dakwatuna.com – Saudaraku, mari memulai perbincangan kita dengan menyimak firman Allah Ta’ala ini; “Dan apabila kami curahkan rahmat kepada manusia, mereka akan merasa gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa musibah (keburukan) disebabkan oleh ulah tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa.”
“Apakah mereka tidak menyaksikan bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya pula). Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang beriman.” (Ar-Ruum : 36-37)
Allah SWT menjelaskan sifat sebagian manusia, yakni bersenang hati apabila mendapatkan rahmat dari Allah dan berputus asa bila mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkannya. Astaghfirullah, demikianlah yang sering terjadi. Termasuk pada diri saya sendiri. Kadang terasa berat untuk menerima ketetapan Allah yang tidak sesuai dengan impian. Padahal, Allah Mahatahu mana yang terbaik untuk setiap hamba-Nya.
Di surat Ar-Rum ayat 37, Allah SWT mengingatkan bahwa sesungguhnya kelapangan dan kesempitan rezeki adalah bagian dari ketetapan Allah. Jadi, jangan berburuk sangka pada Allah bila sedang merasa sempit. Sekali lagi, Allah Mahatahu tentang keadaan kita, Allah Mahatahu mana yang terbaik bagi kita.
Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah akan menunjukkan sikap yang baik. Bila kepada mereka diberikan oleh Allah kemudahan, kesenangan, dan keindahan, maka mereka bersyukur kepada Allah. Bila mereka ditimpa kesulitan, kesusahan, dan kesempitan, mereka bersabar sambil memuhasabahi dirinya sendiri; apa yang telah saya perbuat sehingga kesulitan, kesusahan, dan kesempitan itu menimpa saya?
Demikianlah iman yang benar. Maka layaklah bagi kita (terutama saya sendiri) bertanya, “Apakah saya sudah benar-benar beriman kepada Allah?”
Bila masih menganggap bahwa rencana kita lebih baik daripada rencana Allah, lalu memaksakannya, tentulah itu pertanda iman kita belum benar.
Bila masih merasa sedih bersangatan disebabkan musibah yang menimpa, tentu itu juga pertanda belum menyejatinya iman kita.
Orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT akan dengan mantap menerima apa saja ketetapan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Sebab setiap usaha yang ia lakukan selalu disudahi dengan tawakkal. Maka, tekadnya akan sama dengan tekad Khalifah Umar bin Khatthab, “Andai syukur dan sabar itu kenderaan menuju Allah, aku tidak peduli akan mengendarai yang mana.”
Inilah yang dijelaskan oleh Rasulullah saw di dalam haditsnya, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur. Maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar. Maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Saudaraku, hal yang demikian indah ini hanya terjadi pada orang-orang mukmin. Maka apakah iman kita kepada Allah sudah benar-benar sejati?
Mari memohon kepada Allah agar hati kita dimantapkan oleh-Nya. Laa Haula Walaa Quwwata Illaa BilLaah.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: