اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ – اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ – اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ”.
Amma Ba’du,
Hadirin jamaah shalat Idul fitri yang dimuliakan dan dikasihi Allah,
dakwatuna.com – Pagi ini kita berkumpul di lapangan ini untuk kembali menghadirkan hati dan jiwa kita, mempersatukan hati-hati kita, menundukkan hawa nafsu kita dalam rangka membesarkan Asma Allah, memuliakan Agama Islam, dan meninggikan kalimat suci-Nya. Pagi ini kita memang sengaja berkumpul, seperti orang berdemo atau berunjuk rasa – untuk menunjukkan kepada seluruh manusia bahwa hanya Allah saja yang pantas disembah. hanya Allah saja Yang Maha Suci, Maha Terpuji, dan Maha Agung. Maka dengan penuh kerendahan hati dan kekhusyu’an jiwa kita menyatakan ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, WALILLAHIL HAMD Allah Maha Besar, Allah Maha Agung Sempurna, Segala puja puji dan sanjungan hanyalah untuk Allah semata.
Sebagai hamba Allah, kita tidak dapat memungkiri bahwa tiada seorang pun di antara kita yang dapat menghitung nikmat Allah yang telah dia terima. Tidak ada kalkulator atau pun komputer yang dapat menghitung mundur untuk menjumlahkan semua nikmat Allah baik yang lahir maupun batin. Siapa yang dapat menghitung detak jantung, siapa yang dapat mengkalkulasi aliran darah, siapa yang dapat menjumlah trilyunan warna warni yang kita lihat setiap saat. belum lagi nikmat yang datang dari sekeliling kita, sungguh sangat banyak, massif dan terstruktur nikmat Allah yang tercurah kepada seluruh manusia. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan??
Hadirin sekalian, tugas kita memang bukan untuk menghitung-hitung nikmat Allah, tugas dan kewajiban kita adalah mensyukurinya. Fa-amma bini’mati Rabbika fa-haddits. Mensyukuri nikmat dengan mendayagunakannya sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Memberi Nikmat. Salah satu nikmat terbesar yang kembali diberikan Allah selama bulan Ramadhan adalah nikmat hidayah. Nikmat petunjuk dan bimbingan Allah, nikmat kasih sayang Allah yang mengembalikan kita ke jalan yang benar, nikmat ampunan Allah dan pembebasan dari api neraka.
Nikmat hidayah adalah nikmat induk, yang menjadi nikmat paling agung dan mulia – Karena menjadi nikmat Allah sebab bagi datangnya nikmat Allah yang nampak maupun tersembunyi – baik di Dunia maupun di Akhirat. Nikmat yang nampak di dunia ini adalah segala kebaikan lahiriyah duniawi yang kita terima, yang tersembunyi adalah segala kebahagiaan yang mengiringinya. Sedangkan nikmat di akhirat berupa surga dan Keredhaan Allah. Allahu Akbar – Allahu Akbar walillahil hamd.
Allah menuntun kita agar banyak berdoa memohon hidayah (petunjuk Allah). Di dalam shalat diwajibkan membaca surat Al-fatihah yang di dalamnya terdapat permohonan hidayah hamba kepada Allah. Sahnya shalat seorang hamba adalah dengan membaca surat Fatihah baik oleh Imam atau pun dirinya sendiri, seperti sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, “Laa shalata liman laa yaqro bi faatihatil Kitab” (Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca permulaan Al-Kitab (Al-Faatihah).
Permohonan hidayah di dalam surat Al-fatihah ini diucapkan setelah mengagungkan Allah, memuja dan memuji-Nya, serta menyatakan bahwa hanya kepada Allah Kami menyembah dan hanya kepada-Nya Kami memohon pertolongan. Inilah permohonan itu: “Ihdinas shirathal mustaqim, shirathal ladziina an’amta alayhim ghairil maghduubi alayhim walaadh-dhaliiin” (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan maka yang Engkau murkai dan bukan jalan mereka yang sesat)
“Ihdinas shirathal mustaqiim” adalah permohonan yang terbanyak kita sampaikan kepada Allah. Dalam sehari semalam setidaknya 17 kali. (dalam shalat fardhu lima waktu), jika bersama dengan shalat sunnah rawatib tambah 12 permohonan. Di Bulan Ramadhan ditambah lagi 11 atau 23 permohonan di setiap rakaat shalat (tarawih dan witir). Berarti selama sebulan penuh ada 40 atau 52 kali atau sekitar 1500 kali kita memohon hidayah dalam keadaan sangat serius, bersuci, menghadap kiblat diiringi ruku dan sujud dengan penuh kerendahan hati dan jiwa. Demikianlah, Allah memberikan kewajiban shalat 5 waktu secara teratur, sunnah rawatib, dan lain-lain agar manusia selalu berada dalam keadaan memohon hidayah bagi dirinya. Alangkah perlunya seorang hamba kepada bimbingan, tuntunan dan didikan Allah untuk dapat menaati dan selalu dalam keadaan beribadah kepada-Nya.
Allah juga menjawab permohonan hamba-hamba-Nya ini dengan kewajiban puasa Ramadhan dan membaca, mengkaji dan mengamalkan Alquran di dalamnya.,
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia, dan sebagai keterangan dari petunjuk itu, dan Pembeda (antara yang haq dengan yang bathil) (Al-baqarah: 185)
Hadirin dan hadirat yang disayangi Allah, ayat ini menjelaskan bahwa bulan Ramadhan secara keseluruhan merupakan bulan diturunkan Alquran dengan fungsi-fungsi yang terdapat dalam kandungannya. Secara khusus Alquran Allah turunkan di malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pertanyaannya sudahkah Kita meraih petunjuk Allah ini, sudahkah Kita menjadi hamba Allah yang senantiasa bersama Alquran?? Sudahkah wahyu Allah ini nuzul kembali ke dalam jiwa Kaum Muslimin??
Ramadhan sebagai syahrut tarbiyah kembali menempa kita untuk menjadi hamba Allah sejati yang bertaqwa kepada-Nya. Menempa kita dengan pelajaran lapar dan haus, dengan pendidikan menahan nafsu, membimbing dengan ibadah yang intensif: shalat tarawih, qiyamul lail dan membaca Alquran, bersedekah, berinfak dan membayar zakat ; juga dengan menjauhi maksiat dan hal-hal yang tidak bermanfaat di siang atau pun malam hari. Selanjutnya Allah menyatakan,
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al-Baqarah: 185)
Di setiap bulan Ramadhan, Alquran yang mulia dan agung telah sampai kepada kita. Ramadhan mengembalikan kita kepada Alquran, namun manusia yang menerimanya ada tiga jenis, sebagaimana yang disebutkan Allah Azza wa Jalla,
Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Fathiir: 32)
Jenis pertama adalah orang-orang yang zhalimun linafsihi (berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri). Yaitu mereka yang mengaku beriman kepada Allah, Rasul dan Alquran tetapi mereka jarang sekali atau hampir tetapi pernah membacanya. Mereka mengaku beriman tetapi mereka melupakan iman dalam amal kehidupannya sehari-hari. Karena itu kesalahannya lebih banyak daripada ketaatannya kepada Allah. Orang-orang jenis ini bila ittiqadnya salah dapat menjadi munafiqiin. Karena itu siapa pun yang melalaikan Kitabullah hendaknya segera bertobat, jangan sampai terjerumus lebih jauh sebagaimana diperingatkan Allah,
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”. (Al-Baqarah: 8-9)
Jenis kedua adalah orang-orang yang muqtashid (pertengahan) yaitu mereka yang berusaha untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya dengan membaca Kitabullah baik di dalam shalat maupun di luar shalat dan berusaha untuk mengamalkannya, namun juga terkadang masih terjatuh dalam kekeliruan. Dia mengamalkan Alquran sebatas kemampuan saja karena godaan Duniawi di sekitarnya begitu kuat. Maka terkadang dia dalam keadaan taat terkadang bermaksiat kepada Alquran.
Jenis ketiga adalah saabiqun bil khairat (orang-orang yang segera berbuat kebaikan) yang mereka yang bersungguh-sungguh dalam membaca Kitabullah setiap hari di dalam shalat ataupun di luar waktu shalat bahkan sebagian mereka hafalkan. Mereka mengamalkan dan memperjuangkan kitabullah di tengah kehidupan; baik dalam dirinya, keluarganya, maupun masyarakatnya. Orang-orang yang saabiqun bil khairat tidak hanya membaca tetapi juga mendalami kandungan Alquran melalui tafsir serta buku-buku. Mereka mengamalkan Alquran, mengajarkannya kepada siapa saja dan berjuang demi ketinggian Kitabullah, firman Allah Azza wa Jalla:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (Fathiir: 29)
Mendirikan shalat dan berinfaq dari sebagian rezki menunjukkan bahwa mereka mengamalkan isi Kitabullah dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan Alquran yang harus diamalkan tentu sangat banyak namun dua hal ini merupakan pokok yang harus diamalkan
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Baqarah: 121)
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ – اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ”.
Hadirin Hadirat Jamaah Shalat Iedul Fitri yang dikasihi Allah,
Carut marut kehidupan di muka bumi ini hanya dapat dihadapi dengan bertakwa kepada Allah. Takwa adalah bekal, takwa adalah penyelamat. Bekal dan penyelamat ini telah ada pada kaum muslimin. Karena itu mereka berhak untuk melakukan koreksi dan perbaikan terhadap persoalan kehidupan manusia. Umat Islam di tengah Bangsa Indonesia merupakan kekuatan terbesar karena mereka memiliki bekal takwa kepada Allah Azza Wa jalla.
Jika suatu negeri didominasi oleh kumpulan orang-orang yang bertaqwa, Allah menjanjikan keberkahan dan kebahagiaan bagi para penduduknya,
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(Al-A’raf: 96)
Allah menjamin keberkahan bagi hamba-Nya yang bertakwa. Orang-orang yang bertaqwa diganjar Allah dengan ampunan dan surga, suatu posisi final yang menjadi harapan yang selalu mereka damba-dambakan. Namun untuk menjadi hamba Allah yang bertaqwa memerlukan proses pendidikan, pembinaan, atau gemblengan. Dalam hal ini Allah Allah Azza wa Jalla memberikan wasilah (sarana) yang paling ringkas dan mudah yaitu berpuasa, beramal saleh sebanyaknya, serta menunjukkan ketaatan dan ketundukan kepada Allah di Bulan Ramadhan. Tentu saja, ketaatan ini tidak boleh bersifat musiman – dia harus dipelihara dan dijaga di 11 bulan lainnya. Jika seseorang sungguh-sungguh meraih taqwa pada Bulan Ramadhan – Allah akan menjaganya di Bulan-bulan lainnya.
Allah selalu menghimbau, memotivasi, dan mendorong hamba-hamba-Nya meraih taqwa sebagaimana ayat berikut ini,
dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (Ali Imran: 133)
Untuk meraih taqwa harus bersegera (wa sari’uuu), berlomba-lomba (saabiquu) tidak boleh berlambat-lambat, serta wajib menunjukkan keseriusan dan kesungguhan. Ganjaran bagi orang yang bertaqwa ini bukanlah ganjaran yang besar, tetapi superbesar luarbiasa; dengan kekuasaan Allah Yang Maha Agung – luas surga itu seluas langit dan bumi sehingga meskipun kekayaan dan kesenangan manusia di seluruh dunia sejak zaman Nabi Adam hingga akhir zaman mau dibandingkan dengan surga maka hal itu tidak lebih dari setetes air dibandingkan dengan lautan samudera.
Hasil utama dari setiap Bulan Ramadhan adalah lahirnya “Hamba-hamba Allah yang bertaqwa kepadanya. Ada tiga ciri utama dari hamba-hamba Allah ini,
Pertama, Selalu dekat kepada Allah yaitu senantiasa menjadikan taqwa sebagai landasan kehidupan, menjadi bekal dalam mengarungi lautan kehidupannya. Ciri iman dan taqwa ini tampak dengan hati yang selalu terikat dengan Masjid-masjid Allah. Selalu memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah di awal waktu. Mendirikan shalat dengan pengertian membangun masyarakat yang selalu ruku dan sujud kepada Allah di Masjid-masjid.
Kedua, Selalu dekat dengan Kitabullah Alquran yaitu selalu membaca, mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dia mempelajari dan mengajarkan Alquran serta memperjuangkannya syariatnya agar tegak di muka bumi. Alquran hadir untuk menjadi pedoman hidup orang-orang yang beriman, karena itu sungguh rugi jika tidak turut serta dalam barisan pejuang-pejuang Alquran yang hidup dan matinya untuk membela Kitabullah ini.
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Alquran dengan jihad yang besar. (Furqan: 52)
Ketiga, Manusia yang memberi manfaat seluas-luasnya kepada hamba-hamba Allah lain. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, “Khairukum anfa’ukum li-ibadillah” (Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi sesama manusia). Hal ini tampak dengan kegemaran beinfaq dan bersedekah. Menunaikan zakat bagi hartanya, suka berbagi dan memberi kepada yang membutuhkan.
Keempat, manusia yang berakhlak yang mulia, berkarakter sesuai ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam “Innama bu-itstu li-utamima makaarimal akhlaq” (Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak). Manusia berakhlak adalah yang perilaku kehidupannya dicintai Allah dan sesuai sunnah Rasulullah.
Sebagai penutup khutbah kali ini marilah kita memohon kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, memohon kemaslahatan diri kita, keluarga, umat, bangsa, negara, agar dapat meraih dan mengelola serta mendayagunakan kehormatan dan kemuliaan dunia ini untuk kemuliaan di akhirat nanti.
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمَيِنَ وَلا عُدْوَانَ إلا عَلىَ الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسَلين وَإمَامِ المُتَّقِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اللهم اغفِرْ لِلْمُسْلِمينَ وَالمْسُلْماتِ والمؤمنينَ والمؤمناتِ وَاَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاجْعَلْ قُلُوْبَهُمْ عَلَى قُلُوبِ خِيَارِهِمْ اللهُمَّ اغْفِرْ لاَحْيَائِنَا وَأَمْوَاتِنَا وَألِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَاَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاْجعَلْ قُلُوبَنَا عَلى قُلوُبِ خِيَارِناَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين
اللهمَّ انْصُرْ جُيُوسَ المُسْلِمِيْنَ وَعَسَاكِرَ المُوَحِّدِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إلي يَوْمِ الدِّينِ اللهُمَّ انْصُرْ دُعَاتَنَا وَعُلَمَائنَاَ المَظْلوُمِيْنَ تَحْتَ وَطْأَةِ الظالِمِين وَفِتْنَةِ الفَاسِقِينَ وَحِقْدِ الحَاقِدِيْنَ وَبُغْضِ الحَاسِدِين وَخِيَانَةِ المُنَافِقِيْنَ
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم رَبّنا اغْفِرْ لنا وَلِوَالِدَيّنا وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِنا مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلي خَيْرِ خَلْقِكَ وَأَفْضَلِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلي آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالمَينَ
Demikian khutbah Idul fitri 1436 hari ini, mohon maaf atas segala kekhilafan dan tutur kata yang tidak berkenan. Selamat merayakan iedul fitri 1436H. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua. (usb/dakwatuna)
Redaktur: Samin Barkah
Beri Nilai: