Surga Yang Tak Dirindukan, Poligami adalah Solusi Syariat Allah

Surga Yang Tak Dirindukan (captured)

dakwatuna.com – “Aku akan menikahimu. Malam ini juga. Pegang kuat tanganku, naiklah…!” ujar Prasetya meyakinkan Meirose agar tidak bunuh diri, lalu menariknya agar tidak terjatuh dari gedung rumah sakit.

Malam itu juga mereka menikah.

Dialog di atas adalah cuplikan adegan dalam film Surga Yang Tak Dirindukan #SYTD, yang diangkat dari novel karya Asma Nadia, nama yang sudah tidak asing lagi di dunia tulis menulis Indonesia.

Dialog di atas itu pula awal konflik serius dalam film #SYTD.

Catatan saya setelah menonton film #SYTD yang menceritakan tentang poligami kurang lebih sebagai berikut:

  1. Bahwa poligami adalah bagian tak terpisahkan dari syariat Islam, ia adalah aturan yang berasal dari Allah. Menentangnya, seperti menganggap poligami adalah penindasan terhadap perempuan, poligami bertentangan dengan hak asasi perempuan, maka berarti itu menentang syariat Allah. Saya menyebutnya dengan Well Belief.
  2. Bahwa Poligami harus dilihat sebagai bagian (meski bukan satu-satunya) solusi yang disediakan Allah. Oleh karenanya, ilmu tentangnya haruslah diketahui secara baik. Bagaimana ‘adil yang dimaksud syariat, bagaimana memenuhinya. Bagaimana jika sudah berusaha adil namun tetap dianggap tidak adil. Ini harus dipelajari.

Karenanya pula, bila tanpa ilmu, maka poligami yang seharusnya menjadi solusi akan menjadi bagian dari problem rumah tangga. Saya menyebutnya dengan Well Educated.

– Selanjutnya, agar syariat Allah tentang poligami ini teraplikasi dengan baik, maka harus ada persiapan yang matang dari pelakunya. Persiapan yang paling utama -menurut saya- adalah kemampuannya untuk menafkahi lahir dan batin. Saya menyebutnya dengan Well Prepared.

Termasuk dalam mempersiapkan ini adalah, bagaimana kita memahamkan syariat Islam kepada anak-anak, agar kelak jika dewasa tidak gagap terhadap syariat.

Melakukan komunikasi dengan hikmah kepada pihak-pihak terdampak poligami. Istri, anak, mertua dan keluarga. Semua keluarga yang memungkinkan untuk diajak berkomunikasi.

Ini penting agar tidak terjadi fitnah di kemudian hari. Paling tidak, meminimalisir sakit hati utamanya dari istri. Hehehe…

Diberitahu akan lebih baik daripada tahu sendiri seperti Arini dalam film #SYTD. Saya menyebutnya dengan Well Communicated.

Betapa hancur hati Arini, suami yang dicintainya, yang telah berjanji pada ayahnya untuk tidak menyakitinya, ternyata menikah lagi tanpa lebih dulu memberitahunya.– Ini karena tidak ada komunikasi yang baik.

Pelajaran lain yang bisa dipetik dari film #SYTD adalah tentang IKHLAS.

Ikhlas atas takdir Allah. Seperti sikap yang ditunjukkan ibunya Arini, setelah dikomplen Arini karena menyembunyikan fakta bahwa ayah Arini ternyata poligami, yang diketahui Arini saat ayah Arini wafat dan anak istrinya datang takziah.

Ikhlas itu tidak berarti tidak ada sakit hati. Ada rasa sakit hati pada ibu Arini saat ayah Arini menikah lagi. Tapi demi Arini, sang ibu berusaha ikhlas.

Hal yang sangat ditekankan dalam poligami adalah mampu berlaku ADIL. Ini memang sulit, meskipun kita sangat menginginkannya. Adil itu belum tentu tidak menyakiti. Kalau sudah emosi yang bicara, maka tidak akan ada rasa diperlakukan adil. Maka, kalau sudah diperlakukan adil, tapi masih juga sakit hati, ya derita loe, hehehe…

Kiranya itulah pandangan saya. Kalau yang mau nikah lagi, pasti sepakat dengan saya. Sementara buat para istri, termasuk istri saya, boleh jadi tidak sepakat dengan saya.

Namun sekali lagi, ini bukan tentang sepakat atau tidak. Ini tentang syariat, ini tentang ilmu. Begitu…

Dan kata para istri shalihah, “Surga tidak hanya bisa didapat dengan ikhlas dimadu.”

Konten ini telah dimodifikasi pada 23/07/15 | 19:17 19:17

Suami dari satu istri~Bapak dari lima anak~Hamba Allah yang ingin menjadi bagian kebaikan untuk Indonesia Allah Ghayatuna, Ar-Rasul Qudwatuna, Al-Qur'an Dusturuna, Al-Jihad Sabiluna, Al-Mautu Fi Sabilillah, Asma Amanina
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...