dakwatuna.com – Hidup itu dengan pakaian yang mahal, makanan berkelas, rumah mewah, pasangan ganteng atau cantik dan kaya. Dibilang hidup bahagia kalau kerjaannya jadi pejabat saja yang punya kedudukan dan punya anak buah yang bisa disuruh-suruh. Apa benar dibilang hidup hanya sebatas itu saja?
Hidup itu kalau tetangga kita bisa menikmati harumnya makanan yang kita masak. Hidup itu kalau kita bisa berbagi ilmu yang kita dapatkan selama kuliah atau berbagi ilmu tentang agama, tidak dipendam hingga berkarat di kepala dan akhirnya buat kita menjadi tidak tawadhu dan sakit kepala. Hidup itu bagaimana membuat orang tua kita bisa merasakan kebahagiaan setelah bersusah payah penuh pengorbanan mendidik, membimbing dan menyekolahkan kita. Itu tentang hidup yang sejati di mana orang-orang di sekitar kita bisa merasakan bahagia.
Sejatinya hidup itu seperti yang difirmankan Allah Swt “…Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam” (Q.S 6: 162).
Pernahkah kita melihat proses metamorfosis kupu-kupu? Dari ulat yang telanjang kemudian mengalami proses menjadi kepompong yang bersakit-sakit dahulu sebelum bereinkarnasi menjadi kupu-kupu yang cantik dengan baju yang berwarna-warni seperti kilauan pelangi. Bukan masalah akhirnya tapi yang dimaknai adalah perjuangannya. Hidup adalah perjuangan, yang diwarnai oleh pengorbanan dan kesabaran yang tiada batasnya. Jika tidak, siap-siap kita akan menjadi agen-agen yang tereliminasi.
Hidup itu adalah proses belajar… Belajar bersyukur di saat yang lain menjadi hina karena kekayaan, keluarga, pangkat dan jabatan. Belajar ikhlas di saat yang lain jatuh dalam jurang pamrih, mengharapkan puji-pujian dan balas jasa. Belajar taat pada Sang Khalik dan RasulNya di saat yang lain mengorbankan imannya untuk duniawi, hedonisme, individualisme. Belajar sabar karena sabar itu adalah keniscayaan yang tiada terbatas. Dan masih banyak lagi proses belajar dalam hidup.
“Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Q.S 3: 110).
Hidup itu adalah pilihan, baik atau buruk tidak ada pertengahannya. Apa dan bagaimana kondisi kita saat ini adalah hasil pilihan masa lalu yang kita ambil. Sebaliknya tentang bagaimana masa depan kita tergantung dari pilihan-pilihan yang tersedia yang harus diputuskan saat ini.
“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (Q.S 13: 11)
Selanjutnya hidup adalah anugerah, bukan suatu kebetulan yang harus disyukuri bukan untuk dicaci maki. Konsep rasa syukur setiap manusia terhadap kehidupan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan sikap. So sahabat ayo tanamkan dalam benak kita bahwa the life is very beautiful, so lets move on to the best.
Life is all about making choices. Always do your best to make the right one and always do your best to learn from the wrong one. UmmFath, on August 06, 2015.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: