Sampan dan Buaya, Teman Setia Bocah Desa Pergi ke Sekolah

Ilustrasi. (Twitter)

dakwatuna.com – Tinggal dan hidup jauh dari pusat kota juga jauh dari keramaian orang adalah kehidupan warga Desa Kubu padi, dengan ragam suku yang berbeda mereka tetap hidup damai. Saling menghormati dan menghargai budaya dan agama masing-masing. Desa ini tidak begitu jauh dari pusat ibu kota provinsi.

Sekolah menjadi satu tempat dimana anak-anak di desa ini mengukir impiannya. Sekolah menjadi salah satu jalan untuk mereka mampu wujudkan mimpi-mimpinya. Sampan, menjadi salah satu transportasi yang harus selalu mereka gunakan setelah berjalan kaki berkilo-kilo meter. Mereka harus berangkat dari subuh agar tidak terlambat ke sekolah.

Perjalanan yang sangat jauh, rusak juga harus dilalui sampan menjadi rutinitas mereka setiap hari. Mengayuh sampan yang dimana sungai tersebut banyak terdapat buaya juga sudah menjadi teman setia mereka setiap hari. Tak ada pilihan lain, infrastruktur yang masih jauh dari layak juga resiko yang sangat tinggi masih dialami anak-anak di desa ini. Sungai yang mengelilingi desa ini terdapat banyak buaya.

Mengayuh sampan dan bertemu buaya pun sudah biasa mereka alami. Warga percaya bahwa buaya yang ada di desa ini tidak akan mengganggu selama tidak diganggu sehingga anak-anak pun tak merasa ketakutan. Mereka tetap semangat pergi ke sekolah, tak ada yang mengeluh lelah. Semua tetap semangat untuk belajar. Perjuangan anak-anak di desa ini untuk sekolah benar-benar luar biasa. Sudah seharusnya pemerintah setempat lebih peduli dengan kondisi tersebut. Minimal keselamatan anak-anak di desa ini terjamin. (noriega/dakwatun)

Konten ini telah dimodifikasi pada 09/09/15 | 20:25 20:25

Guru Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan 7.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...