Topic
Home / Berita / Opini / Perbedaan Perspektif Terhadap Gagasan Islam Nusantara

Perbedaan Perspektif Terhadap Gagasan Islam Nusantara

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Islam Nusantara (warkopmbahlalar.com)
Islam Nusantara (warkopmbahlalar.com)

dakwatuna.com – Baru-baru ini Umat Islam Indonesia sedikit diributkan oleh istilah “Islam Nusantara”. Istilah yang diangkat menjadi tema besar pada muktamar Nahdaltul Ulama (NU) ke-33 di Jombang, jawa Timur, pada 1-5 Agustus ini. Tulisan ini tidak bermaksud turut memanaskan atau mengkeruhkan kondisi yang telah berkembang, namun hanya sekadar menyampaikan opini penulis dalam melihat ide “Islam Nusantara” ini. Saya juga seorang kader maupun simpatisan NU apalagi Muhammadiyah.

Beberapa Ustad/ah terkenal pun banyak yang berkomentar mulai dari Ustad Salim A. Fillah (http://salimafillah.com/islam-dan-syiar-dakwah-nusantara/) yang terkenal dengan tulisan-tulisannya hingga Mamah Dedeh (http://www.arrahmah.com/news/2015/07/13/mamah-dedeh-tolak-keras-ide-islam-nusantara.html) yang terkenal dengan ceramahnya. Maksud hati penulis tidak ingin mengkritisi apalagi menyalahkan Guru-guru saya tersebut bahkan saya sangat sependapat dengan apa yang beliau-beliau sampaikan pada konteksnya.

Penulis melihat terdapat perbedaan perspektif dalam menyikapi istilah tersebut. Kebanyakan yang berbeda pendapat mempersoalkan bahwasannya ide besar ini dianggap sebagai lokalisasi Agama Islam jadi ada Islam Nusantara, Islam Timur-Tengah dsb. Sedangkan jika kita mengacu kepada gagasan yang disampaikan oleh KH Said Aqil Siroj selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak sama halnya dengan yang dipermasalahkan tersebut. Bahwasannya gagasan Islam Nusantara ini merupakan sebuah gagasan yang membangkitkan kembali semangat Islam yang berakar dari tradisi-tradisi nusantara dan berembang secara historis. Jadi bukan menjadikan Islam Nusantara sebagai sebuah produk namun menjadikan gagasan Islam Nusantara ini sebagai sebuah metode dalam berdakwah terutama di negara kita ini.

Permasalahan terbesar sebenarnya terjadi bukan pada perbedaan pendapat pada kalangan ustadz/ustadzah kita yang tentu mereka melebihi sikap toleransi yang tinggi dalam berpendapat karena pemahaman keIslaman mereka yang begitu luas dan mendalam. Oke kita anggap selesai perbedaan pendapat yang terjadi pada Guru-Guru kita ini. Namun apa selesai di kalangan masyarakat awam? Yang tentunya tidak memiliki ilmu yang banyak dan cenderung meperturutkan emosi dalam diri. Sehingga kita lihat yang terjadi adalah kesalahan pemahaman Islam Nusantara yang seperti yang dikhawatirkan Ustadz Salim dan Mamah Dedeh di atas yakni melokalisasikan Islam (yang sejatinya Islam adalah agama seluruh Umat bukan hanyya Nusantara) sehingga menyimpang dari Ide besar dan mulia yang dicanangkan saudara-saudara Nahdiyyin. Ditambah lagi keawaman masyarakat kita dengan antek-antek JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menambahkan bumbu-bumbu tersebut dalam mencapai tujuan mereka untuk meliberalkan Islam, mengkotakkan Islam berdasarkan daerah dan tentunya memecahbelah Umat Islam agar terus berseteru dan tidak bersatu. Seperti halnya Zuhairi Mishrawi (anggota JIL) contohnya yang mengkampanyekan Islam Nusantara namun diselewengkan demi mencapai tujuannya. Zuhairi mengkampanyekan Islam Nusantara dengan ditambahi bumbu-bumbu anti Timur tengah sekan-akan Islam terkotak-kotak ajarannya berdasarkan daerah, lebih parahnya lagi dia mengatakan bahwasanya Umroh adalah ibadah konspirasi karena akan dengan umroh akan menambah pemasukan Arab Saudi melalui visa (http://tabayyunnews.com/2015/07/beginilah-cara-berpikir-zuhairi-misrawi-dan-ulil-para-pencetus-jil-dan-jin/).

Sehingga kembali lagi yang menjadi korban adalah Umat Islam yang sesungguhnya dengan dalang di balik semua ini adalah para antek JIL. Umat Islam berpecah karena berbeda pendapat ditambah lagi orang-orang awam yang tidak terlalu luas pemahamannya ikut mendukung ide Islam Nusantara yang awalnya sangat baik menjadi menghina Agama Islam.

Oleh karena itu alangkah lebih baiknya Umat Islam lebih membuka sudut pandangnya kembali, jangan sampai perbedaan kita dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang benci dengan Islam seperti JIL(s). Selain itu kita sebagai umat Islam terlebih yang sudah memahami lebih jauh dengan pemahaman keislamannya sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melakukan pencerdasan kepada orang-orang di sekitar kita mulai dari keluarga, teman dan masyarakat luas agar tercipta persatuan Umat Islam.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa aktif semester enam jurusan teknik pengairan di universitas brawijaya. Saat ini memiliki kesibukan sebagai seorang anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) di tingkat Universitas dan sekaligus menjadi Ketua Kongres Mahasiswa (atau bisa dipahami sebagai MPR kalo di negara kita). Pernah menuntut ilmu di Pesantren Terpadu Alkahfi Bogor selama enam tahun sejak SMP dan sampai saat ini masih aktif mengikuti kajian dan menuntut ilmu Islam dan menghafal Alquran.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization