Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ke Manakah Cemburu itu Pergi?

Ke Manakah Cemburu itu Pergi?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Gambaran islamophobia di dukung slogan-slogan kosong (dessertpeace.wordpress.com)
Gambaran islamophobia di dukung slogan-slogan kosong (dessertpeace.wordpress.com)

dakwatuna.com – Sesuatu yang tidak asing bagi kita, di zaman ini Islam begitu banyak mendapat tekanan. Muslim-muslim minoritas di belahan dunia sana mendapat intimidasi dengan berbagai bentuk kekerasan. Menyerang dengan kekerasan atau bahkan mengusir mereka dari negaranya. Inilah bentuk kebencian mereka terhadap Islam.

Lalu dunia bungkam. Seolah tak terjadi apa-apa.

Di zaman ini, semua orang bebas berekspresi. Mengungkapkan apa pun yang ia ingin ungkapkan. Tanpa ada larangan dan tekanan dari pihak manapun. Pegiat yang kerapkali mempermainkan Islam pun tak segan-segan melontarkan berbagai argumentasi pribadinya tentang Islam kepada media. Memberikan statement-statement kacaunya kepada media. Seolah memberi pengumuman kepada seluruh dunia, tentang apa yang ia katakan. Padahal yang ia katakan kebenarannya bisa jadi hanya berkisar 0 atau 0,5 persen.

Di sini kecemburuan kita diuji. Masih adakah rasa cemburu di dalam hati kita, ketika Islam dicerca, ketika Islam dituduh dengan tuduhan yang semena-mena. Jika tak ada lagi cemburu di dalam hati kita, maka berkacalah. Tanyakan pada hatimu, di mana letak cemburu itu. Saat agama Rabbmu tengah dituding dengan berbagai macam tuduhan. Saat agama Rabbmu dijadikan alasan untuk menyiksa dan mengusir pemeluk agama tersebut dari negaranya. Masih adakah kecemburuan di dalam hati kita? Sehingga kita bersikeras menentang semua tuduhan dan tindak kekerasan tersebut? Jika kita hanya terdiam menyaksikan bagaimana Islam diperlakukan dengan semena-mena oleh mereka, maka mungkin cemburu itu telah pergi.

Bukan Allah tak mampu untuk memenangkan agama ini, bukan Allah tak mampu untuk memuliakan agama ini. Justru Allah sangat mampu. Namun di sini kitalah yang sedang diuji. Seberapa dekatkah kita denganNya, Rabb semesta alam. Seberapa jauhkah kita melangkah di dalam Islam. Seberapa gigihnya perjuangan kita menegakkan  cemburu, pergi, Islam,kalimatullah. Dan seberapa cemburunya kita ketika Islam menerima berbagai ancaman dan tuduhan.

Maka jika cemburu itu sudah tidak ada, mungkin kita hanya akan diam ketika Islam dihina, atau dituduh dengan hal-hal buruk lainnya. Bahkan sangat disayangkan jika cemburu itu telah pergi, lalu kita tak hanya diam melihat Islam dicacimaki akan tetapi justru mengkritik dan mencela orang-orang yang masih gigih memperjuangkan kemenangan dan kemuliaan Islam, mungkin rasa cemburu yang dulu bersemayam di hati telah digantikan dengan rasa yang lain. Na’udzubillah.

Perjuangan kita memang tidak selamanya mulus, perjuangan kita juga tidak akan selamanya ringan, perjuangan ini tidak selamanya nyaman, tak lain adalah karena balasannya Surga.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi LIPIA Jakarta | Garuda Keadilan | Gkreatip | KAMMI

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization