Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Sistem Ekonomi Neraka yang Berlandaskan Hawa Nafsu

Sistem Ekonomi Neraka yang Berlandaskan Hawa Nafsu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang terus berkembang setiap saat. Ilmu ekonomi dari waktu ke waktu, selalu menyesuaikan akan permintaan pasar dan situasi pasar yang ada. Ketika bidang ekonomi diperbudak oleh zaman atau era globalisasi yang semuanya dituntut untuk serba cepat dan praktis, sehingga membuat manusia untuk berpikir praktis juga, yang membuat manusia terpacu untuk mencipatakan segala sistem yang serba praktis dalam segi apapun. Kepraktisan yang dibuat oleh perkembangan era globalisasi lewat tangan manusia ini, juga mempengaruhi sendi maupun sistem ekonomi yang ada. Manusia dalam menajalankan segala bidang pekerjaannya, hanya mementingkan nilai-nilai kepuasan nafsu yang ada dalam diri mereka. Maksud dari kepuasan nafsu di sini adalah dalam orientasi ekonomi yang manusia lakukan, baik itu dalam bekerja maupun dalam akivitas ekonomi yang lain, mereka tidak memikirkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Manusia hanya terpacu untuk mengambil keuntungan yang sebanyak-banyaknya dan tidak memikirkan kesejahteraan sesama.

Bentuk nyata dari nafsu manusia yang terlihat dalam tingkah laku ekonomi yang ada saat ini adalah, adanya sistem Riba yang terkemas dalam bentuk Parsel yang sangat indah, parsel tersebut adalah bank yang berbasis konvensional yang saat ini sudah memilik daya bargain yang cukup kuat dalam pasar ekonomi yang ada. Riba yang ada dalam bank-bank tersebut adalah berbentuk sistem bunga yang terkadang terlihat menawarkan welas asih yang sangat baik dalam bentuk kreditnya, akan tetapi kebaikan yang ditawarkan bank dalam bentuk kredit berbunga tersebut, lama kelamaan akan mencekik dan memperburuk kondisi ekonomi yang memakai “jasa” kredit tersebut. Melihat kondisi ekonomi yang ada saat ini, sangat diherankan kenapa masyarakat masih memiliki kepercayaan dan masih melakukan kegiatan funding maupun landing di bank konvensional yang ada, jawabannya adalah sangat sepele, ketika masyarakat sudah terjepit dengan himpitan ekonomi yang ada, serta melihat system moneter saat ini, yang membuat harga barang dan kebutuhan masyararakt yang meningkat, masyarakat akan rela melakukan apa saja, termasuk meminjam uang dalam bentuk kredit kepada lembaga “rentenir” tersebut.

Sebenarnya kita tidak bisa hanya menyalahkan era global yang membuat orientasi ekonomi manusia hanya menjadi seorang penipu ulung yang berdasi, namun kita juga harus mengamati dan juga mencoba mempertanyakan sistem ekonomi dunia saat ini yang telah di kuasai oleh kaum kapitalisme modern yang membuat semua yang terjadi dalam sistem ekonomi kita yang berbasis riba ini, terlihat halal di mata awam. Ketika fiat money, FRR, dan semau sistem lainnya yang sudah sangat biasa dan menjadi tuntunan ekonomi di mata kita, bank induk kita, yaitu bank Indonesia, juga telah patuh dan taat pada sistem ini, yang sebenarnya hanya membuat kesengsaraan bagi semua golongan. Sistem ekonomi yang telah dibuat dan dikuasai oleh sekumpulan manusia yang hanya ingin memperkaya dan melakukan tipu daya kepada sesama. Ketika kita ingin melihat dalang dari sistem ekonomi yang telah terbentuk saat ini, kita harus melihat terlebih dahulu bagaimana uang kertas (fiat money) terbentuk atau tercipta, sejarah sendiri menyebutkan bahwa uang kertas / fiat money ini diciptakan oleh seorang pebisnis besar yang bernama rostchild. Yang pada tahun 1837 mulai mencetak dan memperkenalkan uang kertas kepada masyarakat amerika serikat lewat bank yang dibuatnya yaitu bank the fed, rostchild memperkenalkan uang kertas, pada saat itu ketika dia mampu melihat peluang karena terjadi krisis ekonomi maupun krisis pergolakan politik yang terjadi di amerika serikat. Rostchild menawarkan kepada masyarakat uang kertas yang di back up dengan emas, sistem uang kertas yang dibuat oleh rostchild ini sangat menggiurkan, karena lebih praktis dan efisien untuk dibawa-bawa. Lama-kelamaan uang kertas ini tidak lagi di back up oleh emas, dan rostchild terus melakukan percetakan uangnya. Pemerintah amerika serikat pun pada saat itu, juga dibiayai oleh rostchild, sehingga rostchild dapat memegang kendali sistem ekonomi dengan uang kertas yang ia ciptakan. Uang kertas pun menyebar ke penjuru dan belahan duinia, dan banyak mendapat sambutan positif karena daya tarik yang ditawarkannya, amerika serikat pun menjadi pusat dan tuntunan ekonomi pada saat itu hingga sekarang. Namun, setelah kita melihat sejarah, negara Amerika hanya merupakan alat ataupun tangan dari keluarga rostchild untuk memasarkan uang kertasnya, dan dapat kita lihat bahwa, pihak yang saat ini menguasai sistem ekonomi duinia bukanlah amerika serikat, melainkan keluarga rostchild lewat bank the fed nya, yang merupakan milik swasta. Setelah kita melihat sejarah yang ada, uang kertas ini menimbulkan polemik sampai saat ini, karena nilai ekstrinsiknya yang tidak sebanding dengan nilai intrinsiknya. Hal ini menimbulkan ketidaksetabilan ekonomi, karena uang tidak memilki nilai apapun didalamnya, yang merupakan hanya secarik kertas semata. Islam pun mengharamkan uang kertas karena tidak memiliki nilai apapun dan hanya mengandung unsur “monopoli” semata. Maksud dari monopoli ini adalah, uang kertas ini akan memonopoli Negara-negara yang menggunakannya untuk tunduk di bawah “kerajaan”dari sistem moneter yang dibuat oleh AS yang dalang sebenarnya adalah keluarga rostchild.

Melihat semua hal ini, memanglah ada benarnya, bahwa ekonomi kita saat ini dikuasai oleh hawa nafsu kaum kaum tertentu yang mencoba dan melihat peluang, untuk menguasai sistem ekonomi yang ada. Ketika masyarakat saat ini hanya diperbudak oleh tuntutan era globalisasi yang membuat mereka tunduk dan dibutakan oleh sistem ekonomi yang membuat mereka patuh akan sejarah yang telah menciptakan system ekonomi ”neraka” ini. Semua hal yang terbentuk oleh sejarah dan tuntunan era globalisasi dari pengaruh barat, tidak semua semetinya kita indahkan, kita harus mampu berpikir kritis dan melihat apa yang terjadi dalam sejarah dunia ekonomi saat ini, tidak hanya berdiam diri dan mengikuti seperti arus air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah, namun kita harus berani mengambil keputusan untuk mampu mengubah sistem yang salah ini, dengan mengembalikan sistem ekonomi kita ke sistem ekonomi yang sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasulullah SAW. Soekarno pernah berkata, “ jangan pernah melupakan sejarah”, yaa, memang benar, karena sejarah sejatinya sebagai evaluasi kita untuk mengubah dan menjadikan masa yang akan datang lebih baik dari sejarah itu sendiri.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Ekonomi Syariah.

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization