Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Budi Pekerti di Era Perubahan Makna Pendidikan

Budi Pekerti di Era Perubahan Makna Pendidikan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (sman2purworejo.sch.id)
Ilustrasi. (sman2purworejo.sch.id)

dakwatuna.com – “Tiap-tiap orang jadi guru, tiap-tiap rumah jadi perguruan”. Ki Hajar Dewantara

Seperti halnya dengan negara-negara lain, Indonesis meletakkan pendidikan sebagai tujuan utama pembangunan bangsa, para pendiri bangsa Indonesis terdahulu merasa yakin bahwa kemajuan akan bangsa ini bergantung pada pendidikan yang ada. Ketika pendidikan mampu mencerdaskan nilai kognisi, afeksi maupun psikomotorik pada setiap individu masyarakat Indonesis maka kemajuan tidak lagi menunggu melainkan kemajuan lah yang akan menjemput.

Namun keyakinan adalah keyakinan, fakta adalah fakta, bila keyakinan tidak menghasilkan fakta yang sesuai dengan yang diyakini maka dapat diamsusikan menjadi dua asumsi, pertama, keyakinan itu salah, kedua, prosesnya yang salah.

Perubahan bagaikan matahari yang disaksikan oleh manusia didunia, ketika terbit dipagi hari berada di bagian timur sedangkan ketika hendak terbenam disore hari, berada dibagian barat. Meskipun pada saat ini manusia sudah tau dan meyakini bahwa matahari tidaklah terbit maupun terbenam. Maka perubahan adalah sebuah keniscayaan, dan hanya manusia yang memiliki keyakinan yang kuat-lah berhasil agar tidak tergerus oleh arus perubahan.

Begitu juga dengan sebuah paradigma yang dimiliki oleh masyarakat, bisa mengalami perubahan, sebuah contoh perubahan paradigma yang terjadi masyarakat salah satunya ialah, jika pada era tahun 1960 terdapat paradigma pada masyarakat bahwa orang yang berilmu bisa menjadi pusat perhatian, tetapi pada saat ini paradigma tersebut telah mengalami perubahan, karna pusat perhatian bukan lagi orang yang berilmu, melainkan orang yang beruang.

Berdasarkan perubahan paradigma tersebut berimplikasi terhadap perubahan pada dunia pendidikan, jika dulu lembaga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan menjadi sarana pencarian ilmu pengetahuan, sekarang lembaga sekolah hanya terbatas pada orang-orang yang mencari legalitas formal yang bernama ijazah. Karna paradigma telah berubah menjadi praktis, Bahwa ijazah adalah persepsi orang berilmu, meskipun secara substansi dari orang berilmu merupakan orang yang telah melewati proses pendidikan dengan baik dan benar-benar terdidik sehingga menjadikannya manusia yang berpengetahuan luas serta memiliki kebaikan moral.

Implikasi kedua dari perubahan paradigma tersebut adalah terminimalisirnya pendidikan yang hanya terfokus pada dunia kerja, karena manusia sudah beralih dari objek ilmu menjadi objek materialistis, maka dunia kerja adalah solusi utama agar manusia bisa menjadi pusat perhatian karena telah berhasil mendapatkan uang yang relatif besar. Oleh karena itu bila diamati dari pergeseran paradigma tersebut telah merubah makna pendidikan dengan mengikuti dunia kerja, dalam arti yang sederhana arus pendidikan telah berhasil dibawa kemanapun arus dunia kerja melangkah. Salah satu bukti dari masalah tersebut, PTKI dulu PTAI, masih belum berani melakukan revolusi pendidikan pada perguruan tinggi-perguruan tinggi islam di Indonesis, dari sejak awal berdirinya perguruan tinggi islam di Indonesis hingga sekarang perkembangannya relatif stagnan, yang hanya mengorbitkan lulusan-lulusan dari lima serangkai, Tarbiyah, Syariah, Ushuluddin, Adab dan Dakwah, padahal pendidikan keagamaan tidak hanya terbatas pada kelima tersebut, mari mencoba meneropong pendidikan diluar negri, meskipun negara yang menganut ideologi liberalis maupun komunis telah berani mendirikan pendidikan yang mempelajari tentang, history of religion, cooperative of religion, philosopy of religion, islamic studies, dan lain sebagainya, bahkan bila melihat dari islamic studies, didalamnya masih terdapat jurusan-jurusan yang mempelajari mengenai, studi islam asia tenggara, studi islam timur tengah, studi islam abad pertengahan, studi antropologi masyarakat muslim, dan lain sebagainya.

Implikasi yang ketiga adalah, pemanfaatan mafia ijazah yang telah berani memanfaatkan perubahan paradigma dengan baik, yakni dengan memberikan ijazah bodong(palsu), berdasarkan keterkaitan antara dunia kerja dengan sebuah legalitas formal(ijazah) yang saling berhubungan, maka mafia ijazah memberikan suatu terobosan dengan menerbitkan ijazah palsu, alhasil,tidak sedikit masyarakat Indonesis yang berpandangan praktis mengenai pendidikan memilih jalur tersebut demi kelancaran karir nya didunia kerja.

Jadilah Siswa Berbudi Pekerti

Anis R. Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mulai membangun generasi penerus bangsa melalui Budi Pekerti disekolah, di era perubahan paradigma yang mendasar namun mendominasi seperti yang sudah dibahas sebelumnya, memberikan terobosan dengan perbaikan budi pekerti disekolah merupakan langkah strategis, karena dengan budi pekerti akan menghasilkan generasi bermoral dan berilmu.

Dari upaya perbaikan budi pekerti disekolah, akan melahirkan target program sebagai berikut, internalisasi nilai-nilai moal dan spiritual, penanaman nilai kebangsaan dan kebhinekaan, interaksi positif dengan sesama siswa, guru dan orang tua siswa, penumbuhan potensi, pemeliharaan lingkungan. target tersebut dapat diwujudkan dengan kegiatan yang mendukung dalam perbaikan budi pekerti, baik berbentuk kegiatan harian, mingguan tahunan maupun kegiatan periodik.

Generasi muda merupakan harapan bangsa, karena pada waktunya nanti dia-lah pemegang estafet kepemimpinan bangsa, sedangkan moral dan ilmu pengetahuan yang terangkum dalam konsep budi pekerti adalah penopang utamanya. Maka ekspektasi besar yang diberikan kepada generasi muda hanya dapat dijawab dengan generasi muda berbudi pekerti.

Pandangan yang ada pada saat ini dalam mengasumsikan generasi muda sering kali berkaitan dengan tawuran, narkoba, pelecehan seksual,dll. maka permasalahan tersebut dapat dijawab dengan generasi muda yang bermoral.

Generasi budi pekerti, selain bermoral juga berilmu dan ciri manusia berilmu menurut Edward Albert Shils, yang memandang manusia berilmu selalu mencari kebenaran yang batasannya tidak berujung. Karena itu, sikap manusia berilmu biasanya ditunjukkan oleh pemikir-pemikir yang mempunyai kemampuan menganalisa masalah tertentu atau yang potensial di bidangnya. Manusia berilmu juga sebagai pembuat perubahan.

Oleh karena itu menjadi generasi budi pekerti adalah solusi terbaik dalam menyiapkan generasi penerus bangsa, karena dengan ilmu manusia dapat melakukan perubahan bukan perkembangan suatu zaman yang merubah manusia dan dengan moral dapat menopang keilmuan. Maka dari itu mari kita dedikasikan kehidupan kita untuk menjadi manusia berbudi pekerti agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Amin, salam budi pekerti.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ketua Umum Demisioner HMI Sidoarjo.

Lihat Juga

Tradisi Ilmu dan Pendidikan antara Islam dan Barat

Figure
Organization