Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Karena Cinta Itu Dahsyat, Jangan Jatuh Cinta

Karena Cinta Itu Dahsyat, Jangan Jatuh Cinta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Love, cinta...dakwatuna.com – Cinta memang dahsyat. Karena cinta, seketika saja si bakhil itu berubah menjadi dermawan. Disebabkan oleh cinta, tiba-tiba si malas itu berubah menjadi gigih. Oleh cinta, sekejap saja si pengecut berganti menjadi pejuang nan gagah. Tetapi, sering kali ini hanya sebentuk euforia sesaat. Efek luar biasa dan positif ini hanya sebentar.

Kenapa itu bisa terjadi? Awal yang salah tiada ‘kan pernah menghasilkan kebaikan yang sejati. Akar pohon yang beracun, sekalipun pada awalnya ia tampak indah dihiasi dedaunan dan ranting-rantingnya yang lebat, tetap saja buahnya harus dijauhi karena beracun.

Kawan, awal yang salah dalam mencinta adalah jatuh cinta. Ah, bukankah ini menentang kebiasaan kita yang menganggap bahwa jatuh cinta itu ihwal yang lumrah? Namanya juga kita manusia, apanya yang salah bila mencintai?

Bukan. Bukan itu yang kumaksud. Islam pun tak pernah mengharamkan cinta. Seperti yang dikatakan Ibnu Hazm dalam syair gubahannya;

Kapankah Muhammad mengharamkan cinta?

Janganlah engkau berlagak suci,

Dengan menganggap bahwa cinta itu suatu dosa.

Lantas, kalau cinta tak bersalah? Apanya yang salah? Jatuh cinta, kawan. Jatuh cinta…

Kita pasti setuju bahwa cinta itu sangat berharga. Iya ‘kan? Nah, pantaskah sesuatu yang berharga itu kita jatuh-jatuhkan begitu saja?

“Ah, bukan begitu maksudnya. Jatuh cinta itu hanya ungkapan saja. Bukan makna yang sebenarnya.” Mungkin itulah jawaban yang segera terbersit.

Kawan.. Kita tinggalkan perbincangan soal apakah ini ungkapan atau apalah istilahnya. Kita tak ingin mendebatkan itu. Yang ingin kita bicarakan adalah maknanya. Apa yang terjadi pada orang yang jatuh cinta? Biasanya mereka hanya merasakan satu ketertarikan yang hebat, lalu mencari-cari pembenaran untuk ketertarikannya itu. Selepas itu, pikirannya sibuk memikirkan seseorang yang membuatnya tertarik tersebut. Semakin lama, semakin dalam. Akhirnya terbiasa. Puncaknya adalah menghendaki adanya hubungan yang bisa selalu mendekatkan. Entah apalah namanya. Persis seperti orang yang sedang terjatuh, tak berpikir panjang ke mana badannya akan terkapar. Sekali lagi, pantaskah sesuatu yang berharga diperlakukan demikian?

Bukti paling dekat untuk menyatakan bahwa jatuh cinta adalah kesalahan, bisa kita saksikan pada kebiasaan orang yang bergumul di dalamnya. Hari ini mereka mengaku saling mencintai, seminggu kemudian akhirnya mengakhiri kedekatan itu. Seperti itukah cinta? Ataukah yang mereka sebut cinta itu bukanlah cinta yang sebenarnya?

Kawan, Rasulullah saw tidak pernah mengatakan “Nikahilah wanita yang membuatmu jatuh cinta kepadanya.” Tidak pernah begitu. Yang beliau perintahkan adalah menikah atas landasan agama. Bila agamanya tidak baik, maka degub-degub ketertarikan itu bisa diabaikan. Rasulullah tak mengajarkan kita untuk jatuh cinta, tapi mencintai dalam kesadaran penuh. Di sini, cinta adalah keputusan dalam sadar. Oleh karenanya, ada pertimbangan yang serius.

Sudah sangat banyak korban yang menderita akibat jatuh cinta. Di awal-awal bersama, kedekatan terasa indah. Hari-hari menjadi seperti milik berdua. Lantas, setelah beberapa waktu lamanya, kedekatan itu tak lagi menyenangkan. Jenuh. Akhirnya, yang tersisa adalah penderitaan. Ingin pergi, tapi sudah sangat sulit untuk beranjak.

Kawan, biarlah yang menderita cukup yang tak sengaja atau lalai saja. Sedangkan yang sudah menerima peringatan, tak sepantasnya ikut merasakan. Karena engkau sudah diperingatkan. Maka ingatlah baik-baik peringatan ini;

“Saat kau tertarik pada seseorang, pikirlah dengan pemikiranmu yang tajam, apa yang membuatmu tertarik padanya! Bila kau merasa senang padanya hanya karena sejuk menatapnya di kali pertama, ingatlah bahwa ini tempat kerjanya setan. Pandangan adalah panah-panah beracun yang dipersenjatai oleh setan. Tapi, bila suatu saat kau tertarik pada seseorang karena kebaikan agamanya, lalu ingin bersama dengannya melalui cara yang sesuai agama, maka jagalah baik-baik sampai tiba waktunya niatmu bisa dilaksanakan. Buktikanlah bahwa akal dan hati bisa membedakan keduanya.”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan USU. Ketua �Al-Fatih Club�. Murid. Penulis. Beberapa karyanya yang sudah diterbitkan; Istimewa di Usia Muda, Beginilah sang Pemenang Meraih Sukses, Cahaya Untuk Persahabatan, dan lain-lain

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization