Topic
Home / Berita / Opini / Indonesia, ISIS, dan Manusia Perahu (Rohingya)

Indonesia, ISIS, dan Manusia Perahu (Rohingya)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ribuan pengungsi diperkirakan masih berada di laut.
Ribuan pengungsi diperkirakan masih berada di laut.

dakwatuna.com – Belakangan ini berita rohingya yang terusir dari tanahnya mulai tersebar. Konon dikatakan ini terjadi karena ulah pemerintahan Myanmar untuk menyingkirkan muslim dari Burma. Karena islam adalah minoritas di negeri terbesar kedua di asia tenggara ini. Ada juga yang mengatakan kalau ini disebabkan seorang budis radikal, belum lagi yang mengatakan bahwa ini asli perilaku pemerintahan dengan melemparkannya kepada para rijal budha. Pernah mendengar juga kalau itu kongkalikong dengan Cina untuk masalah saluran pipa perminyakan. Wallahu a’lam mana yang benar.

Tapi yang jelas Rohingya yang tinggal di selatan Myanmar menghimpit ke arah laut dan Bangladesh sekarang dalam keadaan yang sangat tidak berperikemanusiaan. Mereka terhina, terinjak-injak, dibunuh, diusir dari tanah kelahirannya, tidak dianggap kewarganegaraannya. Sebagian hanya bisa tawakkal, ada juga yang lari ke laut dengan perahu yang muatannya melampaui kapasitas dan tanpa arah tujuan kemana mereka pergi.

Tiba-tiba para nelayan di pantai barat Indonesia melihat manusia perahu dengan keadaan yang memprihatinkan dan melebihi kapasitas. Rasa ramah dan peduli rakyat nelayan di aceh membawa pertolongan kepada perahu tersebut. Seakan negeri ini menjadi al-anshornya Rohingya, menjadi penegak HAM dikala ASEAN membisu. Walaupun menteri hukum dan HAM merasa keberatan memberi bantuan bagi imigran dari Rohingya dan Bangladesh.

Apa yang dilakukan rakyat ACEH untuk menampung saudara seiman merupakan keberanian yang besar. Di saat Negara sendiri masih mikir-mikir untuk melakukannnnya. Justru bala bantuan semakin besar datang dari segala penjuru entah dari komunitas atau organisasi seperti ACT atau BSMI dan yang lainnya, atau pemda dan pemprov sekitar. Dan kini para imigran setidaknya bisa kembali merasakan ketenangan hidup walau tidak di tanah kelahiran mereka.

Tentunya kejadian ini harus menarik solidaritas umat manusia umumnya dari PBB, dan dari umat islam juga. Karena mayoritas yang terusir adalah muslim. Maka sudah selayaknya jika Indonesia menjadi Anshor bagi para Muhajirin Rohingya sebagai umat muslim terbanyak sedunia. Tapi tidak lupa juga dari muslim lainnya, seperti Turki yang beritikad menarik imigran ke negaranya. Rohingya tanggung jawab bersama.

Kalau memang rohingya tanggung jawab umat islam bersama, lalu di mana kedudukan ISIS dalam membantu muslim Rohingya? Di mana kedudukannya dalam membela palestina ? bukankah mereka punya kekuatan untuk membela khilafah yang mereka agung-agungkan ? apa benar perihal teori konspirasi yang ada pada ISIS ? entahlah… Seharusnya ISIS dengan kekayaan dan kekuatannya mampu melindungi kaum muslimin di dunia yang tertindas. Bukan malah menjadi menindas siapa saja yang menghalangi khilafah dalam pandangannya.

Alih-alih berharap bantuan dari ISIS. Justru nelayan yang hidup seadanya di pinggir pantai memiliki rasa menolong dan peduli sesama lebih nyata. Mereka relakan tanah dan sebagian pangannya. Walau tak seberapa tapi keberkahan Allah seakan mencukupi ratusan pengungsi dari Rohingya. Semakin hari semakin banyak donasi yang terkumpul untuk mereka. Dan hingga sekarang belum terdengar berita tentang Negara Khilafah memberi donasi. Entahlah, mungkin mereka lelah.

Memang Segala kasus penindasan akan bertumpu pada permasalahan persatuan umat muslim. Begitu juga kasus yang menimpa ikhwah kita di Rohingya. Tapi ada hal lebih besar dan penting mengembalikan apa yang dimiliki rakyat rohingya dari tanah kelahirannya. Itu adalah pengakuan pemerintahan Myanmar akan kewarganegaraan rakyatnya sendiri. dengan begitu rakyat akan mendapat perlindungan setidaknya dari negaranya sendiri. semoga pemerintahan Myanmar secepatnya mengakui kewarganegaraan rakyat Rohingya. Dan mendapat perilaku yang lebih perikemanusiaan dan keadilan. Amiin..

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Azhar Fakhru Rijal, Mahasiswa Ma�had Aly Annuaimy dan Anggota FLP Jakarta, pernah juga menjadi pimred madding Al-Furqon Post (ponpes Alfurqon).

Lihat Juga

Misi PBB: Militer Myanmar Bakar Anak Rohingya Hidup-Hidup

Figure
Organization