Setelah Bertahun-tahun, SDN 30 Sungai Kakap Akhirnya Gelar Upacara Perdana

Upacara bendera siswa SD di daerah terpencil (inet). (sinarharapan.co)

dakwatuna.com – 

“Pak, kapan terakhir kali kita upacara bendera?”

“Semenjak pertama kali saya ditugaskan di sekolah ini, tahun 1999, sudah tidak pernah ada upacara”.

Begitulah percakapan singkat saya dengan salah satu guru di tempat saya mengabdikan diri sebagai pendidik pagi ini.

“Kabar bahagianya adalah hari ini menjadi momentum berharga, bagi saya dan  siswa di sekolah. Akhirnya setelah sekian lama, terhitung lebih dari enam tahun, warga sekolah ini melaksanakan upacara”, kicauan dalam batin saya.

Upacara yang sangat sederhana, yang sudah berkali- kali tertunda. Tanpa pasukan pengibar bendera, tak ada suara alunan musik pengiring lagu kebangsaan, tak ada  pula seremonial mengheningkan cipta dan pembacaan pembukaan UUD 1945. Hanya dua hal  saja yang menjadi bagian upacara pagi ini, menyanyikan lagu kebangsaan, Indonesia Raya, sembari hormat pada Sang Merah Putih oleh semua peserta upacara dan amanat upacara. Sangat sederhana dan singkat. Upacara perdana kali ini hampir mirip dengan apel. Memang terkesan tak lazim karena meninggalkan beberapa urutan, semoga tak menjadi persoalan.

Bukan bermaksud tak mau berlatih. Sudah mencoba setiap pekannya kita baris-berbaris. Membuat pasukan kecil untuk pengibar bendera. Hanya kekompakannya saja belum begitu terbentuk. Lokasi sekolah yang berada di daerah parit menyebabkan halaman sekolah ini tergenang air pada musim tertentu. Ini juga menjadi pertimbangan mengapa selama ini warga SD negeri 30 Sungai Kakap, Kalimantan Barat meninggalkan upacara bendera. Hingga tiba pada musim yang tepat, air tak lagi menggenang di wilayah ini, kita upacara bendera.

Bagi beberapa sekolah, kegiatan upacara dirasa hal biasa saja. Berdiri di bawah terik matahari, mendengarkan amanat, capek dan berkeringat. Namun, upacara yang bagaikan apel ini memberikan pengalaman tersendiri dan tentunya berbeda untuk warga SD 30 Sungai Kakap. Bagi anak- anak satu lingkup sekolahan, ini peristiwa langka, pengalaman perdana. Warga sekitar yang melintas di area sekolah pun sejenak berhenti untuk sekedar menyempatkan melihat  jalannya upacara. Mereka semua boleh  jadi tak mengerti “makna” upacara. Tapi, bagi kita sebagai seorang pendidik, upacara bisa dijadikan agenda yang sarat makna.

Lewat suara anak yang melantunkan lagu kebangsaan dengan nada agak sumbang, dan tak hafal lirik lagu, sedikit demi sedikit mereka mengenal Indonesia. “Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku …” . Upacara bendera juga menjadi salah satu cara untuk memupuk kedisiplinan dan rasa cinta tanah air. Melalui upacara, kita semua dipersatukan.

Tinggal di daerah terpencil, jarang menggunakan bahasa pemersatu, bahasa Indonesia, bahkan terkadang hanya dipandang sebelah mata oleh sesama warga di Indonesia, itulah kondisi saudara-saudara kita yang berada di kawasan peolosok negri ini. Hal yang dianggap biasa oleh kebanyakan orang di luar sana, menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Rengekan pertanyaan, “Bu, kapan kita upacara?” selesai sudah. Kita sudah laksanakan agenda itu.

Lewat upacara ini semoga mereka semakin mengerti kalau Indonesia adalah negri dimana tempat mereka berpijak. Walau akses dekat dengan negara tetangga, urusan bahasa bahkan pangan sekalipun ada aroma khas dari negara tetangga, harapannya Indonesia tetap menjadi negara kebanggaan yang selalu berkibar di hati anak bangsa ini. Bagaimana pun dan apa pun keadaannya, jadikan Indonesia sebagai darah, pikiran, dan hati pada tiap anak bangsa. Di Indonesialah mereka akan bertumbuh dan di Indonesia pula mereka akan kembali. Anak bangsa yang tinggal di ujung negeri sekalipun, mereka tetap menjadi bagian kita, hidup di negara Indonesia. (Risty/sbb/dakwatuna)

Alhamdulillah sempat bergabung dengan divisi pendidikan di Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (SGI-DD) sebagai relawan guru untuk wilayah penempatan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (2014-2016) Saat ini menjadi bagian di School of Life Rumah Cahaya (Alam-Montessori-Islami)
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...