Topic
Home / Berita / Daerah / Seharusnya MOS Jadi Momentum Tularkan Budaya Kebaikan

Seharusnya MOS Jadi Momentum Tularkan Budaya Kebaikan

Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Tubagus Arif. (IST)
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Tubagus Arif. (IST)

dakwatuna.com – Jakarta. Masa Orientasi Siswa (MOS) saat penerimaan siswa baru di sekolah-sekolah menjadi momok yang mengkhawatirkan berbagai pihak karena marak dengan tindakan bullying terhadap siswa baru khususnya di Jakarta. Menurut anggota komisi E DPRD DKI Jakarta yang membidangi Pendidikan, Tubagus Arif, hal ini terjadi akibat apa yang dicontohkan kakak kelas atau bahkan keluarga saat di rumah yang akibatnya para siswa melampiaskannya kepada siswa baru. Padahal MOS adalah sarana yang sangat baik untuk melatih kepemimpinan dan mengenalkan budaya baru yang lebih baik di sekolah.

Tubagus yang juga Sekretaris Umum DPW PKS DKI Jakarta melanjutkan, jika MOS ingin dilaksanakan dengan baik dan diisi dengan hal yang positif, maka semua pihak baik orang tua, guru, bahkan hingga pemimpin juga harus memberikan contoh yang baik. “Tutur kata yang baik, sikap yang baik agar dapat dicontoh. Kalau orang tua, guru, kepala sekolah bahkan pemimpin memberi contoh yang kurang baik maka itu yang akan ditiru oleh para anak-anak, terutama anak-anak peserta didik,” kata Tubagus dalam siaran pers yang diterima dakwatuna.com, Jumat (31/7).

Masih menurut Tubagus, semua pihak harus memberikan apresiasi yang luar biasa kepada siswa yang menyelenggarakan kegiatan MOS dengan hal-hal yang baik dan positif agar menjadi motivasi bagi siswa-siswa lain untuk berlomba-lomba dalam melakukan hal yang positif.

“Kita harus memberikan apresiasi bagi siswa yang mengisi MOS dengan hal yang positif, misalnya bertutur-kata santun saat mengisi MOS, bersikap sopan dan baik kepada orang lain dan menjaga etika selama MOS,” tutur politikus PKS asal daerah pemilihan Jakarta Utara ini.

Hal positif yang mendapatkan apresiasi akan mampu menular kepada siswa bahkan dapat menular kepada mereka yang sudah dewasa, dan menjadi contoh bagi semua pihak, secara otomatis siswa yang lain akan termotivasi. Hal ini juga akan memotivasi para guru di lingkungan sekolah dan orang tua agar dapat bertutur lebih baik. “Jangan kalah dengan anak kecil dong, anak kecil saja bisa bertutur kata dengan baik masa yang dewasa ngga bisa,” tutup Tubagus. (abr/dakwatuna)

Redaktur: Abdul Rohim

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang suami dan ayah

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization