Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Jalan Sang Diplomat

Jalan Sang Diplomat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (beckermanphoto.com)
Ilustrasi (beckermanphoto.com)

dakwatuna.com – Angin berhembus menerpa wajah, di bawah langit yang mulai menghitam dan terasa dingin. Angin itu tidak berbentuk, tapi terasa. Seperti Tuhan yang agung, tidak terlihat secara kasat mata, tapi sungguh Tuhan itu ada dan sangat dekat. Hari ini suhu mencapai -5 derajat celcius. Musim dingin yang hadir di setiap tahun, kembali menyapa diriku dengan segala keanggunannya. Dunia yang warna-warni ini disulap menjadi dunia putih. Jalanan, gedung, pohon dan lainnya seragam menjadi berwarna putih tertindih salju lembut. Semuanya kompak menjadi putih. Andai saja kaum Muslimin dapat seragam seperti saat musim dingin bersalju, semua seragam dalam konstitusi Al-Quran yang suci, pasti kejayaan ada di genggaman. Tapi aku meyakini, kejayaan sebentar lagi akan hadir kembali, tidak lama lagi!

Sudah genap 4 tahun aku tinggal di benua biru ini, tepatnya di kota Berlin, Jerman. Kota penuh sejarah yang megah dengan bangunan klasik khas Eropa. Berlin itu indah, ditambah saat musim dingin seperti saat ini, dengan hiasan saljunya, sungguh sangat-sangat indah.

Aku terus berjalan menuju rumahku sambil menikmati pemandangan yang menakjubkan. Tak henti-henti ku ucapkan maha suci Allah. Tuhan yang maha agung, yang dapat menciptakan keindahan sedemikian rupa. Sesekali kulihat sekeliling, Jalanan yang bersih, orang-orang yang teratur dan bahkan ada yang sangat unik disini, anjing pun sangat teratur. Melihat hal yang demikian, aku langsung teringat dengan buku yang belum lama ini kubaca. Buku tentang ulama terkenal Turki Ustadz Baiduzzaman Said Nursi. Dalam buku itu terangkum ucapan Said Nursi yang berbbunyi “Eropa mengandung janin Islam”. Setelah aku berpikir sejenak dan membayangkan keadaan Eropa saat ini khususnya Jerman, jawaban dari ucapan itu aku dapatkan.

Di Jerman kesejahteraan bukan hanya wacana semata, tapi benar-benar tercipta secara nyata. Jaminan social, jaminan pendidikan, hingga keteraturan dan kerapihan. Bayangkan saja, jika kita menikah dan memiliki anak di jerman, pemerintah akan membayar untuk anak kita. Selain itu, orang-orang miskin dan pensiunan di jamin oleh Negara dan yang paling mangagumkan adalah biaya pendidikan yang gratis dari SD hingga S3. Jika di hitung-hitung, biaya pendidikan Universitas yang memadai dengan fasilitas canggih seperti di jerman, bisa mencapai 14.000€ per tahun atau sekitar 220 juta rupiah. Tapi semua itu di tanggung oleh pemerintah. Yang sangat menarik adalah, jaminan seperti ini bukan hanya di peruntukan untuk warga Negara Jerman, akan tetapi warga Negara asing yang mendapat izin tinggal di Jermanpun mendapatkan hal serupa. Banyak hal di Eropa yang mencerminkan ajaran Islam yang sesungguhnya, tapi tidak kita dapati di Negara Muslim, miris memang.

Sistem yang hampir mendekati ideal ini memang melalui proses yang panjang dan ada yang mengagumkan dari proses ini. Aku pernah berbincang dengan DR.Smith , seorang muallaf asal Jerman yang mempunyai istri warga Negara Indonesia. Dia bercerita bahwa Penguasa terdahulu bernama Otto von Bismarck, mengambil sebagian sistem Islam untuk di terapkan di Jerman. Sangat mengagumkan pikirku. Bahkan Dewasa ini kita mengetahui bahwa Islamic finance menjadi trobosan baru di tengah krisis Ekonomi yang melanda dunia. Metodologi Islamic finance banyak di kembangkan di Eroapa, khususnya di United Kingdom. Banyak pembicara dari seminar International Ekonomi Islam adalah orang Eropa, yang notabene bukanlah seorang Muslim. Ini menunjukan bahwa sistem Islam adalah sebuah sistem yang Ideal dan diakui oleh orang terpelajar.

Menurutku itulah arti dari perkataan Baiduzzaman Said Nursi tentang Eropa. Aku sangatlah beruntung dan juga bersyukur dapat merasakan suasana Eropa yang sarat dengan pelajaran ini. Dari teknologi hingga karakter bangsa. Aku yakin, tidak lama lagi Islam akan bersinar cerah di Eropa, seperti Andalusia yang pernah di terangi oleh cahaya Islam.

-DZAIF-

Akhirnya aku sampai di tempat tinggalku, sebuah tempat tinggal khusus untuk Mahasiswa. Kulepaskan mantelku, lalu kuletakan di tempat menggantung mantel. Aku bergegas menuju kamar mandi mengambil wudlu untuk shalat maghrib.

Selepas shalat maghrib, aku menuju meja belajar dan membuka laptopku. Ku hubungi Ayahku untuk berbincang sejenak. Beberapa hari yang lalu ayahku dan beberapa temannya mengunjungiku, kami sempat berjalan-jalan ke beberapa kota di Eropa, seperti: Paris, Amsterdam, Vienna, hingga Budapest. Menikmati keindahan Dunia yang Allah telah ciptakan memang menakjubkan. Aku bersyukur telah di beri kesempatan oleh Allah dapat menikmati dunia yang indah dan luas ini. Ayahku dan teman-temannya sedang memiliki agenda di Eropa. Selagi ayahku di Eropa, beliau sekalian mengunjungi anaknya untuk silaturahmi dan melepas kerinduan. Aku menghubungi Ayahku dengan video call.

“Assalamu’alaikum abi” aku mengucapkan salam takzim, terlihat di layar laptop, wajah ayahku yang berwibawa

“Waalaykumsalam Mush’ab, lagi ngapain kamu?” jawab ayahku dengan wibawanya.

“Alhamdulillah baru nyampe rumah, baru selesai kuliah. Abi dimana sekarang? Masih di Budapest?” tanyaku

“Iya, masih di Budapest, InshaAllah besok ke Bosnia, setelah itu ke Tunisia, lalu terakhir ke Turki. Selesai dari Turki pulang lagi ke Indonesia InshaAllah. Doakan semoga dilancarkan oleh Allah ya Mush’ab urusan-urusan yang abi bawa ke sini. Semoga menjadi amal ibadah”

“Amiin bi. Semoga abi dan teman-teman senantiasa dilindungi oleh Allah.”

“amiin. Oh iya bagaimana kuliah kamu?”

“Alhamdulillah bi, lancar. Sedang banyak tugas sih. Tapi sibuk nulis juga untuk di share di Media. Berbagi pengalaman juga bi.”

“bagus itu, yang banyak baca sama banyak nulis. Contoh pa Hamzah, kamu lihat sendiri kan kemarin, dia kemana-mana selalu membawa buku bacaan. Membaca itu membuka pengetahuan, wahyu pertama juga tentang membaca kan Mush’ab. Makanya pa Hamzah bisa jadi seperti sekarang, orang berpengaruh di Negara kita, buku karya beliau sudah banyak dan berbobot. Beliau bukan hanya pandai bicara saja, karena memang tugas beliau untuk banyak berbicara, tapi ucapannya dapat juga di tulisakan menjadi sebuah karya. Walaupun beliau sangat sibuk, waktu kosongnya tidak di sia-siakan. Umurnya tidak mubazir Mush’ab. Jangan lupa dengan ibadah juga mush’ab, contoh juga ustadz Mata. Kamu tahu sendiri kan kesibukan beliau seperti apa? sehari bisa sampai dua tiga kali naik pesawat. Ngisi di acara ini, ngisi di acara itu. tanggung jawabnya juga besar, tapi beliau tidak lupa mengaji juga berdzikir bahkan menjaga dan menambah hafalan Qurannya. Abi menyaksikannya sendiri, beliau tilawah di pesawat hingga berjuz-juz. Tulisan beliau juga sangat bagus, walaupun beliau lulusan ilmu syar’i, tapi pengetahuan beliau tentang ilmu lainnya sangatlah luar biasa. Abi harap, kedepannya kamu dan generasi kamu bisa lebih baik dari pa Hamzah atau ustadz Mata. Abi kagum sama mereka Mush’ab,setahun terakhir abi selalu bersama-sama mereka, kemanapun. Abi semakin terpacu untuk melakukan kabaikan, untuk Agama kita Mush’ab.”

Ayahku bercerita menggebu. Sungguh, akupun menjadi saksi atas apa yang dikatakan Ayahku. Dan aku pun menjadi saksi bahwa Ayahkupun seperti mereka. Beliau banyak membaca, tilawah dan aktivitas mengagumkan lainnya. Orang-orang tidak banyak tahu tentang Ayahku, yang orang-orang tahu hanyalah segelintir berita. Tentang Pa Hamzah dan Ustadz Mata pun seperti itu, masyarakat hanya tahu segelintir berita tentang mereka. Tapi sungguh, jasa mereka untuk agama, untuk dakwah, untuk jalan yang tiada kata tuk mengungkapkannya adalah sangat luar biasa. Mereka telah banyak mengorbankan segalanya, waktu yang orang biasa habiskan dengan bersenang-senang bersama keluarga, mereka wakafkan untuk kebaikan Agama. Harta samapai pikiran selalu mereka curahkan untuk itu. ketika aku kecil, aku sangat kesal terhadap Ayahku, kenapa beliau jarang di rumah dan lain sebagainya. Tapi seiring berjalannya waktu, aku jadi mengerti akan semua hal itu. bahwa yang ayahku lakukan bersama teman-teman seperjuangannya adalah begitu mengagumkan.

“Oke bi, doakan selalu.” Obrolan kami mengalir bagaikan Air. Nasihat, canda dan tawa menghiasi komunikasi singkat kami.

Menurutku, ayahku adalah orang yang luar biasa. Beliau ahli di bidang ekonomi islam. Beliau bekerja untuk bank syariah ternama di Malaysia. Usaha beliaupun cukup maju. Aku banyak belajar dari Ayahku tentang pengambilan sikap, kelembutan dalam ber Islam dan banyak hal lainnya.

Ayahku dekat dengan banyak Politisi, pengusaha, Akademisi hingga Ulama. Cara beliau bergaul sungguh elegan. Menyampaikan kebaikan dengan lembut sesuai kondisi. Ketika sedang bergaul dengan pengusaha atau politisi, ayahku tampil dengan tampilan tidak berbeda dari mereka, rapi dan trendi. Ketika sedang bersama akademisi, ayahku berbicara mengimbangi pengetahuan mereka. Lalu dengan para Ulama, beliau dapat menyesuaikan dan sesederhana para Ulama. Ayahku dapat tidur dimana saja, ber Alaskan apa saja.

Sungguh cita-cita Ayahku dan teman-temannya sangat Mulia. Mengembalikan kemuliaan Islam di dunia. Ayahku menuntutku untuk bergaul secara internasional, menyebarkan kebaikan Islam secara Universal. Karena Islam bukan hanya untuk Indonesia, orang Ras Eropa pun berhak mendapatkan kenikmatan Islam. Ayahku berharap aku menjadi seperti namaku “Mush’ab” , seorang diplomat Islam pertama dalam sejarah. Mush’ab bin Umair adalah seorang yang tampan, baik tutur katanya. Diceritakan sebelum memeluk Islam, Parfum beliau tercium hingga puluhan meter. Dengan kemampuannya berdiplomasi, kota Yatsrib menjadi kota Islam pertama. Sungguh jasa beliau tiada tanding. Dan sekarang, kaum Muslimin membutuhkan Diplomat-diplomat unggul seperti Mush’ab. Menyebarkan Islam dengan santun dan lembut, menunjukan bahwa Islam adalah Rahmatan lil ‘alamiin, bukan malah dengan cara kekerasan, tapi menyebarkan Islam dengan produktivitas, entah dalam Ilmu pengetahuan atau Perniagaan dan lainnya.

-DZAIF-

Eropa, pusat peradaban dunia. Banyak Diplomat Islam bermunculan di benua ini, diantaranya adalah Said Ramadhan. Beliau adalah menantu dari Hasan Al banna, pendiri gerakan Islam dunia yang tersohor di seantero dunia, Muslim Brotherhood. Beliau mendirikan pusat keislaman di swiss, jasa beliau sangat besar untuk perkembangan dakwah di Eropa dan juga putra beliau, yaitu Prof.DR.Thariq Ramadhan, dosen Keislaman di Oxford University. Padangan-pandangan dakwah beliau sangat cocok di terapkan di Eropa, beliau tidak segan untuk menjembatani antara Islam dan Barat untuk berdialog, yang pada zaman dahulu adalah sedikit tidak mungkin menjembatani Islam dengan barat, tapi beliau dapat melaksanakannya. Ada juga Youssef Nada, penulis dari buku fenomenal Inside The Muslim Britherhood. Dapat dikatakan beliau adalah Utsman di era Modern, beliau lah yang membiayai dakwah Eropa. Dengan kekayaannya, dengan hartanya. Beliau dapat menyebarkan Islam dengan baik. Alahamdulillah aku pernah sekali berkesempatan bertemu dengannya di acara Konferensi mahasiswa Muslim sedunia yang diadakan di Istanbul Turki. Kebetulan beliau menjadi pembicara di acara tersebut. Sungguh sesuatu yang menakjubkan dapat bertemu dengan orang yang luar biasa jasanya terhadap Islam, terhadap Dakwah.

Ada yang menarik dari kisah hidup Youssef nada. Dikisahkan di buku Inside the Muslim Brotherhod, Youssef remaja pernah di penjara oleh pemerintah mesir karena dia mengikuti gerakan Islam Hasan Al banna. Beliau saat itu menyaksikan persaudaraan islam yang sungguh luar biasa. Ketika itu para anggota Muslim Brotherhood di siksa di penjara, dengan siksaan yang amat dahsyat bahkan dikatakan di buku itu, siksaan yang iblispun tidak dapat menciptakannya. Satu kali, tersisa satu porsi makanan di klinik karena ada yang meninggal. Youssef yang sedang di klinik diperintahkan mengantarkan ke sel 13. Penghuni sel gelap berkata, “Berikan ke sel di sebelah. Dia lebih membutuhkannya” Youssef menemukan sumber suara itu. Hanya mata merah dan mulut yang terlihat. Badan lelaki itu terbakar, hitam, tak bisa dikenali. Youssef membawa makanan ke sel sebelah. Orang di dalam sel itupun berkata “Dia lebih memerlukan daripada saya….’” Sampai ke satu sel. Dalam sel itu nampak bagian-bagian lelaki. Bagian tubuh antara dua kakinya habis diterkam anjing yang dilaparkan.

Pengalaman di penjara membuat Youssef anti kekerasan. Apapun akan dia lakukan untuk mencegah tumpahnya darah orang yang tidak bersalah. Kisah Youssef sangat mengharukan, persaudaraan Muslim yang sangat indah. Kisah Youssef nada tersebut membuatku terharu dan menitikan airmata, kisah Youssef sungguh Indah, seindah kisah Nabi Yusuf AS yang Al quran menyebutkan kisah nabi Yusuf dengan sebutan Ahsanul Qhashas atau Kisah Terindah.

Itu hanya segelintir Diplomat Islam di Eropa, dan aku berharap aku menajadi salah satu Diplomat terbaik yang dimiliki Islam.

-DZAIF-

Aku diperjalanan pulang menuju Berlin selepas mengisi pengajian di kota Köthen, kota kecil di Negara bagian Sachsen Anhalt. 2,5 jam perjalanan dari Berlin menggunakan kereta. Aku rutin 2 minggu sekali mengisi pengajian mahasiswa Indonesia di kota itu. banyak mahasiswa Indonesa yang mengambil Studienkolleg atau penyerataan di kota itu. Di Jerman, orang Luar Negri wajib mengikuti Studienkolleg selama satu tahun sebelum kuliah Bachelor.

Biasanya kota Köthen hanyalah tempat transit sebelum melanjutkan kuliah di Kota besar. Dahulu, akupun menyelesaikan Studienkolleg di kota itu. dan sekarang aku diminta untuk rutin mengisi pengajian di kota itu. walaupun lelah dan mengorbankan banyak hal, tapi aku berharap hal ini menjadi sebuah amal kebaikan untukku.

Bukan hanya aku yang dikirim keluar kota, ada beberapa temanku juga di kirim untuk mengisi pengajian atau membina mahasiswa-mahasiswa baru di kota kota lain, seperti Leipzig, zittau, Wismar dan lainnya. Kami Berharap mahasiswa itu dapat berislam secara lebih baik lagi dengan hadirnya kami disana. Karena agak sedikit miris memang keadaan umat Muslim Indonesia sekarang. Baca Quran yang sebenarnya krbutuhan primer, tapi mereka tidak dapat menguasainya. Atau shalat yang sering dilalaikan, adanya kami disana adalah untuk mengingatkan akan kepentingan berislam dengan baik dan benar, Karena kunci menuju ke kehidupan abadi yang menyenangkan adalah keislaman yang sesungguhnya.

Di kereta, aku duduk di sebelah orang mabuk. Pakaiannya rapi, dia tertidur dengan wajah yang merah. Malam sabtu atau minggu memang budaya orang jerman untuk berpesta sampai pagi buta. Kebetulan aku baru selesai mengisi pengajian pukul 22.00, lalu menggunakan kereta pukul 23.00 untuk pulang ke berlin. Sampai di berlin sudah pagi atau dini hari.

Si penumpang mabuk itu terbangun, dia Nampak terkaget. Sepertinya dia bablas. Dia lalu bergegas turun di stasiun pemberhentian berikutnya, di Ostbahnhof. Sejenak kemudian Dia turun, lalu pintu kereta kembali tertutup. Tempat tinggalku masi beberapa stasiun lagi dari Ostbahnhof.

Aku sesekali melihat sekeliling, kosong, tidak ada siapapun. Aku memejamkan mata, mengucapkan syukur kepada Allah. Aku mebuka mata dan melihat ke kursi si penumpang mabuk tadi, “MasyaAllah” gumamku. Si penumpang mabuk menjatuhkan dompetnya. Aku langsung memungutnya dengan niat untuk memberikan ke pihak berwenang. Kulihat isi dompetnya, ada uang 100 euro dan 50 euro, serta kartu ATM dan kartu Kredit lalu juga ada kartu nama. Tertera disitu nama Philip Gander, juga tertera nomer teleponnya.

“Ada nomer teleponnya, hmm, aku serahkan saja besok langsung kepadanya” pikirku dalam hati, aku berniat mengembalikannya langsung. Tidak menyerahkan ke pihak stasiun. Kebetulan, besok aku akan jalan-jalan bersama adikku yang sedang liburan ke Berlin. Adiku kuliah di Hannover, dan sering berkunjung ke berlin, atau sebaliknya, aku yang berkunjung ke Hannover. Aku segera mengirim pesan kepada adikku

“Shofi, sebelum kita jalan-jalan, tolong belikan makanan Indonesia, nasi goreng atau rendang ya, di restoran Nusantara, di bungkus. Danke shof ☺” pesan ku kirimkan.

-DZAIF-

“Halo, guten Morgen. Sind Sie herr Philip” tanyaku di telepon

“Halo, Morgen. Ja bin ich Philip, Wer?” suara di telepon menjawab.

“Ich bin Mush’ab, ich habe Ihr Portemonnaie gefunden. An der S-bahn” aku menjelaskan bahwa aku telah menemukan dompetnya di S-Bahn atau semacam Kommuterline di Jakarta.

“Ah jaa, pantas saja, aku mencarinya dimana-mana, tapi tidak ketemu. Terimakasih. Kapan aku bisa mengambilnya?” tanyanya dalam bahasa jerman.

“hari ini anda bisa mengambilnya. Bagaimana jika kita bertemu pukul 12.00 di Hauptbahnhof?” tanyaku

“Okke, kein Problem. Hari ini pukul 12.00 di Hauptbahnhof. Terimakasih banyak ya. Sampai jumpa nanti, tschüss”

“Okke. Sampai nanti. Tschüss” hubungan telepon terputus. Segera kutelepon adikku.

“assalamualaykum shofi, kamu dimana? Sudah beli pesanan abang belum?” tanyaku langsung

“waalaykum salam bang. Sudah nih. Lagi menuju ke Hauptbahnhof” jawab adikku

“okke deh, abang 10 menit lagi sampai di Hauptbahnhof. Sampai ketemu InsyaAllah. Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

aku membungkus dompet menjadi kado, ku isi dengan minuman jahe seduh dua bungkus dan kacang garuda yang biasa kubeli di toko Indonesia di Berlin. Semoga herr Philip senang menerimanya. Semoga ini bisa menjadi kebaikan untuk dimasa yang akan datang.

-DZAIF-

aku dan adikku telah sampai di Hauptbahnhof. Bangunan super megah yang dimiliki stasiun utama kota berlin ini menyihirku. Bangunan yang sungguh Modern, bertingkat-tingkat hingga kebawah tanah. Arsitektur yang modern dengan dilapisi kaca transparan. Hauptbahnhof berlin memang di bangun baru-baru ini, ketika Jerman menjadi tuan rumah piala dunia 2006. Oleh karena itu, bangunannya berbeda dengan bangunan stasiun lainnya yang lebih klasik.

Teleponku berbunyi, aku langsung mengangkatnya.

“Halo, wo sind Sie?” Tanya suara di seberang telepon.

“Halo, aku di depan Kaisers herr Philip, memakai mantel abu abu, wajahku asia, aku orang Indosesia” jawabku

“Ah oke, aku melihatmu. Aku menuju kesana”

“baik herr Philip” telepon ditutup.

Dari kejauhan terlihat orang Jerman mengenakan mantel hitam, dengan kaca mata dan sepatu pantopel. Sangat rapi dan Elegan. Dia mendatangi kami. Tapi ada yang janggal, mukanya seperti tidak senang saat dia melihat aku bersama adikku. Adikku memang mengenakan Jilbab yang agak lebar, mungkin itu yang membuat dia tidak senang. Di Eropa sedang muncul isu yang tidak enak tentang Islam. Kejadian pembunuhan wartawan yang sering membuat karikatur nabi Muhammad oleh seorang oknum kembali mencoreng nama Islam. Aku sebenarnya tidak menyalahkan aksi itu sepenuhnya, tapi dampak yang orang Islam di Eropa rasakan sangat terasa. Media mainstream yang menjadi konsumsi sehari-hari warga eropa, beramai-ramai memberitakan hal yang buruk tentang Islam. Padahal, Ulama Eropa termasuk di dalamnya, yang paling vocal Prof.DR.Thariq Ramadhan, cucu dari Hasan Al Banna mengutuk hal tersebut. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Kejadian itu telah terjadi. Islamphobia mungkin akan kembali terangkat di Eropa. Aku berlindung kepada Allah dari segala Ujian.

Muka orang jerman itu semakin masam.

“Mana Dompetku?” dia bertanya agak kasar.

“Ah, herr Philip. Silahkan ambil. Ini dompet anda” aku tersenyum dan langsung memberikannya sebuah kado yang berisi dompetnya. Tanpa basa basi, karena keadaan yang memang tidak memungkinkan untuk itu. terlihat sekali kebencian diwajah herr Philip.

“Apa ini?” Herr Philip menggeretak.

“Silahkan di buka herr Philip, didalam kado itu ada dompet anda.” aku kembali tersenyum. Dia segera membuka kado yang kuberikan, dan mukanya agak sedikit lega ketika dia mendapati dompetnya berada didalam. Dia mengecek isi dompetnya berulang kali.

“Apa ini?” dia bertanya tentang Minuman jahe yang kuselipkan.

“Itu minuman Jahe khas Indonesia herr Philip. Di seduh dengan air hangat. Khasiatnya dapat menghangatkan tubuh di musim dingin. Itu hadiah untukmu, dan juga ada kacang garuda, ini sangat nikmat herr Philip. Aku biasa memakannya sebagai cemilan. Dan satu lagi, ini ada makanan khas Indonesia yang barusan kami beli dari restoran Nusantara, restoran khas Indonesia yang berada di Berlin. Namanya Rendang, di suatu Forum Internet, rendang ini adalah salah satu makanan paling enak di Dunia.” Aku tersenyum menjelaskan. Tapi tiba tiba wajah Herr Philipp berubah.

“NEIIIINNN!!!!” dia berteriak nein berulang ulang. Cukup keras.

“Ada apa herr Philip” aku bertanya kaget, bahkan sangat kaget. Herr Philipp seperti orang gila pada saat itu, dia tiba-tiba berteriak.

“Nein. Nein. Aku tidak percaya ini” Herr Philip terus berteriak nein.

“Tolong jelaskan Herr Philip.” Aku dan adikku panik melihat kelakuan Herr Philip yang berubah.

“kalian Muslim, tidak seperti yang diberitakan oleh media. Kalian bukan terrorist, mana mungkin terrorist sebaik ini. Tidak mungkin. Aku tidak percaya ini. Sungguh tidak percaya. Di dalam pikiranku, semua muslim adalah jahat. Adalah biadab! Mereka radikal dan cinta kekerasan. Tapi setelah melihat kalian, tidak mungkin. Aku tidak percaya. Kalian sungguh baik. Aku yang kehilangan dompet, tapi kalian yang memberi hadiah untukku. Unmöglich.” Terlihat mata herr Philip berkaca kaca. Adikku bahkan sampai menitikan air mata. Hatiku pun haru, gerimis akan luapan perasaan. Hal kecil seperti ini dapat erubah persepsi dia sampai 180 drajat.

“Islam tidak seperti itu herr Philip” aku menjelaskan tentang Islam yang damai, islam yang menentramkan.bahwa Islam yang sesungguhnya adalah Islam yang tanpa kekerasan. Hari itu kami banyak berbincang tentang keislaman. Panjang lebar kami berbincang pada hari itu. adikkupun menjelaskan tentang jilbab dan gunanya untuk wanita. Alasan-alasan yang cukup logis kami terangkan kepadanya. Cukup banyak pertanyaan yang sulit yang diajukan oleh herr Philipp, tapi Alhamdulillah kami dapat menjawabnya dengan baik.

Setelah kejadian itu, aku sering bertemu dengan Herr Philip. Dia adalah seorang Pengacara yang hebat. Aku menjelaskan tentang Islam yang sesungguhnya. Islam yang Indah dan Anggun, lalu mengenalkannya kepada seorang Ustadz di salah satu Mesjid di Berlin, agar dia lebih dapat mendalami Islam. Hingga Akhirnya, Allahu akbar, dengan kuasa Allah, Hidayah telah sampai kepadanya. Allahu Akbar!!!

-DZAIF-

Aku ingin menjadi Diplomat Islam sejati seperti Mush’ab bin Umair, seperti Said Ramadhan, seperti Youssef Nada, seperti Ustadz Mata, dan juga seperti Ayahku. Cita cita ini tersalurkan dari darah Ayahku, aku beruntung di lahirkan dalam Rahim Tarbiyyah Islam. Inilah aku, si Anak Singa. Anak dari Ayahku, anak dari ibuku yang bergelut dijalan terbaik.

“JALAN PARA DIPLOMAT ISLAM, JALAN PARA PEJUANG!!”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Ekonomi dan Politik HTW Berlin, Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia se-Jerman (FORKOM Jerman).

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-3: Persoalan Jamaah dan Komitmen (Iltizam))

Figure
Organization