Perubahan Pendidikan Harus Dimulai Dari Bawah
dakwatuna.com – Apabila kita bahas permasalahan di pendidikan sekarang ini seakan tidak ada habisnya. Masalah demi masalah terus berdatangan, dari permasalahan sistem sampai ke teknisnya pun seakan menemui jalan buntu. Bagaimana tujuan pendidikan yang jelas tercantum dalam pembukaan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa belum jelas pencapaiannya. Banyak para pelaku pendidikan khususnya guru mengeluhkan kejadian tersebut. Tentulah hal ini berdampak buruk terhadap peserta didik.
Apabila pelaku pendidikan hanya terus mengeluh terhadap kondisi seperti ini, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki keadaan pendidikan ke arah yang lebih baik. Dari mulai perombakan besar-besaran sistem yang akan dibuat, sampai pembuatan instrumen untuk teknisnya di lapangan. Itupun harus dievaluasi bagaimana perkembangannya.
Sebenarnya apabila kita cermati sistem dakwah Islam dari Rasulullah, ketika kota Makkah dikuasai secara penuh oleh kaum Quraisy, beliau berdakwah dari lingkup terkecil (Keluarga) secara sembunyi-sembunyi dan bertahap sampai berdakwah ke lingkup yang lebih luas secara terang-terangan. Dakwah beliau pun bukan dalam waktu yang singkat. Sampai akhirnya Islam jaya di Makkah. Tetapi yang perlu digaris bawahi, dakwah yang beliau lakukan itu secara bertahap dan terus berkesinambungan. Hal ini memberikan pelajaran bahwa untuk melakukan sebuah perubahan besar, tidak harus selalu dari atas. Yang diperlukan adalah perubahan-perubahan kecil dari hal yang paling mendasar yang terus dilakukan secara kontinu/berkesinambungan.
Apabila kita kaitkan dengan pendidikan, menurut saya sistem dakwah Rasulullah pantas untuk dicoba di bidang pendidikan. Ketika perubahan pendidikan yang dilakukan dari atas kurang efektif dan menemui jalan buntu. Apa salahnya mencoba perubahan dari hal yang paling mendasar. Karena percuma saja apabila pelaku pendidikan hanya terus berkoar-koar menyalahkan pemerintah dengan keadaan seperti ini.
Hal yang paling mendasar di bidang pendidikan tentunya adalah Guru. Guru merupakan ujung tombak dari pendidikan. Keberhasilan pendidikan ditentukan pula oleh keberhasilan seorang guru dalam mengajar dan mendidik, karena guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik dan guru pula yang sebenarnya lebih memahami permasalahan utama pendidikan saat ini.
Diharapkan seorang guru yang mengajar bisa memberikan contoh kepada anak didiknya, bukan hanya sebatas menyampaikan materi ketika sekolah, tetapi dapat juga mendidik peserta didik ketika jam sekolah maupun jam luar sekolah. Mendidik tersebut tidak harus selalu dilihat satu persatu anak yang sedang di didik, tetapi dapat di didik dengan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik.
Contoh sederhana, ketika seorang Guru di sekolah mengajarkan untuk tidak berjudi dan meminum-minuman keras, tetapi malah guru tersebut berjudi dan meminum-minuman keras, saya rasa pendidikan untuk anak tersebut tidak akan berhasil, karena dia akan mempunyai alasan. “Bapak juga berjudi dan mabuk, kenapa kita tidak boleh”. Ketika perkataan tersebut terucap dari peserta didik, guru tentunya tidak bisa berbicara apa-apa yang pada akhirnya hanya memarahi peserta didik karena telah melawannya.
Guru juga menurut saya bisa disebut pendakwah. Didalam islam menjadi seorang pendakwah harus terpenuhi tiga syarat, pertama dia harus mempunyai ilmu terlebih dahulu, kedua dia mengamalkan ilmu yang telah didapatnya, barulah ketika ilmu yang didapat serta diamalkan seorang pendakwah, bisa memenuhi syarat ketiga yaitu berdakwah kepada orang lain dalam mengajak kepada kebenaran, dan itu merupakan kunci kesuksesan seorang pendakwah.
Itupula yang harus dilakukan oleh seorang guru, ilmu tidak hanya sebatas ilmu, tetapi harus diamalkan terlebih dahulu oleh gurunya, baru setelah itu bisa mengajarkan kepada peserta didik. Ketika hal itu diabaikan oleh seorang guru, maka ilmu tersebut hanya akan menjadi celaan saja bagi peserta didik. Peserta didik tau akan bahaya narkoba, tetapi dia malah menggunakannya, itulah contoh sederhananya.
Apalagi jika kita melihat kondisi lingkungan di perbatasan ini, dengan banyaknya tempat-tempat yang kurang baik seperti tempat pejudian, tempat sabung ayam serta tempat hiburan-hiburan yang tersebar di beberapa daerah yang memang masih kurang pengawasannya. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang berada di lingkungan tersebut. Inilah yang menjadi tugas seorang guru dalam mendidik dan menciptakan karakter peserta didik dengan lingkungan yang extreem.
Dalam menyikapi kondisi tersebut, guru juga harus menjalin komunikasi dengan orang tua serta masyarakat setempat dalam mengevaluasi peserta didik. Kita ketahui bersama, waktu belajar peserta didik di sekolah hanya sebentar. Apabila kita hitung waktu efektif belajar anak-anak di sekolah hanya 4,5 jam dalam sehari. Itupun jika pembelajaran penuh dan guru mengajar dengan tepat waktu. Lalu sisanya peserta didik gunakan untuk apa?
Orang tua juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan seorang anak. Masalahnya, di daerah perbatasan ini sebagian besar orang tua sibuk dengan pekerjaannya, ada yang berkebun, berdagang bahkan ada yang bekerja di sebuah perusahaan dengan waktu yang cukup lama, dari pagi sampai sore dan waktu malam digunakan untuk istirahat. Terus kapan waktu orang tua mendidik anaknya?
Pada akhirnya orang tua menyalahkan guru yang mengajar di sekolah begitu juga sebaliknya, guru menyalahkan orang tua yang tidak baik pendidikannya dirumah. Apabila saling menyalahkan, ini tidak akan ada ujungnya. Menjadi seorang guru yang mempunyai pendidikan tinggi, seharusnya bisa menyikapi permasalahan ini secara bijak. Cari solusi yang baik dalam membentuk karakter peserta didik. Apabila sudah terjalin kerjasama antara guru, orang tua dan masyarakat, maka guru akan mudah mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik ketika di luar jam sekolah.
Menurut saya, sekarang ini sudah banyak orang-orang yang berprofesi di bidang pendidikan namun hanya sedikit orang-orang yang berkontribusi untuk merubah pendidikan ke arah yang lebih. Meskipun kurikulum yang dirancang sebaik mungkin oleh pemerintah, tetapi pada kenyataannya di lapangan seorang guru tidak bisa mendidik anak dengan baik, maka tujuan pendidikan tetap tidak akan tercapai.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: