Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Pengaruh Syeikh As-Surkati dan Al-Irsyad di Indonesia

Pengaruh Syeikh As-Surkati dan Al-Irsyad di Indonesia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Syeikh-As-Surkati. (wikipedia.org)
Syeikh-As-Surkati. (wikipedia.org)

dakwatuna.com – Ketika 15-17 Juni 2015 kemarin, Masyarakat Sudan menyelenggarakan agenda memperingati 100 tahun Syeikh Ahmad As-Surkati berhijrah dan berdakwah ke wilayah nusantara, di Universitas Internasional Afrika, Khartoum. Acara tersebut hadiri oleh Rektor UIN Malang, Prof Dr. Mudjia Raharjo, Mantan Duta Besar Sudan untuk Indonesia Prof. Dr. Hasan Makki, utusan Perhimpunan Al-Irsyad Indonesia yaitu Dr. Hilmi Bakar Al-Mascaty, Yusuf Baisa dan Ahmad Muslih. Rektor Universitas Internasional Afrika Syaikh Prof. Kamal Obaed Ahmad, Ketua LSM Syaikh As-Surkati di Sudan, Syaikh Abdul Basit Abdul Majid, keluarga Besar Syaikh As-Surkati dari Provinsi Donggola, Ketua Dewan Persahabatan Global Masyarakat Sudan, ulama, tokoh setmpat dan mahasiswa Indonesia di Sudan (Laporan Ali Farkhan tsani dalam situs Miraj news, 18 Juni 2015).

Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula, Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad. Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Surkati al-Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Ahmad Surkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (Bisri Afandi, Pustaka al-Kautsar, 1999, hal 4)

Syeikh Surkati tiba di Indonesia bersama dua kawannya: Syeikh Muhammad Tayyib al-Maghribi dan Syeikh Muhammad bin Abdul hamid al-Sudani. Di negeri barunya ini, Syeikh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia (Hidayatullah 6 September 2014). Mengacu hasil penelitian Nur Laily Mazkiyatul (Skripsi di IAIN Walisongo, 2004) tentang Pemikiran Pendidikan Syeikh Ahmad As-Surkati, diketahui:

  1. Pemikiran Syeikh Surkati yang banyak dipengaruhi oleh pembaharu Islam yaitu Muhammad Abduh yang banyak berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan yang ada di Indonesia.
  2. Syeikh Surkati lebih menekankan pemahaman dan penalaran dari pada hafalan. Kurikulum yang diterapkan baik dalam pendidikan non formal maupun dalam lembaga pendidikan tidak membedakan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum.
  3. Menurut Syeikh Surkati kebodohan harus diberantas. Dan berpendapat bahwa perbuatan mendidik dan mengajar adalah pekerjaan yang termulia di sisi Allah swt.

Di samping sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan Islam, beliau juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis berbagai cabang ilmu di antaranya aqidah, ibadah, kandungan Alquran dan al-Hadits. Sebagian karya-karyanya dibuat dalam rangka menyanggah paham keagamaan yang beliau anggap menyimpang dari Alquran dan as-Sunnah (Bisri Afandi, hal 39).

Pengaruh al-Irsyad

Bagaimana dengan gerakan dakwah yang didirikan oleh Syeikh As-Surkati? Perhimpunan Al-Irsyad Islamiyyah adalah wadah organisasi bagi komunitas arab non-Habaib. Pendiri-pendiri al-Irsyad kebanyakan adalah pedagang, tetapi tokoh yang paling menonjol sepanjang sejarah adalah Syeikh as-Surkati (Deliar Noer, LP3ES, hal 73). Secara kultur keagamaan ada kemiripan dengan Muhammadiyah, Persis, Wahdah Islamiyyah dan Hidayatullah.

Saat ini amal usaha dan pendidikan al-Irsyad tersebar di Singapura, Jakarta, Bandung, Cirebon, Pemalang, Purwokerto, Cilacap, Salatiga, Solo, Semarang, Malang dan Surabaya. Al-Irsyad juga telah melahirkan tokoh-tokoh ternama seperti, Umar Hubeis, AR Baswedan, Ust Abu Bakar ba’asyir dan Munir bin Thalib (pejuang HAM).

Perlu diketahui, alm Munir pernah menjadi Sekretaris al-Irsyad di kota Batu, Jawa timur. Munir tertarik ajaran keagamaan yang dibawa al-Irsyad yang tidak ada pada ormas yang lain. Semangat reformis dan perjuangan yang telah ditorehkan al-Irsyad benar-benar menjiwai semangat juangnya Munir. Seiring perjalanan waktu, hasil Muktamar ke 37 di Bandung menempatkan Munir sebagai anggota badan penasehat (Mustasyar) di al-Irsyad. (Willy Pramudya, Cak Munir, Engkau Tak pernah pergi, hal 82-83). Wallahu’allam bishowwab.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Jurusan Studi Ilmu Agama Islam di Pascasarjana UIN Malang. Pasca lulus, pada 2013-2015 menjadi Dosen tetap di STAI al-Yasini, Pasuruan. Sejak Februari 2015, menjadi Pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs-MA Muhammadiyah 2 kota Malang. Telah mengunggah lebih dari 50 karangan populer dan ilmiah, terutama di bidang Pemikiran Islam, Filsafat, Tasawuf dan Politik. Artikel terbaru berjudul 'Para Penguasa Suriah Dalam Catatan Sejarah' dimuat di Majalah Tabligh bulan April 2018

Lihat Juga

Tegas! Di Hadapan Anggota DK PBB, Menlu RI Desak Blokade Gaza Segera Dihentikan

Figure
Organization