Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Bukan Kenakalan Biasa

Bukan Kenakalan Biasa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Tawuran, salah satu potret buram dunia pendidikan
Tawuran, salah satu potret buram dunia pendidikan

dakwatuna.com – Akhir-akhir ini kita disuguhi fenomena kenakalan remaja berbalut kejahatan yang kian memprihatinkan kita semua. Mulai dari kasus kekerasan yang dilakukan oleh 8 remaja putri di Yogyakarta beberapa bulan lalu, pembegalan sepeda motor, pemerkosaan rekan sejawat, hingga keberanian bereksperimen dalam adegan pembunuhan. Terkadang dalang aksi kenakalan berujung adegan aksi kejahatan sangat sederhana macam rebutan pacar di tong sampah hingga adu ejek antar kumpulan anak ingusan.

Selain mengancam rasa nyaman kehidupan warga di sekitarnya tentu ada kekhawatiran lain yang ditimbulkan oleh gerombolan anak ingusan ini yaitu, tentang potret kian brutalnya gaya-gaya kenakalan remaja bau kencur masa kini. Tak pelak situasi ini menjadi semacam peringatan keras bagi kita semua, yang telah gagal membina dan mengkondisikan situasi kehidupan bercorak kesopan santunan seperti dahulu kala. Kita dilenakan oleh kesibukan untuk mengurus diri sendiri dan abai terhadap perkembangan remaja yang notabenenya anak didik maupun anak kandung sendiri dalam didikan berbasir moral, agamis, dan karakter kemasyarakatan.

Kenakalan remaja ini biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Sedangkan secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari adanya konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja. Pelakunya seringkali didapati bahwa ada terauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun terauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya rendah diri.

Kenakalan ini bila ditinjau dalam sisi lain, merupakan hasil dari akumulasi bergesernya nilai budaya, yang di akibatkan dari kegagalan untuk menyaring budaya barat di indonesia melalui arus globalisasi yang terkadang kampungan. Perubahan dapat terlihat pada gaya hidup, serta pola interaksi terhadap yang lebih tua, pola pergaulan antar sesamanya hingga prestise sebuah mode pergaulan. Ketika itu semua tidak bisa diikuti dan dituruti maka akan memunculkan kecenderungan kecemasan. Kecemasan inilah yang menjadi awal berbagai tindakan-tindakan tak wajar yang di lakukan oleh sebagian orang dengan jalan agresi maupun merampas hak orang lain secara sewenang-wenang.

Dalam tinjauan lain dari psikologi, agresi ini merupakan bentuk perilaku hasil dari reaksi terhadap rasa frustasi atas ketidakmampuannya. Menurut teori psikologi belajar sosial Albert Bandura, agresi ini adalah bentuk dari perilaku meniru atau mencontoh yang di lakukan orang lain atau model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan. Dan media adalah salah satu referensi paling potensial menyumbangkan dampak buruk, yang bisa di akses dengan mudahnya. Media elektronik, cetak, ataupun sosial media macam twitter, facebook, instagram, BlackBerry massanger, path, youtube dan lain sebagainya, mempunyai andil yang sama besar.

Melalui media televisi saja kita akan disuguhi tayangan sinetron dengan selipan adegan perselisihan percintaan ala gangster di sekolah. Sekolah yang seharusnya di citrakan dengan tempat untuk mendidik generasi penerus bangsa, telah tercemari oleh pembangunan image yang salah melalui adegan perselisihan dan percintaan melalui gangster remaja putri dalam memperebutkan seorang remaja pria, ataupun sebaliknya. Dan sinetron ini merupakan tontonan favorit sebagian besar remaja putri di negeri ini, mereka beralasan bahwa daya tarik dari sinetron adalah para pemerannya utamanya yang ganteng.

Mereka seolah-olah tersihir oleh rupa fisik dari para pemainnya, ketertarikan fisik ini berlanjut kepada ketertarikan secara emosional, dari ketertarikan emosional ini pada akhirnya menumbuhkan benih simpati oleh sang image yang dibangun di dalam sinetron tersebut sehingga membuat mereka terdorong untuk bertindak dan berbuat semirip mungkin terhadap tokoh yang menjadi idolanya.

Internet, dan sosial media pun tak ketinggalan dalam membawa pengaruhnya, dengan rasio pengaruh cukup signifikan terhadap perilaku agresi, yang dilakukan oleh remaja zaman sekarang. Bulliying meraja lela seolah-olah hal tersebut merupakan makanan sehari-hari dan dianggap kelumrahan oleh para netizen yang sebagian besarnya tergolong berusia bocah ingusan. Saling menghina sesama melalui sindiran status facebook, twitter, bbm, maupun gambar semakin menambah semarak dan berwarna perilaku agresi ini.

Pembegalan, dan aksi kekerasan yang di lakukan beramai-ramai oleh remaja tidak hanya termotivasi oleh desakan ekonomi semata, bisa jadi merek hanya ikut-ikutan atau membantu temannya dalam melakukan aksi tersebut. Dengan begitu, eksistensi mereka tetap terjaga di dalam pergaulan tersebut. faktor pertemanan yang menuntut saling unjuk diri secara tidak sadar memaksa mereka melakukan tindakan-tindakan negatif tersebut.

Tindakan kekerasan yang dilakukan dan dirasakan anak maupun remaja merupakan pelanggaran hukum yang patut menjadi perhatian bersama, sehingga tidak terulang dikemudian hari. Karena itu, ajaran tentang pendidikan agama serta toleransi terhadap sesama patut diberikan dan ditanamkan semenjak dini, sehingga tindak agresi mampu di minimalisir, baik yang dilakukan terhadap seusia mereka maupun orang tua tidak menimpa daerah kita tercinta ini.

Pemerintah dalam hal ini presiden maupun kepala daerah baik yang menjabat maupun calon pejabat nantinya haruslah mempunyai komitmen dalam pembinaan akhlak dan moral remaja. Terkhusus untuk kepala daerah sangatlah besar pengaruhnya dalam mengendalikan perilaku agresi dengan beberapa kebijakan strategisnya. Orang tua maupun pendidik di sekolah perlu memperhatikan pola pertemanan yang dilakukan para remaja. Perhatian tersebut tidak harus dengan membatasi segala aktivitas maupun pemilihan pertemanan yang di lakukan oleh anak, tapi bisa di lakukan dengan memberi pengertian yang baik tidak memaksakan kehendak namun tetap mengacu pada norma agama maupun lingkungan setempat.

Hidup ini adalah soal menambah. Menambah kenalan/ kerabat baik yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, yang mendoakan walaupun jasad ini sudah terbungkus kain kafan. Atau menambah kerabat yang justru menjerumuskan kepada keburukan, yang tidak perduli ketika diri kita telah menjemput kematian. Dan barang siapa yang mentaati Allah dan rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa :69).

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mungkin tulisan hanya kan menjadi pajangan, namun dengan tulisan kita mampu mengekspresikan keresahan dan harapan. melalui tulisan pun kita mampu menciptakan perubahan yang akan terekam dalam keabadian. Seorang biasa yang berusaha untuk terus belajar dan melengkapi kekurangan

Lihat Juga

Habits

Figure
Organization