Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Para Pecinta Buku

Para Pecinta Buku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Petugas mencari buku pesanan pengunjung di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (16/9/2013). (Antara)
Ilustrasi – Petugas mencari buku pesanan pengunjung di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (16/9/2013). (Antara)

“Sebaik-baik teman duduk adalah buku” (Mahfudzot)

dakwatuna.com – Buku adalah gudang ilmu pengetahuan. Sehingga kebermanfaatannya tidak akan pernah berhenti hingga kapanpun. Bahkan di era smartphone seperti sekarang ini, di mana fungsi buku mulai tergantikan; nilai buku masih belum tergantikan. Ya, nilai buku tidak akan ditelan oleh kemajuan zaman dan teknologi. Hingga ada sebuah penelitian yang menyimpulkan, bahwa daya ingat orang yang membaca lewat smartphone, jauh lebih rendah dibanding membaca langsung melalui buku. Dan para produsen buku juga mensurvey, bahwa di Indonesia rata-rata 1 buku yang terjual, dibaca (dipinjam) oleh 5 orang.

Buku memang simbol dari ilmu. Karenanya ketinggian ilmu seseorang, dapat kita lihat dari kedekatannya (intensitas baca) terhadap buku. Seberapa antusias dirinya terhadap ilmu, seberapa haus dirinya terhadap ilmu, hingga seberapa tinggi rasa penasarannya menggali banyak hal baru. Semua hal tersebut dapat kita ketahui melalui kecintaan seseorang terhadap buku.

Begitu juga yang terjadi dalam sejarah dakwah. Buku adalah karya riil seorang ulama. Keproduktifan dalam berkarya, kedalaman ilmu, dan keluasan berbagai bidang ilmu (mutafanin) yang dikuasai seorang ulama; dapat terlihat dari kualitas dan kuantitas buku yang dihasilkan. Dan kehadiran buku karya para ulama pun, merupakan hasil simpul pemikiran dari akumulasi bacaan, dan analisa (kajian) yang telah ulama lalui.

Ulama-ulama di Indonesia banyak yang sudah menjadi penulis produktif. Bahkan ada lembaga seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia), yang menjadi rujukan fatwa umat muslim Indonesia, yang rata-rata dipimpin oleh penulis yang produktif. Mulai dari K.H. Syukri Ghozali, Buya Hamka, K.H. Hasan Basri, K.H. Ali Yafie, K.H. Sahal Mahfudz, hingga Prof. Dr. Din Syamsudin. Mereka semua adalah ulama hebat, yang memproduksi banyak tulisan. Dan yang paling kentara di antara semuanya ialah karya Buya Hamka. Tercatat bahwa beliau telah memproduksi lebih dari 90 buku.

Bukan hanya ulama, begitu juga dengan para umaranya. Indonesia memiliki M. Natsir yang mencetak lebih dari 50 buku. Kontribusi beliau terhadap pemikiran Islam sangat besar, hingga dianugerahi penghargaan oleh king faishal (Arab Saudi). Ada bapak reformasi Prof. Amien Rais, yang memproduksi lebih dari 20 buku. Ada pula politisi ulung seperti Yusril Ihza Mahendra, dan Anis Matta yang aktif mengisi wacana pemikiran politik Islam di Indonesia.

Dalam konteks dunia banyak pula tokoh-tokoh ulama yang produktif menulis. Ada ulama besar dunia seperti Syeikh Yusuf Qaradhawi, yang pernah menjadi dewan ulama senior Al-Azhar, menjadi ketua Majelis Fatwa dan Riset Eropa, hingga puluhan kontribusi lainnya dalam kelembagaan keulamaan Islam dikancah Internasional. Karya beliau sudah mencapai lebih dari 100 lebih buku. Dan beliau banyak membahas mengenai kebangkitan Islam dan tema fiqh yang bersifat tematik.

Ada seorang muhadist besar abad ini, yaitu syeikh Nashirudin Al-Albani. Beliau lahir didaerah Albania (sesuai dengan nama akhirnya), tapi besar di Suriah. Syeikh Nashirudin terkenal sebagai penggila bacaan selama hidupnya. Bahkan beliau terbiasa membaca di perpustakaan Az-Zahiriyah, mengkaji ilmu pengetahuan, hingga 12 jam perhari. Bahkan diakhir hidupnya, beliau mewasiatkan agar menghadiahkan seluruh karya tulisnya yang berjumlah 200 buku lebih ke Universitas Madinah.

Adapula Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili. Ulama besar abad ini, yang sering dijuluki Imam Suyuthi ke-2. Beliau juga seorang mutafanin (ahli berbagai bidang ilmu), seperti syeikh Yusuf Qaradhawi. Walaupun fokus spesialisasi ilmunya adalah pada kajian fiqh. Dan selama hidupnya, Prof. Wahbah banyak bergelut dalam dunia pendidikan. Beliau telah mencetak ratusan tulisan. Sekitar 199 jurnal ilmiah, dan 500 makalah hebat yang berkaitan dengan dakwah, telah berhasil beliau produksi.

Banyak ulama besar dunia yang produktif menulis, seperti ketiga syeikh besar dunia kontemporer tadi. Ada Dr. Abdul Qadir Audah, yang terkenal dengan perjuangannya dalam menyemangati intelektual di Mesir agar menyadari pentingnya pemberlakuan undang-undag syariat. Ada Sayyid Quthb, yang terkenal dengan 11 jilid tafisr Fi Zilalil Qur’an (di bawah naungan quran)nya. Ada Dr. Muhammad As-Siba’i, yang terkenal dengan perlawanan pemikirannya kepada kehadiran para penstudi orientalis dengan karya tesisnya yang mahsyur. Ada Sayyid Sabiq, yang terkenal dengan fiqh sunnahnya. Ada Muhammad Al-Ghazali, yang terkenal dengan fiqh sirahnya. Hingga seorang Said Hawa yang terkenal dengan karya tarbiyah ruhiyah, syarah al-hikam, hingga tazkiyatun nufusnya.

Mereka semua adalah para pecinta buku sejati. Hingga yang dikenang dari mereka semua, adalah karya riil. Buku bacaan bermanfaat, hasil dari pergulatan intelekual yang mereka alami. Bukan hanya menjadi pembaca aktif, tapi juga menjadi penulis produktif. Karya mereka memberikan inspirasi kepada banyak orang. Ya, mereka mengabdi kepada keabadian. Dan peran mereka sangat mendorong percepatan kebangkitan umat muslim dari era kemunduran.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization