10 Kiat Dahsyatkan Diri Memenangkan Ramadhan

Ilustrasi. (newhdwallpapers.in)

Ramadhan, Ramadhan

Hindarkan kesiaan kata dan perbuatan
Tinggikan hari dengan kesibukan Rabbani
Janganlah sampai keluar dengan tangan hampa
Tiada hasil kecuali lapar dahaga
Ingatlah diri sang junjungan di bulan Rahmah
Tegakkan malam bertabur dzikir dan tilawah
Cerah hari bercahayakan
Indah menyinar ketakwaan

(Izzatul Islam – Ramadhan)

dakwatuna.com  ‘Kapal besar’ Ramadhan akan tiba sejenak lagi, suaranya telah terdengar, tanda-tanda kedatangannya nan penuh berkah telah tersiar. Ia datang dengan membawa bermilyar berkah yang tidak dibawa ‘kapal-kapal’ yang lain. Umat Islam di seantero dunia telah menunggunya semenjak tahun lalu, dan tak sabar lagi berjumpa dengannya, mengambil segala harta karun berharganya, dan menanam investasi akhirat bersamanya, selama 30 hari. Ya, 30 hari mencari cinta.

Bagaimana cara Ulama kita menyambut Ramadhan?

Tidak mengherankan jika Ulama umat ini menyambut Ramadhan dengan begitu baik. Persiapan yang begitu matang dan segala keperluan diadakan agar Bulan Ramadhan menjadi bulan mesra antara dia dan Maha Cinta. Di antara banyak Ulama umat ini, ada dari mereka yang menyambut Ramadhan 6 bulan sebelumnya, lalu baru bisa melepas kepergian Ramadhan 5 bulan setelah bulan suci ini pergi.

Namun kiranya tulisan ini akan menjelaskan pada kita kebiasaan mulia yang menuntun kita untuk berdahsyat diri menyambut Bulan suci ini, agar di awal kita mendapat rahmat, di tengahnya kita mendapat ampunan, dan di akhirnya kita menggapai tiket emas terlindung dari api neraka, bukankah bahagia?

Berikut 10 Kiat mendahsyatkan diri untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan :

1. Pertama, Taubat yang sebenar-benarnya.

Taubat yang sejati selayaknya kita haturkan pada Allah di setiap waktu, karena ia adalah tanda harap kita pada Allah. Apalagi ketika kita akan memasuki Syahrut Taubah, bulan Taubat Ramadhan, sungguh melakukan taubat di bulan ini, membekas, berbunga rindu dan berasa sejuk dalam hati.

Memaksimalkan diri dalam bertaubat pada Allah sebelum datang Ramadhan, diiringi dengan memperbanyak amalan yang mengindahkan ketaatan, akan membuat hati tenteram dan siap untuk menemui tamu agung Ramadhan. Perbaiki cara bergaul kita pada Allah, perindahkan tata karma kita pada yang lebih tua, makin sayanglah kita pada yang lebih muda. Hingga ketika nanti datang bulan Ramadhan, kita mengisinya dengan ketaatan yang penuh, hati yang lapang dan jiwa yang tenang.

“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”, begitu Allah bertitah di Surat Cahaya, An-Nuur ayat 31. Diiringi perkataan Nabi yang bijak bestari, “Wahai Manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya Aku bertaubat seratus kali dalam sehari”, terabadikan dalam Shahih Muslim no. 2702

2. Kedua, Banyak-banyak menghias diri dengan doa.

Telah terabadikan dalam buku sejarah para Ulama, bahwa para salafush shalih umat ini mendawamkan untuk berdoa sembari menunggu datangnya Ramadhan, 6 bulan sebelum bulan suci ini datang. Lalu masih saja mendoakan Ramadhan setelah 5 bulan ia berlalu, sungguh mulia.

Maka alangkah mulianya jika kita meminta pada Allah dalam doa-doa kita, agar Dia memberi kesempatan pada kita tuk berjumpa dengan Ramadhan dalam keadaan ruhani yang sehat dan jasmani yang kuat, dan minta pada Allah agar Dia menguatkan kita untuk menaati-Nya.

3. Ketiga, Berbahagia berkat semakin dekatnya Ramadhan.

Bagaimana perasaanmu jika suatu hari engkau akan mendatang rumah temanmu setelah sekian lama tak berjumpa. Kawanmu ini begitu menunggu saat-saat engkau hadir dan menyiapkan segala kebahagiaannya, perlengkapan dan hidangan terbaik agar engkau puas selama berada di kediamannya. Bukankah itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri?

Begitu pula Ramadhan, ia adalah tamu, tamu agung yang di setiap sisinya membawa kado terindah yang pernah ada, yang 10 hari kunjungan awalnya adalah untuk menumpahkan rahmat Allah, lalu 10 hari keduanya adalah untuk membumikan ampunan Allah, lalu 10 hari akhir sebelum ia berpamitan, Ia akan memberi kita kesempatan meraih tiket emas untuk selamat dari jilatan pedih api neraka.

Maka, isi hati kita dengan kebahagiaan, hiasi dinding rumah kita dengan ayat Quran dan hadits-hadits yang mengingatkan kita keutamaan tamu Ramadhan ini, atau mulailah kita membersihkan masjid dan memakmurkannya, menyebar buletin Ramadhan untuk mengingatkan orang-orang, dan bisa juga kita mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk membahas Ramadhan secara intensif, sebagai wujud senangnya kita akan datangnya Ramadhan.

4. Keempat, Mengganti Puasa wajib yang dulu pernah tertinggalkan.

Ada hutang yang mesti dibayar. Begitu juga dengan puasa, coba kita perhatikan tanggal di mana dulu kita berpuasa, adakah di sana yang bolong atau belum tertunaikan karena sakit? Selagi Ramadhan belum hadir, mari kita menggenapkan yang ganjil, memenuhi yang kosong, dan menyempurnakan yang masih bolong. Utamanya agar jiwa ini siap mental sebagai pejuang untuk menyambut Ramadhan, bukan mental pahlawan kesiangan yang ternyata banyak hutang dan tanggungan yang belum tertunaikan.

Imam ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari mengatakan, “Tidak boleh mengakhirkan qadha puasa Ramadhan sampai datang Ramadhan yang berikutnya.”

5. Kelima, Menambah wawasan keilmuan kita tentang Hukum Puasa dan Pengetahuan Ramadhan.

“Al-fahmu qabla Al-Amal”, Faham dulu sebelum beramal, begitu tutur Imam Hasan Al-Banna. Manisnya Ramadhan tidak akan bisa dirasakan mereka yang dangkal pemahaman, sedikit mengetahui dan malas belajar tentangnya. Sungguh, Ramadhan akan menjadi bulan sejuta cinta bagi mereka yang memahaminya, mempelajari dan mengetahui rahasia-rahasia di balik kegagahan Ramadhan.

6. Keenam, Bersegera menyelesaikan pekerjaan sedini mungkin, agar Ramadhan kita bisa dimaksimalkan.

Kadang banyak pekerjaan yang menghambat kita untuk memaksimalkan diri di bulan Ramadhan, seperti deadline proyek yang seabrek, atau tanggungan pekerjaan yang ditunda-tunda cukup lama hingga menjadi tumpukan, dan mungkin urusan lain yang kita sering mengabaikannya hingga ia menjadi bom besar yang suatu saat siap meledak.

Maka selagi masih ada waktu, kita hulurkan tangan kita, konsentrasikan pikiran kita dan atur jadwal sedisiplin mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan kita, agar Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan paling indah. Percayalah.

7. Ketujuh, Berkumpul bersama Keluarga, Istri, dan anak tercinta untuk memotivasi mereka dalam menyambut Ramadhan.

Biasanya, seorang ayah akan mendidik anak kecilnya untuk puasa dengan iming-iming hadiah, atau kado di akhir bulan Ramadhan. Atau juga seorang bunda yang mendidik anaknya untuk berpuasa penuh di bulan suci Ramadhan, dan akan membuatkan kolak paling enak sedunia untuknya, alangkah indahnya masa kecil.

Berkumpul bersama keluarga tercinta untuk memenangkan Ramadhan adalah sebuah keindahan yang tiada tara, agar malaikat mendoakan keluarga ini sampai ke arsy-Nya, agar berkumpulnya keluarga ini sebagai wasilah untuk berkumpul kembali di surga Allah.

Bukankah begitu indah jika sebuah keluarga memiliki target satu hari satu juz, lalu Sang Ayah mendidik anak lelakinya untuk mengisi ceramah di masjid-masjid, seorang ibu mendidik anak perempuannya untuk berkeliling di jejalan raya membantu mereka yang tidak berpunya. Keluarga dengan semangat Ramadhan, keluarga impian.

8. Kedelapan, Menyiapkan buku-buku penting yang bisa kita baca di rumah, dan mengusulkannya pada Imam masjid agar dibacakan pada Jamaah selama Ramadhan.

Akan banyak sekali ceramah dan kajian Ramadhan, dan di saat yang sama inilah kesempatan kita untuk menyumbangkan kontribusi terbaik kita agar pahala Ramadhan ini mengalir sampai Ramadhan tahun depan. Jika kita bisa mengisi pengajian, itu luar biasa. Namun jika kita memang tak kebagian jadwal, bukankah kita bisa menjadi orang yang menyiapkan materi itu dengan semaksimal mungkin?

Buku-buku kajian dan keutamaan Ramadhan begitu banyak tersebar sekarang, hingga mestilah bagi kita untuk memilahnya agar terpilih materi terbaik. Dalam memilih buku dan materi kajian, usahakanlah kita memilih yang moderat, yang mengandung hikmah besar dan tak hanya menyinggung ritual, melainkan bagaimana caranya agar Ramadhan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan tenggang rasa antar sesama muslim di dunia Islam, memunculkan semangat berkontribusi dan membela tanah air muslim yang ditelantarkan juga disakiti.

9. Kesembilan, Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, agar terbiasa menjalani Shaum Ramadhan.

Dari Aisyah r.a, beliau berkata tentang amalan Rasulullah di Bulan Sya’ban, “Rasulullah berpuasa sampai kami mengatakan seakan-akan tak berbuka. Dan ketika beliau berbuka sampai kami mengatakan seakan-akan beliau tidak berpuasa” (HR. Bukhari)

Lalu dalam hadits lain beliau berkata, “Sungguh aku tak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasanya sebulan selain di bulan Ramadhan. Dan aku tak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban.” (HR. Nasa’i, hadits shahih)

Dari Usamah bin Zaid r.a, dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tak pernah melihat engkau lebih banyak berpuasa selain yang Engkau lakukan di bulan Sya’ban”, lalu Rasulullah menjawab, “bulan itu –Sya’ban- adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia di antara Rajab dan Ramadhan, Bulan itu adalah bulan di mana amal-amal diangkat ke Tuhan semesta Alam, dan Aku menyukai amalanku diangkat ketika Aku berpuasa.”

10. Terakhir, Membaca Al-Quran dengan penuh rasa cinta.

Seorang Ulama bernama Salamah bin Kuhail berkata, “Dulu Bulan Sya’ban dinamakan sebagai Bulan pembaca Quran.”

Lalu Ulama’ Amru’ bin Qais ketika beliau memasuki Bulan Sya’ban, maka beliau akan menutup pintu tokonya, lalu menyibukkan diri dengan membaca Quran.

Kemudian Abu Bakar Al-Balkhi mengatakan, “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan mengairi tanaman, sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman”

Kemudian di kesempatan lain, beliau Abu Bakar Al-Balkhi mengatakan, “Perumpamaan bulan Rajab seperti angin pembawa hujan, sedangkan Bulan Sya’ban seperti gerimisnya, lalu Ramadhan adalah hujan yang sempurna. Maka siapapun yang tak menanam amal di bulan Rajab, dan tidak menjaganya di bulan Sya’ban, maka bagaimana mungkin ia memanen hasil di bulan Ramadhan?”

Penutup

Semoga 10 kiat ini menjadi wasilah kita untuk memenangkan Ramadhan, hingga suatu saat nanti ketika kita berhadapan dengan Allah, maka kita punya bekal terbaik kita untuk menemui-Nya dengan penuh cinta dan harap. Mari memenangkan Ramadhan, menangkan hati kita, menangkan amalan-amalan kita, dan menangkan surga Allah. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Konten ini telah dimodifikasi pada 16/06/15 | 23:40 23:40

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...