Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Lembaran Alquran Tertua: Janji Allah dan Riset Universitas Birmingham

Lembaran Alquran Tertua: Janji Allah dan Riset Universitas Birmingham

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Lembaran Al-Quran tertua yang disimpan oleh Universitas Birmingham, Inggris (aa.com.tr)
Lembaran Alquran tertua yang disimpan di Universitas Birmingham, Inggris (aa.com.tr)

dakwatuna.com – Sejak belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir kita selalu yakin dengan orisinalitas Alquran, dengan ilmu ulumul Qur’an yang kita pelajari mulai dari sejarah penulisan Qur’an di zaman Rasul yang berserakan hingga pengumpulan dalam satu mushaf di zaman Abu Bakar dengan metodologi yang mirip metodologi ilmiah modern. Tapi mungkin itu cukup meyakinkan bagi kita orang beriman tapi tidak bagi orang ateis atau skeptis atau materialis yang hanya percaya apa yang bisa dilihat dan diraba.

Karena itu menjadi tantangan umat Islam dan seluruh universitas Islam untuk mengembangkan ilmu arkeologi, kimia, dan lain-lain untuk, tidak hanya mempelajari konten manuskrip kuno dan tafsirnya, tapi juga berburu bukti fisiknya lalu menelitinya di lab-lab.

Walaupun sebagai umat Islam kita tidak perlu terlalu khawatir, karena janji Allah itu pasti benar dan terbukti. Maka “berjalanlah di muka bumi, lalu analisalah…” (qul siiru fil ardhi fan zhuru..), pasti akan kamu dapati setiap penemuan ilmiah itu selalu membenarkan setiap ayat Qur’an. Karena ayat yang tersebar di alam, dengan ayat yang tertulis di mushaf, berasal dari sumber yang satu: Allah.

Dan hari ini umat Islam layak berbahagia, karena Universitas Birmingham dan Oxford membantu kerja-kerja dakwah kita. Mereka merilis riset mereka atas manuskrip mushaf Qur’an yang ada di Universitas Birmingham.

Dengan analisis radiokardon di laboratorium Universitas Oxford, disimpulkan bahwa Mushaf ini ditulis sekitar tahun 568-645M, yang sesuai dengan waktu Rasulullah hidup antara tahun 570 M hingga wafatnya tahun 632 M.

Susan Worrall, direktur special collection dari Cadbudy Research Library Universitas Birmingham mengatakan, bahwa akurasi analisis radiokarbon ini mencapai 95,4%.

Hal ini menjadikan mushaf Alquran yang ada di Universitas Birmingham adalah mushaf tertua yang ada di dunia yang isinya sama persis dengan mushaf yang kita punya hari ini.

Banyak renungan yang bisa kita ambil dari penemuan ini. Renungan yang membanggakan, membahagiakan namun juga menyedihkan.

Penelitian ini semakin membuktikan kejujuran umat Islam menjaga Alquran sejak zaman para sahabat. Bahwa Alquran mereka jaga dengan amanah, disampaikan, lalu ditulis tanpa ada tambahan satu huruf pun hingga sampai kepada kita dengan konten yang sama persis.

Penelitian bukti lembaran Alquran (mushaf) ini menjadi argumentasi yang sangat kuat di depan tuduhan beberapa golongan umat Islam yang tidak mempercayai para sahabat seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman, karena mereka beranggapan para sahabat ini menyembunyikan beberapa bagian Alquran yang berhubungan dengan ahlul bait. Berabad-abad debat mereka ini mengisi buku-buku ulumul qur’an atau perbandingan madzhab dan aliran. Namun pada akhirnya, bukti fisik akan selalu mengalahkan dugaan-dugaan.

Penelitian ini memberi kekuatan tambahan akan validitas dan orisinalitas Alquran di depan para materialis yang hanya percaya bukti fisik, dan menyangka bahwa Alquran telah terdistorsi sebagaimana Bible dalam sejarah mereka.

Penelitian ini menjadi referensi tambahan dalam ilmu ulumul qur’an dan tafsir yang selama ini berisi kajian literatur dan kekurangan riset-riset lapangan seperti penelitian manuskrip.

Namun penelitian ini juga membawa kesedihan yang perlu menjadi refleksi diri umat Islam untuk berfikir, bergerak dan berubah.

Bagaimana mungkin mushaf tertua itu ada di Inggris? Tersimpan rapi di Universitas Birmingham dan bukan di museum Saudi atau Cairo atau Istanbul? Bagaimana mungkin para peneliti mushaf ini mayoratisnya bukan muslim? Ke mana para pakar radiokarbon muslim? Ke mana para ‘Indiana Jones’ muslim yang berburu manuskrip yang telah dipindah-tempatkan dari timur tengah ke barat? Mana kajian-kajian telaah fisik manuskrip di Universitas Al-Azhar Mesir, Madinah, Ummul Qura, Damaskus, Qatar atau Universitas Istanbul? Mana museum-museum Islam di negeri-negeri timur tengah yang rapi merawat peninggalan para sahabat? bahkan kita tidak punya museum Rasulullah. Beruntung masih ada Topkapi di Istanbul yang menyimpan beberapa peninggalan nabi, dan pedang sahabat. Mereka juga punya museum yang mengabadikan momen penaklukan al-Fatih, tapi mana museum yang mengabadikan momen-momen paling bersejarah bagi umat Islam, Badr, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah? Apakah Saudi, negeri-negeri Teluk, kekurangan uang untuk membangunnya? saya rasa tidak, karena Dubai membuat cabang Museum Louvre Paris di sana.

Orang akan sangat menjaga apa yang paling berharga yang dia miliki, seperti emas monas yang dijaga siang dan malam. Tapi kekayaan fisik Umat Islam yang berharga justru telah hilang dari negeri-negeri kita, dan bisa kita temui di Musee de Louvre Paris, Vatikan, London.

Mungkin bukan mutlak kesalahan generasi hari ini yang merasakan bekas-bekas penjajahan dua-tiga abad lalu. Tapi setidaknya hal ini perlu memicu adrenalin gerak riset dan laju pengetahuan kita. Bahwa zaman sedang berlari sprint, sehingga dakwah mengenalkan Islam di depan semua manusia itu juga memerlukan kondisi fisik yang prima dengan suplemen pengetahuan paling mutakhir, riset-riset ilmu alam, strategi-strategi ilmu sosial dan tetap bernafaskan ilmu-ilmu keislaman.

Jika ada kesempatan, mushaf tulisan tangan sahabat ini bisa dilihat di The Barber Institute of Fine Art, The University of Birmigham Inggris dari tanggal 2-25 Oktober. (elvandi/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Muhammad Elvandi lahir di Bandung, tahun 1986. Ia menyelesaikan seluruh pendidikan dasarnya di Bandung: SDN Cibuntu 5, SLTPN 25 dan SMUN 9. Bahasa Arab mulai dikenalnya dari dasar selama dua tahun di Ma’had Al Imarat dan bahasa Inggris selama sembilan bulan di LIA. Skill kepemimpinannya terlatih sejak pramuka, menjadi ketua IKMA rohis SLTPN 25, ketua bidang tarbiyah PRISMAN SMUN 9, dan president UCC (United Conversation Club) dan presiden mahasiswa BEM Al Imarat. Pengalaman menulis pertamanya adalah sebuah novel kepahlawanan di zaman perang salib ‘Syair Cinta Pejuang Damaskus‘ tahun 2006. Pertengahan tahun 2007 mendapatkan beasiswa kuliah S-1 di Universitas al-Azhar Mesir, jurusan Da’wah wa Tsaqâfah al-Islâmiyyah hingga selesai tahun 2011. Selama menjadi mahasiswa di Mesir kembali menekuni aktivitas kepenulisan hingga terbit buku ‘’Inilah Politikku’’. Juga terjun dalam organisasi mahasiswa dan menjadi ketua BPA-PPMI. Dan menjadi pembicara di puluhan forum Keislaman, Kepenulisan, Leadership, Public Speaking dan Politik. Ia menggemari sastra secara umum, juga buku-buku sejarah, pemikiran, dan politik. Tahun 2011 Elvandi meneruskan kuliah ke Perancis. Mempelajari bahasa Perancis dalam setahun di Saint Etienne lalu mengambil Master Filsafat di Institut Europeen des Sciences Humaines de Paris hingga 2014. Ia menjadi konsultan pendidikan dan keislaman untuk komunitas pekerja perusahaan Internasional Total Paris, juga menjadi pembicara keislaman dan keindonesiaan di KBRI Perancis, KBRI Autria, KBRI London, Forum Keislaman IWKZ Berlin, SGB Utrech Belanda, KIBAR United Kingdom, dan beberapa komunitas muslim lokal di Newcastle, Manchester, Glasgow dan Aberdeen. Tahun 2014 Elvandi mengambil mengambil Master kedua di University of Manchester pada program MA Political Science: Governance and Public Policy yang diselesaikan di pertengahan 2015. Saat ini Elvandi membangun beberapa lini bisnis di Indonesia dan Eropa, juga menjadi pembicara di forum-forum dalam dan luar negeri, serta menjadi dosen di Telkom University Bandung. Elvandi juga membina berbagai komunitas anak muda di Indonesia. MUDA Community (www.muda.id) adalah komunitas Muslim Berdaya yang fokus membangun kemampuan pemikiran dan ilmu-ilmu keislaman di generasi muda. Juga AFKAR Institute, adalah lembaga kajian strategis, Think Tank yang mengkaji tema-tema strategis keumatan di level Indonesia dan global.

Lihat Juga

Inggris Kecam Rencana Pencaplokan Tepi Barat oleh Israel

Figure
Organization