Topic
Home / Berita / Opini / Dari Perkembangan Pemikiran Hingga Aksi Radikalisme dalam Islam

Dari Perkembangan Pemikiran Hingga Aksi Radikalisme dalam Islam

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: kubepublishing.com)
Ilustrasi. (Foto: kubepublishing.com)

dakwatuna.com – Aksi radikalisme akhir-akhir ini lebih diarahkan kepada umat Islam, berdasarkan hal tersebut muncul pemahaman mengenai radikalisme Islam, dan tragisnya semua bentuk kekerasan di dunia selalu dituduhkan kepada umat Islam. Pandangan mengenai radikalisme Islam tentu tidak muncul tanpa alasan. Tapi melalui fakta-fakta yang telah terjadi di dunia, hingga saat ini dunia kembali diperlihatkan oleh aksi radikal dari Islamic State Irak Syiriah (ISIS).

Perkembangan Pemikiran Islam

Ketika dunia Barat dapat bangkit dari abad kegelapan, umat Islam mulai meninggalkkan tradisi berpikir dan mengalami kemunduran. Masalah tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh dunia Barat, yang diawali oleh Inggris dan Prancis sekitar abad 18 untuk melakukan kolonialisasi terhadap umat Islam.

Menyadari kemunduran umat Islam, gagasan revivalisme Islam muncul sebagai jawaban atas merosotnya Islam melalui konsep kembali pada ajaran Islam yang murni.

Gerakan yang muncul sebagai jawaban atas kemerosotan Islam tersebut memiliki beberapa karakteristik, di antaranya, pertama, kembali pada Islam yang asli, memurnikan Islam dari tradisi lokal dan budaya asing, kedua, mendorong penalaran bebas dalam artian melakukan ijtihad dan menolak taklid, ketiga, perlunya hijrah dari wilayah yang yang didominasi oleh orang kafir, keempat, keyakinan atas adanya pemimpin yang adil dan seorang pembaru.

Berdasarkan paham atas kemunculan gerakan revivaslisme Islam yang bertujuan sebagai reaksi dan kritik terhadap akibat yang ditimbulkan oleh imperialisme barat, dan faham keagamaan secara tekstual, menjadikan gerakan revivalisme Islam disebut-sebut sebagai gerakan fundamentalisme.

Namun langkah revivalisme Islam yang digunakan sebagai solusi masih belum dapat menjawab atas keresahan umat Islam dalam menghadapi kolonialisme.

Begitu juga dengan kolonialisasi barat terhadap umat muslim, yang disebabkan lemahnya umat Islam ketika itu karena mengalami kemunduran dan kejumudan, yang mengakibatkan kolonialisasi dapat mendunia, dan bahkan hampir seluruh umat Islam di dunia pernah merasakan ganasnya kolonialisme. Sedangkan di sisi lain revivalisme Islam juga belum mampu membangkitkan umat Islam.

Kolonialisme merajalela dengan keganasan yang diperlakukan terhadap umat Islam di dunia juga, memiliki dampak terhadap umat Islam. Berdasarkan pengalaman tersebut, ulama Islam mencoba bangkit dari keterperukan dengan menjauhi kejumudan yang selama ini telah melanda umat Islam. Ulama Islam beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi harus bisa dipahami oleh seorang muslim, maka modernisme dijadikan sebagai solusi.

Sebagai contoh, modernisme Islam yang digagas oleh Ahmad Khan di India, dengan mendukung konsolidasi pemerintahan Inggris di India yang bertujuan agar dapat menggalang usaha memperkenalkan dan menerjemahkan capaian peradaban barat modern khususnya di bidang ilmu dan pendidikan.

Mengenai jalan pembaruan yang diambil oleh Ahmad Sayyid Khan, mendapatkan banyak dukungan dari berbagai ulama Islam kala itu, karena pembaruan sosial dan pendidikan dalam rangka menyiapkan umat agar dapat menghadapi berbagai tantangan dianggap perlu dimiliki oleh seorang muslim. Seperti halnya yang dilakukan oleh Muhammad Abduh, dikala ia bersedia bekerja sama dengan Lord Cromer, wakil Inggris, dengan harapan kehadiran Inggris dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan di Mesir.

Namun perkembangan modernisasi Islam, masih belum mampu diterima oleh kalangan ulama Islam diseluruh dunia, karena dengan modernisasi Islam, selain masih berhubungan dengan kolonialisme, perkembangan pemahaman keagamaan semakin tergeser oleh paham modernisasi yang bertentangan dengan paham Islam, menjadi faktor penyebab modernisasi Islam ditinggalkan, kemudian memunculkan pemikiran mengenai neo revivalisme.

Pemikiran neo revivalisme Islam muncul sebagai respon terhdap modernisme yang dianggap lebih mementingkan perkembangan modernisme ketimbang Islam, sehingga terdapat pergeseran antara modernisme dengan Islam.

Dalam sejarah perkembangan pemikiran neo revivalisme Islam tidak selamanya memiliki hubungan yang antagonis dengan modernisme, pemikiran neo revivalisme Islam, hanya tidak menyetujui pemikiran modernisme yang kurang mengintegrasikan paham Islam dengan modernisme. Berdasarkan masalah tersebut neo revivalisme memberikan paham untuk mendahulukan Islam ketimbang modernisme dan menolak modernisasi yang bertentangan dengan Islam.

Kemudian muncul kembali paham neo modernisme sebagai jawaban atas masalah neo revivalisme Islam yang belum terjawab, meskipun neo revivalisme Islam mampu menjawab permasalahan modernisme yang memiliki paham kebaratan, dengan membedakan diri dari barat, tapi neo revivailisme masih belum mampu menemukan metode penafsiran Al Quran agar menghasilkan pemikiran yang sistematik dan menyeluruh. Oleh karena itu neo modernisme muncul sebagai jawaban atas masalah tersebut.

Neo modernisme mengembangkan sikap kritis terhadap barat, dengan mengajak kaum muslim dalam mengkaji dunia barat beserta gagasannya secara obyektif, demikian pula dengan ajaran dan gagasan dalam Islam. Karena kajian dilakukan dengan menyeluruh dan sistematis, untuk itu tugas utama neo modernisme adalah mengembangkan metode yang tepat dalam mempelajari Al Quran agar menghasilkan pemikiran yang sistematis dam menyeluruh.

Aksi Radikalisme Islam

“Radikalisme agama merupakan fenomena agama politik, bukan sebagai fenomena teologis”, Bassam Tibi.

Apabila melihat fenomena radikalisme Islam di dunia saat ini, ungkapan Bassam Tibi mengenai Radikalisme ada benarnya juga, karena kekuatan politik dunia tidak terlepas dari Islam dan Barat.

Kekuatan barat ketika berhasil melewati abad kegelapan telah disaksikan dunia, berbagai keberhasilan dari peradaban barat memberikan sumbangsih yang besar terhadap kemajuan dunia.

Namun kekuatan barat menjadi momok menakutkan bagi Islam ketika itu, kolonialisme yang dilakukan terhadap Islam masih belum dapat dilupakan oleh beberapa kalangan.

Pada saat ini sejumlah negara di bawah kolonialisasi Barat sudah menjadi negara berdaulat, namun kedaulatan yang diberikan oleh negara masih belum sepenuhnya dirasakan. Bahkan beberapa sistem mengadopsi dari paham barat.

Kegalauan umat islam yang melakukan aksi radikal pada saat ini, dikarenakan paham barat masih menjadi bingkai dalam sistem sebagian besar negara di dunia, sehingga menyulitkan dalam melakukan negosiasi politik. Berdasarkan kegagalan dalam negosiasi politik itulah umat Islam mengambil langkah dengan melakukan aksi radikal sebagai bentuk teror.

Ketidakadilan dan kemiskinan yang muncul di beberapa negara dijadikan peluang kelompok radikalisme untuk melakukan perekrutan anggota dan pengembangan kekuatan dalam melakukan teror dunia. Serta memberikan doktrin mengenai nasionalisme dan demokrasi sebagai paham syirik yang menyekutukan prinsip kedaulatan Tuhan. Semoga ketidakadilan dan kemiskinan segera dihilangkan, Aamin.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ketua Umum Demisioner HMI Sidoarjo.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization