Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Guru Batas Negeri dari Tanah Pasundan (Bagian ke-3)

Guru Batas Negeri dari Tanah Pasundan (Bagian ke-3)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

dakwatuna.com – Berbekal kemampuan mendongeng yang pas-pasan menjadi sarana utama saya dalam mencuri hati anak-anak. Cerita yang lucu menjadi sarana hiburan mereka ketika bertemu saya di sekolah. Oleh karena itulah sekarang ini saya dijuluki oleh sebagian guru sebagai artis anak-anak. Karena setiap kali saya lewat dan bertemu anak-anak, di manapun dan kapanpun mereka selalu berteriak histeris memanggil dan menyapa saya. Dongeng memang merupakan metode yang sangat efektif dalam menghibur anak-anak. Tidak hanya sebatas hiburan saja, kita juga bisa menyelipkan materi-materi pelajaran yang bahkan tidak diketahui anak-anak jika mereka itu sebenarnya sedang belajar. Bahkan banyak anak-anak yang sering mengatakan “Pak Kapan Belajar?”. Menjawab pertanyaan itu, saya hanya bisa tersenyum saja. Tetapi ketika soal dibagikan, sebagian besar anak-anak bisa menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut.

Ketika mengawali pelajaran, setiap hari saya selalu memperhatikan kondisi peserta didik. Jika peserta didik terlihat kurang semangat saya biasa memberikan motivasi-motivasi yang dapat menggugah semangat peserta didik bahkan mendongengkan beberapa cerita lucu dan menarik yang dapat membuat mereka bersemangat kembali.

Tak hanya di sekolah, kegiatan mendongeng juga biasa saya lakukan ketika diluar jam sekolah. Setiap Minggu pagi sekitar pukul 07.00 sudah terdengar anak-anak yang memanggil nama saya di luar. Hal tersebut sudah tak diherankan lagi, pastilah anak-anak yang ingin bermain dan bercerita dengan saya. Biasanya saya membawa mereka ke tempat yang nyaman dijadikan sebagai tempat bermain selain di sekolah. Kondisi udara yang sangat panas di daerah Sei Menggaris membuat saya bingung mencari tempat bermain. Tetapi anak-anak memang selalu mempunyai ide yang cemerlang, karena lingkungan luarlah yang paling sering dijadikan tempat bermain mereka. “Di bawah pohon sawit Pak” Teriak Putri salah satu murid kelas 6 saya.

Ya, di bawah pohon sawitlah setiap hari Minggu di pagi hari kita berkumpul, berbekal buku dan pena, dengan suasana yang sejuk, anak-anak siap untuk belajar sambil bermain. “Ayo Pak Dongeng”, minta Erwin kepada saya. Diawali dengan mendongeng bersama boneka lucu saya yang bernama si Jhon, membuat mereka tertawa dengan lepas. Setelah itu anak-anak diminta menuliskan kejadian-kejadian dan hal-hal menarik yang mereka alami sebelumnya. Tak Jarang mereka juga selalu ingin membacakan ceritakan kepada anak-anak yang lain. Inilah yang menjadi pembiasaan yang setiap hari saya lakukan guna menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri mereka.

Taman Pendidikan Alquran sebagi Upaya Penerapan Karakter Islami

(Foto: Dena Fadillah)
(Foto: Dena Fadillah)

Anak-anak di daerah perbatasan seakan terus disoroti keterbatasannya, baik dari pendidikan formal maupun non formalnya. Rata-rata anak-anak di perbatasan ini berasal dari warga Indonesia yang dideportase dari Malaysia. Bekerja sebagai buruh, memang bukan hal yang nyaman bagi warga negara Indonesia. Mereka seakan terus dikuras waktu dan tenaganya. Sehingga pendidikan untuk anaknya seakan dikesampingkan. Maka tak jarang kita menemukan anak-anak yang orang tuanya TKI di malaysia belum bisa membaca. Terutama yang beragama islam, banyak dari mereka yang belum mengetahui huruf-huruf didalam al-quran.

Untuk membantu anak-anak tersebut, setiap Senin dan Jum’at Sore sekitar pukul 16.00 anak-anak sudah siap mengikuti pengajian di mesjid. Sekitar kurang lebih dua puluh orang anak, anak-anak tersebut rutin mengikuti pengajian. Ya, memang mengkhawatirkan anak-anak disini, bahkan yang duduk di kelas 6 pun belum bisa membaca bacaan solat.

Kegiatan kami di sini hanya belajar membaca Alquran. Kegiatan yang sangat sederhana namun besar manfaatnya untuk anak-anak. Terkadang saya juga menggilir materi yang disampaikan, berupa tata cara berwudhu, tata cara shalat, bahkan tata cara adzan.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Relawan Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (Penempatan Kab.Nunukan).

Lihat Juga

Relawan Nusantara Jakarta Timur Gelar Indonesia Mendongeng 6

Figure
Organization