Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mindsetku dan Mindsetmu (Harus) Sama

Mindsetku dan Mindsetmu (Harus) Sama

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (poeticpoems.wordpress.com)
Ilustrasi. (poeticpoems.wordpress.com)

dakwatuna.com – Yap.. Mindset seringkali menjadi pesannya seorang dokter saat bertemu dengan pasien yang sudah putus asa akan penyakit yang dialaminya. Hal ini dikarenakan saat diri ini sakit, sesungguhnya obat yang paling mujarab adalah mindset bahagiamu, pesan seorang dokter yang sering terucap. Karena mindset kita bahagia, maka hormon bahagiamu pun akan meningkat dan berefek pada sistem imun pasien serta menimbulkan rasa optimis untuk menjadi sehat. Kemudian akan berpengaruh pada keinginan pasien untuk berobat ke rumah sakit dengan disiplin.

Demikian sehingga, mindset dapat diibaratkan dengan kacamata. Jika pengguna ingin mengbirukan seluruh yang dilihatnya, cukup dengan menggunakan kacamata biru. Maka saat itu seterang apapun yang dilihat, bagi pengguna semua tetaplah biru. Sistem ini seperti penggunaan kacamata hitam yang digunakan untuk ‘mengubah’ warna matahari untuk tidak menyilaukan mata.

Mindset jika dicari maknanya, bisa diartikan merupakan kata lain dari world view, paradigma pikir, atau pola pikir yang sifatnya tetap, (diciptakan oleh alam sadar manusia dan disimpan di alam bawah sadar) yang kelak akan mempengaruhi kita dalam berfikir maupun bertindak, hingga dapat menentukan hampir dari keseluruhan hidup kita. Mindset berasal dari informasi-informasi yang kita peroleh, hal-hal yang kita lihat dan rasakan, dan hal yang kita lakukan terus-menerus sehingga menjadi kumpulan-kumpulan keyakinan, yang menentukan bagaimana kita akan berpikir. Yang akan mendorong kita untuk mengurungkan atau melakukan sesuatu, menjadi faktor penentu suatu hal, salah satunya penentu ‘siapa kita’ di masa depan kelak.

Ibnu Qayyim pun menyampaikan : “..kita menjadi ‘siapa’ bukanlah karena kejadiannya. Tapi persepsi kitalah yg menunjukkan ‘siapa kita’ ”

Namun seringkali, tanpa disadari kita sering terperangkap kepada pikiran-pikiran keliru yang sulit untuk dibendung dan dikendalikan. Dan pada akhirnya kita menjadi ‘budak’ dari pikiran kita sendiri. Berhati-hati. Terutama di era di mana yang dilihat siapa yang menyampaikan bukan apa yang disampaikan, jaman kemanjaan. Era penuh dengan keabu-abuan yang di mana kewaspadaan pun menjadi atmosfir yang kental saat ini, jika tak ingin salah rumah dan langkah.

Kewaspadaan itu salah satunya terhadap yang bernama Ghazwul Fikri. Kata ini tentu bukanlah barang baru bagi kalangan umat islam, tentunya. Secara sederhana ghazwul fikri dapat diartikan sebagai perang pemikiran atau perang intelektual. Namun ada juga yang menjelaskan sebagai invasi pemikiran, perang ideologi, budaya, perang urat syaraf hingga perang peradaban. Seperti yang tertulis pada surah Al-Baqaroh ayat 217, bahwa umat muslim akan selalu diperangi dengan jalan apapun hingga kata murtad yang mereka inginkan tercapai.

Amunisi penyerangannya mereka di setiap era memiliki cara yang berbeda-beda. Dan pada era 21 ini melalui tulisan, pemikiran ide-ide, argumentasi, dialog, perdebatan. Sehingga mempengaruhi jalan pikiran bangsa atau di sini adalah umat muslim yang diserbunya melalui otoritas media massa yang mereka kuasai dan kita nikmati. Hingga Islamphobia, rendah diri, keragu-raguan merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan kepada diri masing-masing umat muslim hingga yang bukan. Apakah kita peka akan hal ini? Dan merawat mindset kita di koridor yang benar dan baik sesuai aturan-Nya. Berikut taktik yang harus diketahui bagaimana mereka melemahkan iman umat muslim:

  • Tasykik, menimbukan keragu-raguan, pendangkalan ilmu kaum muslim dari agamanya. Mereka membuat rasional-rasional baru yang membuat ragu akan ajaranNya yang disampaikan melalui Alquran dan as-Sunnah. Ada yang berkata Alquran tidak layak untuk jaman sekarang, dia ada hanya untuk di jamannya saja, sunnah diserang berupa hanya rekaan saja dari para riwayat hadist dan sahabat Rasulullah. Bahaya lah jika tak paham dan peka.
  • Tasywih, pelecahan atau pencemaran. Visinya berupa usaha untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap islam itu sendiri. Melakukan pencitraan buruk terhadap islam, seperti yang berjenggot lebat di buat berupa mindset adalah aksesoris seorang teroris, dan banyak lagi pelecehan yang membuat rasa rendah diri ini muncul pada kita yang tak kuat iman.
  • Tadhlil, dengan mencapur adukkan pemikiran dan budaya islam dengan budaya dan pemikiran jahiliyah. Sehingga membuat umat muslim bingung dan sulit untuk memisahkan yang mana nilai-nilai islami dan mana yang bukan.
  • Taghrib, westernisasi. Budaya yang dicitrakan lebih maju dibandingkan budaya lain dan memaksa umat muslim untuk mengikuti budayanya yang jauh dari prinsip budaya islam itu sendiri.

Jika membahas sarana, mereka sudah melakukan invansi besar-besaran. Hingga dapat dianalogikan, umat muslim sekarang sedang berada di sebuah akuarium yang menjadi bahan percobaan, bahan tontonan hingga tak bisa apapun. Berikut sarana yang digunakan oleh mereka berupa penguasaan lembaga atau instansi pemerintah, penguasaan media massa, pendidikan diwilayah kurikulum, organisasi sosial, forum-forum dialog, diskusi dan semacamnya. Maka bukan lagi saatnya diam menikmati, namun lawan walau dengan alat mereka pula hingga Allah menghadirkan takdirNya di akhir zaman nanti.

Upaya yang ekstra pun harus dimiliki, agar tidak terjebak dalam rekayasa-rekayasa mereka. Banyak tantangan yang akan dihadapi, oleh karena itu penting bagi kita untuk membekali diri dengan ilmu agama yang menjadi payung saat kita mempelajari ilmu dunia, iman kepadaNya yang mengakar kuat dalam bentuk akhlak, peningkatan wawasan dan keahlian bidang hingga keterampilan jurnalistik, jika kita ingin memainkan peran prajurit di wilayah media massa.

Serta jangan lupa untuk selalu berada dalam keadaan ‘kerendah-hatian’ bahwa Mahasuci Allah lah yang telah menciptakan semuanya, tidak ada yang manusia ketahui selain yang Allah SWT ajarkan kepada kami. Maka dengan begitu akan membuat kita untuk selalu berserah diri sehingga menuntun kita berpikir terbuka, tanpa prasangka yang mendominasi, dan menjadikan kita lebih logis. Serta selalu dapat mengantisipasi kekeliruan dalam bertindak, selalu check dan recheck, tabayun dalam setiap menerima informasi. Yang kelak jika dilatih terus menerus maka akan tertanam kuat dan menjadi mindset yang rapih di alam sadar dan akhlak kita semua. Bertahanlah hingga masa dimana Allah SWT mengijinkan dunia ini kembali menjadi tanah.

Sumber:

http://abinasyifa.blogspot.com/2011/12/persoalan-umat.html. Diakses pada tanggal 24 Juni 2015 pukul 08.51 WIB.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika UGM 2010, mempunyai motto hidup mulia dan mati syahid, anak pertama dari 2 bersaudara.

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization