Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Haram atau Dosa yang Lebih Tinggi?

Haram atau Dosa yang Lebih Tinggi?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com- Di kantor, saat membeli makanan ringan di Koperasi Karyawan, Seorang Senior Manager yang tak pernah kelihatan Shalat di Kantor (barangkali shalat di Masjid luar Kantor). Beliau bertanya dengan berbisik kepada Saya “Pak Adi, mana yang lebih tinggi status hukumnya antara Haram atau Berdosa?”

Biasanya, Pertanyaan-pertanyaan seperti ini diberikan para penganut Sufistik yang diajarkan oleh Syeikh Siti Jenar misalnya. Di jawa lebih dikenal dengan Kejawen, di mana hakikat pengakuan adanya Tuhan tak perlu ibadah cukup hati yang meyakini, atau istilah lainnya disebut Eling. Maka jika kelompok ini tidak terlihat shalat maka itu alasannya. Biasanya ilmu filsafat mereka cukup bagus dalam pengertian membolak-balikan logika berpikir sehingga jika Kita tak memiliki dasar yang kuat maka akan terjebak dalam kesesatan berpikir.

Saya menjawabnya begini ” Lebih tinggi status hukum berdosa karena Haram belum tentu berdosa tetapi berdosa sudah dapat dipastikan haram”, Perilaku berdosa sudah dapat dipastikan haram tetapi praktek yang diharamkan belum tentu berdosa.

Sang Senior Manager menjabat tangan Saya dengan erat, sejak itulah Beliau yang paling ditakuti di Perusahaan ini menjadi sangat akrab dengan Penulis. Tertawa dan saling bercanda di mana banyak karyawan lain heran melihatnya, kok bisa akrab? Saya jawab berkomunikasilah dengan bahasa kaumnya.

Mengapa lebih tinggi Dosa ketimbang Haram? Karena berdosa sudah pasti haram dan haram belum tentu berdosa.

Babi itu haram tetapi menjadi tidak berdosa untuk dimakan apabila terdesak di Hutan karena tidak adalagi makanan lain. Demi menyelamatkan diri maka tidak berdosa makan babi yang haram itu.

Sama dengan ketika Kapal di tengah laut terlalu penuh, dan apabila tidak dikurangi bebannya maka akan tenggelam. Dalam kondisi darurat seperti itu menjadi tidak berdosa untuk membuang sebagian penumpang kelautan lepas demi menyelamatkan yang lebih banyak walaupun dasar hukum membunuh manusia itu diharamkan (Kaidah Ushul Fiqih), tetapi faktor darurat seperti ini menjadi tidak berdosa untuk dilakukan.

Jadi, Haram dan Berdosa itu lebih tinggi berdosa, karena Haram belum tentu berdosa.

Tetapi Penulis ingatkan ke beliau bahwa meninggalkan Ibadah yang diperintahkan Allah swt tidak haram statusnya tetapi berdosa. Sang Manager senior inipun tertawa terpingkal-pingkal.

Setelah itu, tak lama kemudian setelah meeting dengan Presiden Direktur bubar, beliau memanggil Saya “Pak Adi, Kamu sebagai anak muda jangan alergi dengan kritik Saya yang sudah mau pensiun ini, tak lama lagi Saya pensiun dan Kamu sebagai anak muda harus meneruskan perjuangan dan harus selalu siap dengan kritik saat menjadi Pemimpin”

Saya menjawab beliau berkali-kali bahwa Saya merasa bahagia dengan kritik keras dan pedasnya beliau di mana bagi yang lain kritik beliau itu menyakitkan, karena itu pulalah Sang Menager paling senior ini paling ditakuti.

Masih di lokasi yang sama, entahlah ada firasat apa saat itu, ketika Sang Senior Manager ini mengatakan :

“Pak Adi, Percayalah bahwa Saya seorang muslim, Saya bisa buktikan ke Pak Adi jika Saya seorang Muslim, walaupun Saya tidak shalat di Masjid kantor Kita tetapi Saya yakin Allah swt adalah Tuhan satu-satunya dan Islam adalah agama satu-satunya yang diterima Allah swt.”

Kemudian di tangga kantor itu beliau bersyahadat di hadapan Saya. Kemudian Saya mengatakan bahwa Saya meyakini dirinya seorang Muslim dan tak meragukannya. Beliau tersenyum lepas dan sumringah meninggalkan wajah “galaknya” saat itu. Beliaupun berlalu. Hanya saja Saya bertanya dalam mengapa Sang manager ini sampai bersyahadat segala, apa yang terjadi sebenarnya?

Satu bulan kemudian, Sang Manager senior ini menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan pulang ke kantor setelah meeting dengan klien perusahaan Di Jakarta. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Semoga Allah swt menempatkan beliau ditempat yang mulia, diterima semua amal shalih dan diampuni segala dosa-dosanya. Aamiin….

Sang Manager paling senior ini pun benar-benar pensiun untuk selama-lamanya. Banyak pelajaran luar biasa selama Saya berkomunikasi dengannya.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Founder PT Coach Addie Group & Indonesian Muslim Foundation, Tinggal di Kota Bandung kelahiran Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics and Thinker and a Writer on culture, humanity, education, politics, peace, Islam, Palestinian, Israel, America, Interfaith, transnational, interstate, Management, Motivation and Cohesion at workplace. Committed to building a Cohesive Indonesia, Cohesive Industrial relation, Cohesion at workplace and offer Islamic solutions to the problems that inside. Lulus dari Fakultas Dakwah STAI Al-Haudl Ketapang, Kalbar, Melanjutkan S-2 Manajemen di Universitas Winaya Mukti Bandung, Jawa Barat.

Lihat Juga

Berharap Rahmat Allah

Figure
Organization