Topic
Home / Berita / Daerah / Ini Isi Pidato Rais Aam NU KH Mustofa Bisri yang Bikin Muktamirin Menangis

Ini Isi Pidato Rais Aam NU KH Mustofa Bisri yang Bikin Muktamirin Menangis

Berlarut-larutnya sidang pleno yang membahas Tatib Muktamar NU, membuat KH Mutofa Bisri turun tangan.(Foto: Mukhtar Bagus/iNews TV/sindonews.com)
Berlarut-larutnya sidang pleno yang membahas Tatib Muktamar NU, membuat KH Mutofa Bisri turun tangan.(Foto: Mukhtar Bagus/iNews TV/sindonews.com)

dakwatuna.com – Jombang. Pidato Rais Aam Nahdlatul Ulama (NU) KH Mustofa Bisri menandakan selesainya Sidang Pleno pembahasan tata tertib Muktamar ke-33 NU. Pidato yang menggetarkan hati dan membuat tak sedikit muktamarin meneteskan air mata itu, disampaikan usai pertemuan para rais syuriyah di Pendopo Kabupaten Jombang sekaligus mengakhiri sementara polemik ahlul halli wal aqdi di sidang pleno.

Berikut ini pidato lengkap Gus Mus sapaan akrab KH Mustofa Bisri di hadapan muktamirin, seperti yang dilansir Republika Online, Senin (3/8):

“Saya menangis, setelah melihat sidang. Malu kepada Allah SWT, KH Hasyim Asyari, KH Bisri Bisri yang mengajarkan kita.

Dengarkan saya, kalau tidak lupakan saya, kalau perlu saya ciumi kaki-kaki anda, supaya anda menunjukkan diri sebagai seorang ulama.

Rata-rata prihatin semua, prihatin yang sangat mendalam. Di sini NU dibangun, di sini mau diruntuhkan? Saya mohon lepaskan dan memikirkan Allah dan pendahulu.

Setelah mempelajari situasi, kiai berkumpul tadi siang. Menyampaikan beberapa poin yang perlu jadi pembahasan selanjutnya.

Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam tata tertib muktamar tentang pemilihan rais am dan tidak bisa diputuskan melalui musyawarah mufakat maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para rais syuriyah. Kalau ini khusus Rais Aam.

Kedua tentang mekanisme pemilihan ketua umum segala macam sama dengan di AD/ART. Ini juga sama. Di AD/ART pasal 41 ayat 1 Kalau bisa dilaksanakan musyawarah mufakat, kalau tidak bisa lalu dilakukan pemungutan suara.

Kalau nanti antara Anda sekalian yang berpihak antara A dan B tidak bisa disatukan lagi, mungkin karena masing-masing sudah apriori maka saya dengan para kiai bikin solusi yakni, kalau bisa melalui musyawarah mufakat tapi kalau tidak dilakukan pemungutan suara. Itu bunyi AD/ART kita.

Tapi karena ini urusan memilih rais aam jadi para kiai berpikir adalah kiai-kiai akan memilih pemimpin kiai. Kiai-kiai akan memilih imam para kiai. Maka itu solusi yang ditawarkan tadi adalah, kalau memang tidak bisa dilakukan mufakat maka akan dilakukan pemungutan suara oleh rais-rais syuriah.

Tatib yang sdh disepakati perlu segera ditetapkan. Ini yang bisa saya lakukan sebagai penanggung jawab dalam Muktamar ini. Kalau ini Anda tidak sepakati juga karena anda memandang saya hanya Mustofa Bisri saya akan terima dengan baik dan kerendahan hati.

Tapi tolong saya mendapat amanat dari Allah karena saya mendapat kecelakaan menjadi wakilnya Kiai Sahal (almarhum), sehingga ketika Kiai Sahal diambil oleh Allah saya harus menjabatnya sebagai Rais Aam sementara.

Doakan semoga saya sekian saja untuk menjadi Rais Aam. Tapi yang saya sampaikan betul-betul anda memperhatikan sebagai saya pejabat rais aam. Kalau tidak maka apapun hanya percuma saya dipilih sebagai pejabat segala macam. Lepaskan saja saya, supaya saya jadi mahluk biasa, warga NU biasa, demikian saya mohon yang sebesar-besarnya.

Saya sejak semalam belum tidur bukan apa-apa karena memikirkan anda-anda sekalian. Sekali lagi saya sampaikan sebagai penanggung jawab muktamar mohon maaf kepada muktamirin dari jauh terutama yang tua-tua yang karena teknis dari panitia mengecewakan. (Dengan nada parau dan menahan tangis)

Saya dengan kerendahan hati memohon maaf. Mohon keikhlasan kalian, maafkanlah mereka, maafkanlah saya. Itu kesalahan saya, penanggung jawab, maka saya yang meminta maaf kepada kalian. Mudah-mudahan anda membuka hati memaafkan saya.”

Seperti yang dilansir Sindonews.com, Senin (4/8), seluruh peserta Muktamar tidak satu pun ada yang berani membantah setelah mendengar fatwa dari Rais Aam tersebut.

Bahkan, ribuan peserta muktamirin langsung menangis dan hanyut dalam penyesalan atas kericuhan yang terjadi selama dua hari terakhir. (abr/dakwatuna)

Redaktur: Abdul Rohim

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang suami dan ayah

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization