Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Masihkah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ Terpatri di Hati Bangsa ini?

Masihkah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ Terpatri di Hati Bangsa ini?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (dakwatuna/hdn)
Ilustrasi. (dakwatuna/hdn)

dakwatuna.com – Pancasila, sebuah ideologi bangsa yang lahir dari tapak tilas sejarah Indonesia. Penjajahan bumi pertiwi di masa lampau, mengobarkan semangat bangsa ini agar terlepas dari penyiksaan, pembodohan, ketamakkan, dan keterpurukan yang melanda.

Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, lima pondasi awal negara ini berdiri. Sebuah mimpi besar yang akhirnya diraih pada tahun 1945. Tanda kebebasan pun disambut dengan teriakan lantang oleh orang-orang di jaman itu, “Merdeka.. Merdeka!”.

Pancasila menjadi bukti, bahwa bangsa ini mempunyai visi dan misi yang konkrit untuk kemajuan Indonesia. Di mana Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi landasan utama masyarakat Indonesia menjalankan kehidupannya dengan berkeyakinan kepada Sang Pencipta. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, menjadikan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang saling menghormati terhadap sesamanya, berperilaku sopan santun dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Persatuan Indonesia, menjadikan masyarakat Indonesia sebagai warga yang mencintai negaranya, saling tenggang rasa agar persatuan tetap terjaga. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan, menjadikan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang mengutamakan musyawarah untuk kepentingan bersama. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadikan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang menjaga sikap gotong royong dan berperilaku adil.

Namun, rupanya bangsa ini telah banyak berubah. Hanya sedikit orang yang saling menghormati terhadap sesama, hanya sedikit orang yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi, hanya sedikit orang yang bermusyawarah untuk kepentingan orang banyak, hanya sedikit orang yang menjaga persatuan bangsanya, hanya sedikit orang yang bersikap adil. Dan hanya sedikit pula orang-orang yang percaya dan bertakwa kepada Tuhannya.

Sungguh, bangsa ini telah banyak berubah. Korupsi, asusila, pergaulan bebas, diskriminasi, dan segala bentuk kejahatan lainnya terjadi pada negeri ini. Andai saja sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sila yang menjadi induk di antara keempat sila lainnya itu diresapi dengan tulus oleh setiap insan di negeri ini, tentu hal-hal seperti itu tak akan marak terjadi. Karena orang yang percaya dan bertakwa kepada Tuhannya tak akan melakukan sesuatu yang merugikan orang banyak.

Jika korupsi masih saja terjadi, asusila masih saja ditemui, pergaulan bebas masih saja merebak, dan segala bentuk kejahatan masih saja menjamur, lantas, masihkah Ketuhanan Yang Maha Esa Terpatri di hati bangsa ini?.

Wallahu‘alam bishshawab.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Akuntansi Syariah 2012, Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI � Depok.

Lihat Juga

Fahira Idris: Kalau Pancasila Cuma Diteriakkan Saja, Indonesia Mungkin Saja Bubar

Figure
Organization