dakwatuna.com – Penemuan lembaran Alquran kuno di Universitar Birmingham, Inggris baru-baru ini menjadi perbincangan yang hangat. Sekali lagi klaim Alquran sebagai mukjizat umat Islam menemui kenyataannya. Alquran benar-benar terjaga dari penambahan dan pengurangan akibat kesalahan manusia sengaja atau tidak.
Timbul pertanyaan dari penemuan ini, mengapa hurufnya tidak seperti huruf yang ada di dalam mushaf sekarang ini? Pertanyaan lain, kalau benar itu adalah lembaran Alquran, surat apa yang tertulis pada lembaran – yang berdasarkan hasil uji radio karbon berasal dari generasi Rasulullah atau para sahabat atau tabiin – tersebut?
Justru pertanyaan ini semakin menunjukkan kebesaran penemuan itu.
Sejarah Penulisan Alquran
Aksara Arab (rasam) sudah beberapa kali mengalami perubahan. Bermula dari sejarah penulisan Alquran, karena sejatinya Alquran itu beredar dalam bentuk bacaan yang dihafal di hati umat Islam. Pertama kali Alquran dikumpulkan (dibukukan) secara resmi pada masa khalifah Abu Bakar r.a. setelah puluhan sahabat yang hafal Alquran gugur syahid dalam memerangi kaum yang murtad dan enggan menunaikan zakat. Zaid bin Tsabit menjadi kepala proyek ini dibantu dengan para sahabat yang hafal Alquran.
Mushaf baru ini kemudian diwariskan kepada zaman Umar bin Khathab yang kemudian tersimpan dalam rumah anaknya, Hafshah. Umat muslim masih terus membaca Alquran berdasarkan hafalan atau manuskrip yang mereka buat sendiri.
Tantangan lain muncul di zaman Utsman karena bacaan Alquran merebak ke berbagai wilayah yang ditaklukkan kaum muslimin. Perbedaan dialek antar wilayah membuat cara membaca ayat Alquran pun berbeda-beda sesuai dengan guru mereka masing-masing. Hampir-hampir saja perbedaan cara membaca Alquran tersebut menimbulkan bentrokan fisik satu sama lain. Mendengar hal ini, khalifah Utsman bin Affan r.a. kemudian menyalin mushaf zaman Abu Bakar dan membuat penulisan standard yang menyesuaikan dengan dialek Quraisy (karena Nabi Muhammad saw bersuku Quraisy), dan membuat 7 salinan yang disebar ke beberapa kota.
Kemudian Islam semakin luas tersebar ke berbagai wilayah, termasuk wilayah non- Arab. Aksara (rasam) yang ada saat itu cukup menyulitkan orang non-Arab untuk membacanya karena tulisan dalam mushaf hanya berupa konsonan tanpa tanda baca. Dan huruf-huruf saat itu pun belum dengan tanda titik. Bayangkan, non-Arab akan kesulitan membedakan ba, ta, tsa, nun, dan ya tanpa tanda titik; membedakan jim, ha, kho; membedakan dal, dzal; membedakan shad atau dhad dan tha atau zha.
Penyempurnaan penulisan Alquran dilakukan pada zaman Abdul Malik bin Marwan sehingga kita yang hidup di zaman modern dan bukan orang Arab bisa membaca Alquran dengan baik tanpa kesalahan.
Surat yang Tertulis di Perkamen Tersebut
Pertanyaan selanjutnya, surat apa yang tertulis pada perkamen tersebut? Ada beberapa lembar yang ditemukan, dan yang paling terkenal adalah pada foto di bawah. Karena lembaran itu yang sangat mudah dikenali.
Pada lembaran Alquran itu tertulis akhir surat Maryam dan awal surat Thaha. Surat Thaha, surat yang mengantarkan Umar bin Khathab r.a. masuk Islam. Begini terjemahannya, “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).”
Dan renungi juga akhir surat Maryam, khususnya pada ayat ke-97. “Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Alquran) itu dengan bahasamu (Muhammad), agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.”
Ayat-ayat yang tertulis pada lembaran kuno itu menjelaskan tentang Alquran! Allahu Akbar!!! Seolah penulis yang hidup di zaman lampau itu memberi pesan kepada kita yang hidup di zaman modern tentang kemudahan Alquran. Allahu akbar!
Lihat penjelasan pada gambar di bawah:
Perhatikan pada gambar, di halaman sebelah kiri terdapat tanda tiga baris berombak yang membelah halaman. Itu adalah pemisah antara surat Maryam dan surat Thaha.
Paling mudah melihat surat Thaha. Di awali dengan tulisan “Bismillahirrahmanirrahim” tepat di bawah tanda berombak itu. Begitulah aksara kuno, huruf sin agak samar, dan huruf nun pun samar. Tulisan selanjutnya jelas terlihat rangkaian huruf Tha dan Ha. Selanjutnya mudah mencocokkan bahwa tulisan berikutnya adalah “Maa anzalna….”
Sebelum tanda berombak itu adalah ayat-ayat terakhir surat Maryam. Mudah kok mencocokkannya. Silakan cocokkan dengan seksama. Bisa dengan Mushaf atau dengan Alquran digital di gadget atau web browser dan buka akhir surat Maryam. (zico/dakwatuna)
Redaktur: Samin Barkah
Beri Nilai: