Topic
Home / Pemuda / Pengetahuan / Serial Konflik: Kepentingan dan Kebutuhan

Serial Konflik: Kepentingan dan Kebutuhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (helenfrost.com.au)
Ilustrasi. (helenfrost.com.au)

dakwatuna.com – Barangkali Anda pernah melihat anak-anak Anda saling berebut mainan. Lihatlah betapa lucunya mereka. Mulai dari saling persuasif dengan saling meyakinkan bak politisi ulung hingga janji-janji memberi permen atau ancaman dari si badan besar ke lawannya yang lebih kecil.

Tak hanya anak-anak, Anda dan pasangan hidup Anda pun pasti pernah mengalaminya. Mulai dari diskusi hangat tentang pilihan libur akhir pekan Anda ke pantai yang ditolak oleh istri Anda yang ingin berlibur ke gunung. Berbentuk dari sekedar saling cubit dan cium, hingga ancaman akan memasakkan masakan yang super asin, atau justru sikap saling memunggungi di malam hari.

Itulah bentuk-bentuk konflik antar individu. Konflik adalah “Persepsi tentang perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest)”. Konflik adalah bawaan lahir setiap insan. Karena setiap individu memiliki kebutuhan (needs) yang mewujud menjadi suatu kepentingan.

Dan konflik terjadi ketika para pihak memiliki persepsi bahwa pemuasan kepentingan satu pihak akan menghalangi pemuasan kepentingan pihak lain. Lihat saja contoh bagaimana sang istri yang ingin pergi bersama ke gunung dan suami yang hendak pergi berlibur bersama ke laut memiliki persepsi bahwa pemuasan kepentingan satu pihak akan menghalangi pemuasan kepentingan pihak lain. Jika sang istri membawa keluarga (termasuk suami) nya berlibur ke gunung, tentu pemuasan kepentingan si suami untuk berenang di laut akan terhalang. Begitu pula sebaliknya.

Allah, satu-satunya Tuhan yang nyata dan ada sendiri menerangkan tentang penciptaan manusia sebagai khalifah (wakil)-Nya di muka bumi. Dari sekian banyak ayat Alquran, ayat ini (selain beberapa ayat lain) berbicara dengan gamblang tentang hakikat bawaan lahir manusia yaitu potensi berkonflik. Penggambaran dalam ayat ini mudah dipahami. Bentuk konflik yang Ia terangkan adalah bentuk eskalasi tertinggi yaitu perang (war) dimana kekuatan fisik digunakan untuk memaksa satu pihak menerima kepentingan pihak lain.

Penjelasan itu terdapat di Alquran dalam Surah Al-Baqarah: 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Dalam memahami konflik, penting untuk menyadari tentang kepentingan tiap individu. Kepentingan di tiap individu dapat didefinisikan sebagai persepsi seseorang akan kebutuhannya (Pruit & Rubin, 1986). Bagi kita, sangat perlu untuk mengidentifikasikan persepsi seseorang tentang kebutuhannya ketika kita terjebak dalam situasi konflik atau menjadi fasilitator penyelesaiannya.

Ketika kita terlibat dalam konflik, tentu pertama kita harus bisa mengetahui dengan jelas tentang apa yang dia (lawan dalam konflik atau aktor-aktor konflik) persepsikan tentang kebutuhannya. Soetomo (2013) menjelaskan dalam bukunya tentang pembangunan masyarakat (community development) tentang macam-macam kebutuhan (needs). Yaitu: expressed needs (apa yang diekspresikan), felt need (apa yang dirasakan), normative need (perbandingan antara apa yang dipersepsikan sebagai realita dengan standar norma sosial yang dipercayai) dan comparative needs (apa yang dipersepsikan sebagai hasil dari perbandingan dengan suatu pihak). Oleh karena itu, apa yang seseorang ungkapkan dalam tutur bicara atau gerak-geriknya sesungguhnya belum tentu menginformasikan apa yang sungguh menjadi kebutuhannya. Yang bisa kita lakukan adalah menggali dan terus menggali tentang macam kebutuhan apa yang menjadi keyakinan (persepsi) nya.

Hal ini sangat penting, dengan memahami apa yang dipersepsikan oleh para pihak yang berkonflik maka kita atau siapapun akan bisa melihat dengan jernih apa penyebab konflik dan bagaimana penyelesaiannya. Apakah kebutuhan yang suami persepsikan sebagai kepentingannya adalah hasil dari ia membandingkan sesuatu dengan kawan kantornya? Apakah kepentingan istri yang ia persepsikan adalah expressed need yang sesungguhnya berbeda dengan felt need dia? Apakah yang tetangga kita persepsikan sebagai kepentingannya yang terganggu oleh kita adalah hasil ia membandingkan sesuatu dengan hal normatif yang berlaku di masyarakat kampung kita?

Apa yang Allah terangkan tentang macam-macam konflik yang menggunakan contoh hubungan suami istri dalam Alquran Surah At-Talaaq ayat 6 ini sangat inspiratif. Selain menjelaskan bentuk-bentuk konflik, terdapat pula pesan tentang komunikasi dua pihak yang berkonflik guna mengetahui apa persepsi tentang kepentingan yang menjadi pemicu konflik dan sekaligus membuka jalan menuju penyelesaiannya.

At-Thalaq: 6, “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Konflik, tak perlu kita alergi dengannya. Karena ia adalah embedded dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Yang perlu kita siapkan adalah mematuhi Allah menjadi insan yang pandai dalam mengelola konflik. Apalagi jika menggunakan panduan dari Alquran dan hadits Nabi yang banyak memuat pelajaran tentang manajemen konflik. (hatma/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Tenaga ahli untuk business sustainability and locak-regional economic development. Saat ini Hatma sedang berkarya di suatu perusahaan minyak & gas nasional untuk mengelola: CSR, social engineering dan keberlanjutan bisnis (business sustainability) di aset-aset milik perusahaan tersebut. Dengan latar belakang Teknologi Pertanian (UGM) dan Magister Teknik Industri (UII), Hatma yang sedang menempuh pendidikan Ekonomi Islam di IOU (Qatar) ini mendapatkan pengakuan sebagai tenaga ahli di bidang Regional Economic Development dari pemerintah Jerman di 2010. Mengkonsentrasikan diri pada isu tentang business sustainability melalui pendekatan social engineering dan community development, pelbagai pelatihan dan sertifikasi baik di level nasional dan internasional telah diikutinya.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization