatakan bahwa sebutan yang benar bukan “qurban” melainkan “udhiya“. Oleh karena itu namanya Idul Adha, bukan Idul Qurban. Dia kemudian melanjutkan bahwa perbedaannya, “udhiya” adalah hewan untuk dipersembahkan kepada Allah SWT, sedangkan kata “qurban” lebih kepada persembahan (umum) kepada SELAIN Allah SWT.

Saya melanjutkan bertanya, bagaimana jika “qurban” (sapi, kambing) itu diperuntukkan kepada Allah SWT? Dia tertawa dan bilang bahwa kalau begitu namanya “udhiya”. Akhirnya, dia bilang bahwa terserah menyebutnya apa, yang penting jangan lupa adalah niatnya kepada Allah SWT.

Sempurnanya sebuah ujian

Begitu beratnya ujian ber-qurban ini mungkin sulit dipahami jika tidak mengalami langsung ujiannya. Nabi Ibrahim, seorang nabi yang lama belum mempunyai anak, sekali-kalinya dikaruniai seorang putra, bernama Ismail, tapi akhirnya diminta disembelih juga. Ujian yang begitu sempurna beratnya.

Begitu sempurnanya dan beratnya ujian nabi Ibrahim menjadikan kisah ini dipakai oleh Prabu Kresna untuk menasihati Bimasena atau Werkudara ketika kehilangan putra tercintanya, sang “otot kawat balung wesi”, Gatotkaca. Saya mengapresiasi sang dalang ketika mengangkat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ini dalam kancah Perang Baratayuda hari ke-14. *smile*

Perang Baratayuda adalah perang suci, karena di dalamnya semua keburukan/maksiat yang dilakukan peserta perang akan terbalaskan semua. Juga tidak semua tokoh yang menang selalu bahagia, karena perang ini bukan perang biasa. Karena yang berhasil membunuh Gatotkaca dengan senjata Kuntawijayadanu sebenarnya juga tidak bahagia karena senjata itu asalnya ia hemat dan jaga baik-baik untuk mengalahkan Arjuna.

Gatotkaca Gugur

Karena terpaksa memakai senjata Kunta itu karena Gatotkaca menyerang begitu hebat dan kekuatan berlipat di malam hari karena ajian gelap sayuto. Dengan Kotang Antrakusuma, Gatotkaca terbang setinggi-tingginya saat dikejar senjata Kuntawijayadanu. Senjata itu terus mengejar karena warangka atau sarungnya berada di dalam tubuh Gatotkaca. Gatotkaca mengetahui bahwa takdirnya sudah dekat, namun sifat baiknya tidak sirna untuk tetap berkontribusi meskipun ajal sebentar lagi menjemput.

Gatotkaca terbang setinggi mungkin untuk mendapatkan gaya gravitasi sehingga jenazahnya nanti jatuh dengan energi potensial gravitasi sebesar Ep=m*g*h, dengan m adalah massa, g percepatan gravitasi dan h ketinggian. Gatotkaca membesarkan badannya sebesar-besarnya menjadi raksasa untuk menambah massa m juga permukaan A agar jenazahnya bisa menimpa sebanyak mungkin pasukan Kurawa.

Gambar 1. Bima dan ketiga putranya.
Gambar 1. Bima dan ketiga putranya.

Werkudara belajar dari Nabi Ibrahim

Werkudara sangat sedih dan linglung melihat putra kesayangannya meninggal terkena senjata Kuntawijayadanu, sebuah senjata yang dahsyat, bahkan ada yang menulis daya ledaknya sama dengan bom nuklir. *smile*. Ini sudah takdir Gatotkaca akan terkena senjata itu, meskipun mungkin ada yang protes bahwa ini kesalahan Batara Narada yang salah memberikan pusaka Kuntawijayadanu. Seharusnya Kuntawijayadanu diberikan kepada Arjuna, tetapi malah diberikan kepada Karena karena wajah mereka mirip. Kekeliruan ini juga merupakan takdir.

Kresna menasihati Werkudara tidak seharusnya sesedih itu. Nabi Ibrahim kehilangan Nabi Ismail yang hanya satu-satunya putra, sedangkan Werkudara masih punya dua putra lain yaitu Antareja dan Antasena (lihat Gambar 1), meskipun Antareja dan Antasena juga sudah meninggal sebelum perang Baratayuda. Namun, Nabi Ibrahim bisa kuat dan tabah, jadi Werkudara diminta tidak linglung lagi kehilangan Gatotkaca.

Decoding “Korban” untuk Jaringan 5G

Filosofi Qurban tidak hanya menyentuh budaya masyarakat seperti pada kisah wayang di atas, namun ternyata juga terbukti “keampuhannya” secara ilmiah, terutama untuk teknologi error correction coding dalam telekomunikasi.

Tahun 2009 ditemukan oleh Ilmuwan Turki, coding baru yang disebut Polar Codes. Codes ini dibuktikan secara teori mampu mencapai capacity. Namun secara praktis kok ternyata tidak seperti yang diperkirakan, yaitu masih agak buruk dibandingkan coding yang sudah ada, meskipun masih punya kelebihan berupa kesederhanaan.

Tahun 2013 beberapa ilmuwan di Amerika menemukan cara baru untuk melakukan decoding pada Polar codes, yang mereka sebut sebagai “List Decoding”, sehingga mampu “menyelamatkan” Polar Codes. Dengan List Decoding ini Polar Codes memiliki hasil yang luar biasa (mampu mendekati decoding ideal dengan Maximum Aposteriori Probability) hanya dengan bloklength yang pendek, yaitu sekitar 1000-2000-an bits. Prinsip kerja polar codes itu dengan melakukan polarisasi channel sehingga bisa seolah-olah channel itu terbagi dua, yaitu baik sekali atau buruk sekali. Oleh karena bisa membedakan dua channel yang baik dan buruk, sehingga capacity bisa dicapai.

Karena blocklength bisa pendek tetapi hasilnya bagus, Polar Codes bisa diproses dengan sangat cepat dan menjadi kandidat kuat untuk kategori error correction codes pada Jaringan 5G. Bagi saya List Decoding adalah decoding dengan filosofi “qurban” dan semua makna pengorbanan.

Rahasia List Decoding

Rahasia List decoding sebenarnya sudah Allah SWT turunkan melalui surat Al-Baqarah: 216 yang artinya “… boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…”.

Prinsip List Decoding ini adalah dengan membiarkan “pengorbanan” terjadi, yaitu decoder bersabar dengan “penderitaan” bahwa peluang yang ia miliki itu buruk, namun tidak dibuang. Kebanyakan decoding yang konvensional adalah bahwa jika ada probabilitas rendah, biasanya akan dibuang.

Dalam List Decoding, dijaga beberapa “path”, meskipun buruk tidak apa-apa, meskipun menderita tidak apa-apa, teruskan jangan berhenti, bisa jadi di akhir proses, cabang atau peluang yang awalnya dianggap rendah tadi bisa lebih bagus daripada yang semuanya tracknya bagus di awal seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. List Decoding: boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Gambar 2. List Decoding: boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.

Gambar 2 menunjukkan cara kerja list decoding. Gambar 2 (Kiri) menunjukkan decoding biasa dengan memilih probabilitas terbaik saja dengan hasil akhir “000”. Gambar 2 (kanan) menunjukkan List decoding dengan L=2, artinya 2 path dijaga terus baik dan buruk sama-sama diambil. Ternyata, probabilitas yang awalnya buruk yaitu 0.45, di akhirnya ternyata paling baik dari semuanya, yaitu 0.26 dengan hasil decoding “100”.

Begitu pula kita dalam hidup kita, ketika kita mengalami kesulitan, penderitaan bersabar dan bersyukur, boleh jadi kita membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kita, dan boleh jadi (pula) kita menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kita.

Allahumma arinal-haqqa haqqan warzuqnat-tiba’ah, wa arinal-batila batilan warzuqnaj-tinabah, bi rahmatika ya arhamar-rahimiin.

Artinya: “Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya”.

Selamat menyongsong kebaikan kehidupan kita dengan mempelajari Hikmah Berqurban dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as. Betapapun beratnya dan buruknya kondisi, kita yakin di ujungnya ada kebahagiaan dan kebaikan, sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dengan pengabdian kepada Allah SWT, oleh Bima dan keluarganya dengan kemenangan Pandawa, dan secara numerik oleh List Decoding. (dakwatuna/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Assistant Professor at Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST).

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization