Rumus Alquran, Penjelajahan dan Observasi

llustrasi. (bestonlinequranlearning.com)

dakwatuna.com – Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah (hukum-hukum kemenangan dan hukum-hukum kekalahan) ; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(Ali Imran : 137)

Ada satu pelajaran sangat menarik yang terjadi dalam medan Badar. Hal istimewa itu adalah ketika kaum muslimin berhasil meraih kemenangan gemilang pertama kalinya dalam sejarah, justru Allah merespon gegap gempita kemenangan itu dengan kritikan pada awal-awal ayat. Surat Al-Anfal adalah respon dan firman Allah yang menyikapi kemenangan kaum Muslimin tersebut.

Walaupun di ayat-ayat pertengahan Al-Anfal Allah memuji kaum Muslimin, justru Allah mengawali surat Al-Anfal dengan sebuah pertanyaan, “Mereka menanyakan padamu tentang harta rampasan perang, Maka jawablah ‘Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan RasulNya’. Di sini kita diajari Allah untuk mengambil suatu sikap; bahwa dalam menyikapi kemenangan janganlah terlalu larut dalam euforia, tidak usahlah bergembira secara berlebih, dan bersikap bijaklah, yakini bahwa kemenangan mutlak dari Allah datangnya.

Hikmah tersirat kembali terbit dalam kekalahan perang Uhud. Saat itu kaum muslimin dalam keadaan terjepit. Rasul sempat dikabarkan wafat dan banyak nian para sahabat yang gugur. Termasuk Hamzah, Sang Singa Allah yang amat mencintai dan dicintai Nabi. Hari Uhud itu, Wahsyi membunuhnya, Hindun memakan jantungnya, menjadikan telinganya sebagai kalung.

Sekali lagi Allah berikan pelajaran bagi kita. Walau kaum Muslimin merasakan kekalahan di Medan Uhud, Allah tidak menjatuhkan mereka, Allah tidak mengkritik pedas mereka, Allah tidak datangkan ayat kemarahan pada mereka. Sungguh Allah ajarkan pada peristiwa ini satu hal; dalam ayat 136 surat Ali Imran, Allah merespon kekalahan Uhud dengan firmanNya, “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah (hukum-hukum kemenangan dan hukum-hukum kekalahan)

Perhatikan, kawan. Allah paling mengetahui kondisi hati manusia, dan Dia-lah yang paling tahu bagaimana cara menghibur manusia ketika ia jatuh dan tersungkur. Bukankah seakan-akan dalam ayat itu Allah berkata, “Sudah tenanglah, menang dan kalah sudah biasa, janganlah bersedih” sebuah pesan nyaman lagi damai yang mengembalikan mental kaum muslimin pada titik nol, tak lagi minus, tak juga malah gembira ria.

Kekalahan dalam medan Uhud memang memukul sangat, tapi setelah ayat itu datang membasahi kerontang mental kaum Muslimin, mereka kembali bangkit semarak, berdiri makin tegak. Sebab setelah Allah damaikan keadaan mental mereka, Allah berikan sebuah pesan paripurna, “karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah” Allah tak sekadar menenangkan, Dia yang Mahamulia datang dengan solusi yang hingga kini mengabadi. “Berjalanlah kami di muka bumi” firman Allah, “dan perhatikanlah”.

As-Sair dan An-Nadhar, Dua Rumus Kejayaan

Berkali-kali dalam Alquran, Allah gandengkan kata As-Sair dan An-Nadhar, “Menjelajah” dan “Observasi”. Sebab jika dipisahkan keduanya jadi berat sebelah, dan akan kehilangan kekuatannya. Ayat Ali Imran 136 ini adalah firman Allah yang mengilhami penjelajahan pertama di muka bumi. Sebelum Bartholomeus Diaz, Magelheans, Coen, Cook dan jauh sebelum Amerigo Vespuci, Kaum Muslimin diarahkan Allah untuk menjelajah di muka bumi dan melakukan penelitian, agar mereka bisa mempelajari “syarat-syarat kemenangan dan sebab-sebab kekalahan”, kata DR Raghib As-Sirjani.

Bayangkan ketika ayat ini turun, apakah manusia sudah tahu bahwa bumi ini bulat? Yunani saat itu percaya bahwa Bumi ini seperti meja, dan para intelektualnya mereka-reka peta dunia yang bentuknya seperti meja. Orang Eropa saat itu ada yang menganggap bentuk bumi ini seperti piring, dan lain sebagainya. Kita akan tersenyum lucu jika melihat peta-peta zaman dahulu.

Namun lewat firman Allah tadi, Kaum Muslimin tergerakkan untuk menjelajah bumi dan memiliki mindset seorang penakluk yang meneliti dunia, sebab Allah telah berikan satu kerangka fikir pada Umat Islam bahwa mereka adalah khalifah, Pemimpin Bumi. Maka jangan salah sangka, Orang Muslimlah yang menemukan teori bahwa bumi itu bulat.  Akan banyak nama Ilmuwan Muslim yang berbaris di daftar panjang Geografer dunia. Ada Al-Idrisi, ada Ibnu Majid, ada Nashiruddin At-Thusi. Dan bahkan ketika Cristopher Colombus melakukan pengembaraan mencari dunia baru, ia menggunakan peta Al-Idrisi sebagai referensi penjelajahannya.

Masyriq dan Maghrib era dulu dan Setelah Penjelajahan

Sebelum Bangsa Arab terilhami dari nilai-nilai Quran yang sempurna, mereka mengira bahwa timur adalah Iraq dan barat adalah Maroko. Tidak lebih dari itu, mereka belum tau bahwa ada Cina yang lebih timur dan ada Amerika yang lebih barat. Semenjak gerakan penjelajahan menjadi tradisi Umat Islam, Dinasti-dinasti dan para Amir selalu menjadi Seorang Penjelajah yang tapak-tapak kudanya mencapai Rusia, gerak pasukannya mencapai pesisir Sumatra, bahkan Saad bin Abi Waqqash dikabarkan wafat di Cina.

As-Sair (Penjelajahan) dan An-Nadhar (Observasi) akan selalu menjadi kurikulum pembelajaran Umat Islam, dan tak bisa dipisahkan. Sebab penjelajahan tanpa mengamati sama saja dengan seorang turis yang berkeliling dunia tapi tak mendapat hikmah. Jika observasi saja tanpa penjelajahan, maka kita hanya akan melihat para ilmuwan-ilmuwan yang berjibaku di Laboratorium, yang asyik berdiam tanpa melakukan eksplorasi di ranah lapangan yang menantang.

Menjelajah Bangsa-bangsa, Memerhatikan Syarat Kemenangan

Maka, setelah kekalahan di Uhud itu, Umat Islam bergerak menuju seluruh penjuru mata angin. Mereka menyadari bahwa untuk menerbitkan kejayaan, mereka harus mencari tahu bagaimana bangsa-bangsa lain menang, dan sebab apa bangsa-bangsa lain terjatuh. Maka jangan kaget jika setelah Nabi Muhammad wafat, para Sahabat menyebrangi Sungai Eufrat dan Tigris, melewati pantai-pantai Syam, dan membuka gerbang-gerbang Istana Yaman.

Hari ini pula berlaku rumus paripurna itu. Sebab Alquran bukan hanya untuk generasi Nabi dan Sahabatnya, tapi untuk kita sampai akhir zaman kelak. Kaum Muslimin hari ini terkungkung dalam daya jelajah yang minim, terlalaikan dunia sebab kita lalai mencari syarat kemenangan dan sebab kekalahan. Hikmah tertebar banyak di wajah bumi, dan kitalah yang paling berhak mengambilnya.

Di balik peristiwa kekalahan Soviet, kita mesti belajar sesuatu dan mengambil hikmah; bahwa kekuasaan diktator tak sentosa untuk membangun peradaban, bahwa jika mafia punya kuasa, rusaklah tatanan. Di balik kekalahan Amerika di Vietnam kita hendaknya belajar; bahwa barangsiapa yang lebih ahli dalam geografi medan perang, sekalipun jumlahnya lebih sedikit, maka merekalah yang paling dominan memenangkan pertempuran. Di balik peristiwa jatuhnya ekonomi Yunani pula, Allah sejatinya menyuruh kita belajar; bahwa sistem kapitalisme sedang di ujung tanduk, dunia sedang berubah, dan masa depan memihak pada Umat Islam.

 

 

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...