Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Format Ideal Gerakan Islam: Studi Komparasi Gerakan Islam

Format Ideal Gerakan Islam: Studi Komparasi Gerakan Islam

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Islamis Movement Theory by Azim Nanzi and Oliver Roy

Pertama, Islamis Movement Theory. Dalam encyclopedia of Religion, Azim Nanzi mengatakan bahwa gerakan islam adalah gerakan yang bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam dan menegakan syariat di muka bumi. Sedangkan Oliver Roy dan Valintena Moghadam membagi 2 tipe gerakan Islam. Pertama, gerakan moderat. Kedua, gerakan radikal. Kemudian dalam perkembangannya gerakan Islam terbagi menjadi 2 kutub, yakni kutub revolusioner, dan kutub reformis. Kutub revolusioner adalah gerakan Islam yang masuk ke dalam sistem untuk mengislamisasi negara dan masyarakat. Sedangkan kutub reformsis adalah gerakan Islam yang mengislamisasi negara dan masyarakat di luar sistem. Pegerakannya di mulai dari bawah dan menuju ke atas.

Opportunity of Movement/ Politics Theory by Sidney Tarrow

Sidney Tarrow dalam disertasinya mengatakan bahwa sebuah gerakan akan sukses mencapai tujuannya, ditentukan oleh terbuka atau tertutupnya kesempatan gerakan atau kesempatan politik dalam sebuah negara, Sedangkan dalam teori relasi antara negara dan agama, Bahtiar Effendy mengatakan bahwa suksesnya gerakan merealisasikan tujuannya dapat dilihat bagaimana negara memandang gerakan yang sifatnya ke agamaan. Dalam hal ini, Bahtiar Effendy membagi dua relasi, yakni hubungan yang sifatnya antagonistik dan akomodatif.

Pembahasan Inti

Gerakan Islam seperti IM, HT, Salafi, JT adalah gerakan yang memiliki keutamaan metode dalam suksesi dakwahnya. Dalam kitab yang ditulis oleh Abu Zaur dengan judul Ash-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Waqi wa Tathlaat al-Mustaqbal, IM mengutamakann Haya’ah Siyahsiyyah yang artinya gerakannya mengutamakan lembaga politik dengan membentuk partai yang di mana bertarung di setiap Pemilu. Jika metode utama IM membuat partai kemudian mengikuti pemilu, sama halnya dengan HT yang di mana membuat partai juga tapi tidak mengikuti proses pemilu. Partai inilah yang terus mengkampanyekan pembentukan negara khalifah yang di mana dalam literature gerakan disebut al-Khilafah hiya ri’asah ‘amah lil ‘l-muslimin fi’d-dunya. Berbeda halnya dengan IM dan HT, Salafi lebih mengutamakan dakwah dengan penyempurnaan akidah tanpa membentuk partai. Mereka mencoba bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan untuk dikuasai kemudian dijadikanlah cara untuk menyempurnakan akidah umat Islam. Selanjutnya adalah Jamaah Tabligh, gerakan satu ini lebih mengutamakan pergi dan menyampaikan ceramah dari masjid ke masjid. Suasana meramaikan masjid menjadi cita-cita mereka seperti zaman Rasulullah.

Jika kita kaitkan dengan teori pergerakan Islam yang disampaikan oleh Olivier Roy dan Valentine Moghadan tentu pergerakan yang disebutkan di atas dapat terbagi menjadi 2 bagian. Roy dan Moghadan membagi 2 kutub, pertama kutub revolusioner, yang di mana gerakan Islam yang ada di kutub revolusioner ini mencoba mengislamisasi negara dan masyarakat dengan masuk ke dalam sistem. Sedangkan dalam kutub reformis, sebuah gerakan dakwah mencoba mengislamisasi negara dan masayakat melalui tindakan di luar sistem politk (sosial, pendidikan, dan lain-lain).

IM nampak jelas kita kalsifikasikan masuk ke dalam kutub revolusioner di mana nantinya IM bisa membuka cabang yang cukup banyak di berbagai negara, misalkan di Tunisia, IM membuat partai An Nahdah, Palestina dengan Hamas, Aljazair dengan FIS, dan Malaysia dengan PAS. Sedangkan HT, Salafi, JT masuk ke katagori kutub reformis di mana mereka lebih memilih bergerak di luar sistem. Ini juga yang nantinya menjadi alasan Roy mengatakan bahwa gerakan Islam yang ada di luar sistem termasuk radicalism movement. Karena mencoba menentang sistem negara.

Dari klasifikasi tersebut, kita dapat melihat betul bahwa konsep pergerakan yang dibentuk oleh Allah SWT melalui gerakan-gerakan ini ada di berbagai sendi. Baik sendi di dalam sistem maupun di luar sistem. Hal inilah yang seakan membuat para orang-orang kafir sulit menghancurkan mereka, karena gerakan Islam ada di mana-mana aktivitas dakwahnya.

Jika kita relasikan antara teori kesempatan gerakan (politik) yang di utarakan oleh Sidney Tarrow dalam tesisnya, kita akan melihat sangat jelas, mana gerakan Islam yang sekiranya metode dakwahnya dapat di terima dan berpeluang sukses dalam sebuah negara. Sidney Tarrow mengatakan bahwa “sebuah gerakan akan sukses mencapai tujuannya ditentukan oleh terbuka atau tertutupnya kesempatan politik atau penyebaran basic values dalam sebuah negara.” dan tentunya juga dilihat dari sudut pandang demografi dan budaya dari setiap negara. Hal inilah yang nantinya akan dapat disimpulkan apakah relasi antara agama dan negara itu bersifat antagonistik atau akomodatif. Apakah juga budaya tersebut dapat menerima metode dakwah yang ada atau sebaliknya menolak? Dalam konteks Indonesia dan Turki misalkan, Saiful Mujani dalam bukunya yang berjudul Muslim Demokrat menemukan sebuah fenomena, di mana Turki dan Indonesia lebih bisa menerima gerakan Islam revolusioner ketimbang reformis – yang di mana masuk ke dalam sistem dan lebih memilih bertarung di Pemilu. Karena dalam sudut pandang sejarahnya masuknya Islam di Indonesia melalui jalur damai. Sedangkan Timur Tengah sangat menolak gerakan Islam revolusioner yang mencoba menentang sistem. Itu mengapa setiap partai Islam menang di sana pasti di kudeta oleh militer.

Oleh karena itu, penegakan Islam di Timur Tengah harus di paksakan dengan cara peperangan, karena budaya Arab lebih mengenal perang sebagai jalan atas permasalahan. Misalkan Suriah, di Suriah sangat sulit menegakan Islam dengan masuk ke dalam sistem. Oleh karena itu, ijtihad gerakan Islam – yang masuk ke dalam klasifikasi kutub reformis – di sana adalah melakukan reformasi dengan peperangan. Jadi yang perlu kita tahu bahwa tidak semua budaya masyarakat dalam sebuah negara bisa menerima metode dakwah dari semua gerakan.

Perbedaan pendekatan metode dakwah yang dilakukan oleh gerakan-gerakan Islam di dunia, jika kita pandang secara positif tentu ini adalah birokrasi yang Allah ciptakan sangat bagus untuk tetap mempertahankan nilai-nilai agama di periode ke-4 ini – melalui perbedaan metode dakwah gerakan-gerakan Islam tersebut. Jika kita merujuk pada konsep birokrasi Marx Webber, Webber mengatakan bahwa ada 8 tahapan untuk membuat birokrasi dalam sebuah organisasi itu baik. Salah satunya adalah adanya pembagian tugas di antara manager yang memiliki banyak anggota. Tujuannya adalah agar mereka bisa mengerjakan kerja dengan cepat.

Kalau kita perhatikan betul polarisasi dari masing-masing gerakan Islam, seakan Allah SWT telah membagi tugas dari masing-masing gerakan tersebut. Ada yang mengurusi politik, mengampanyekan sistem khilafah, membuat lembaga sosial dan pendidikan, meneriakan jihad dengan perang, dan meramaikan masjid-masijd. Semua ini tentunya bukan sesuatu yang kebetulan, tapi ini adalah cara Allah untuk mempertahankan kekuatan gerakan agama dalam periode yang rusak ini, dan yang paling penting adalah untuk menyempurnakan satu dan lainnya.

Kesimpulan dari pembahasan tentang format gerakan dakwah ideal kali ini adalah, setiap gerakan yang bertujuan ingin mengembalikan kejayaan Islam dengan manhaj yang berlandaskan pada Alquran dan Sunnah adalah gerakan Islam ideal. Hanya yang membedakan gerakan itu ideal atau tidak, terletak pada penerimaan budaya dan demografi dalam sebuah negara. Jika kita perhatikan betul unsur dari manhaj gerakan Islam yang ada, kita akan menemukan banyak sekali kesamaan. Antara lain, manhaj dan ajaran yang dipakai adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, sifat pergerakannya tidak parsial, pola gerakannya global, memadukan antara ashalah (orisinalitas) serta muasharah (kekinian), dan memadukan antara teori dan praktik. Oleh karena itu kita perlu saling sinergi dalam dakwah ini bersama gerakan Islam yang lain. Kita perlu menemukan titik konstruktivis untuk menciptakan hubungan gerakan yang bersifat konservatif. Karena sesungguhnya setiap gerakan memiliki kekuarangan masing-masing, dan perbedaan yang Allah ciptakan inilah adalah betuk kasih sayang Allah untuk menguatkan gerakan Islam dan juga saling menyempurnakan antara satu dan lainnya dalam proses perjuangan mengembalikan kejayaan Islam.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Staf Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN Bappenas | Peneliti Center for Information and Development Studies (CIDES) Indonesia | Mahasiswa S2 Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia

Lihat Juga

Kiat Bertahan Hidup

Figure
Organization