Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Akhir Kehidupan Sang Dermawan

Akhir Kehidupan Sang Dermawan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Sedekah menghindari kematian dalam keadaan su’ul khatimah.” (HR al-Baihaqi). Laki-laki shalih dari kalangan ulama khurasan yang amat masyhur. Tak hanya para pejabat, semua kalangan mengenalnya dengan sangat baik dan erat. Seseorang yang amat suka melayani tamu, sahabat dan orang-orang yang ia kenal dengan amat baik. Iapun senang pula manakala memberikan makanan-makanan istimewa dan banyak berderma, padahal kala itu ia sedang berpuasa. Dialah Abdullah ibnu al-Mubarok, orang salih yang hidup sezaman dengan Harun al-Rasyid.

Di setiap kota yang ia kunjungi, hampir setiap orang yang menjumpainya akan amat senang jika haruslah berlama-lama dengannya. Perhatiannya pada setiap orang yang ia temui membuat siapapun yang menjumpainya terasa dibuat istimewa. Maka tak heran, jika pada suatu ketika ia singgah ke daerah Riqqoh bersamaan dengan kunjungan Harun al-Rasyid, sambutan terhadap Abdullah ibnu al-Mubarok lebih sukacita dan lebih banyak orang mengerumuninya. Ia amat dicintai orang banyak. Hingga seorang Harun al-Rasyidpun sempat dibuat terheran dengan kejadian tersebut. Seorang rakyat jelata yang ternyata jauh lebih dicintai dari penguasanya sendiri.

Suatu ketika perjalanan panjang dan lama ditempuh oleh rombongan Abdullah ibnu al-Mubarok. Hal ini dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah haji dengan melintasi beberapa daerah yang cukup luas cakupannya. Tak ayal, waktu yang mereka tempuh menjadi lebih panjang dari biasanya. Hal ini berdampak pada burung-burung yang mereka bawa banyak yang mati. Abdullah ibnu al-Mubarok memerintahkan agar membuang burung yang mati tersebut ke tempat pembuangan sampah.

Hingga tak berapa lama, datanglah seorang wanita muda ke tempat sampah tersebut dan mengais-ngais beberapa benda di sana. Lalu ia mengambil bangkai burung itu dan bergegas membawanya pulang ke rumah. Melihat kejadian yang aneh tersebut, segera Abdullah ibnu Al-Mubarok menyusul perempuan itu dan bertanya padanya:

“Wahai fulanah, mengapa engkau mengambil bangkai burung yang ada di tempat sampah tersebut?”.

Iapun menjawab:

“Aku dan saudaraku saat ini tidak memiliki apapun, kecuali yang aku temukan di tempat sampah untuk aku makan. Aku merasa bahwa ini halal, karna tak ada lagi yang dapat kutemukan selain bangkai ini. Dahulu ayah kami adalah seseorang yang kaya raya, namun ia didzalimi, dibunuh dan semua hartanya dirampas sampai habis”.

Mendengar cerita tersebut, hati Abdullah ibnu al-Mubarokpun menjadi pilu dan terketuk untuk membantunya. Segera ia temui rombongan dan memerintahkan untuk memberikan bekal yang mereka bawa. Tak hanya itu, dari 1000 dinar yang telah dipersiapkan sebagai bekal perjalanan haji, ia sisakan hanya 20 dinar saja. Selebihnya ia berikan pada keluarga miskin tersebut dan berharap bantuanya tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena sedekahnya, kemudian rombongan itupun berbalik arah kembali ke kotanya dan tak jadi berhaji ke Makkah.

“Sesungguhnya apa yang kita berikan untuk perempuan itu, jauh lebih utama daripada kita berhaji di tahun ini”, ucapnya saat ia hendak bertolak berbalik arah menuju Marwa. Abdullah ibnu al-Muabrok lebih mengedepankan untuk membantu saudaranya. Kedermawananya mengarahkan ia pada kepedulian terhadap sesama.

Itulah contoh keteladanan sikap kedermawanan Abdullah ibnu al-Mubarok. Sikap kedermawanan seorang lelaki shalih yang menurut Sufyan bin ‘Uyainah hampir setara dengan keutamaan yang dimiliki para sahabat nabi.

Kedermawannanya itupun membuat hatinya senantiasa dihidupkan oleh Allah SWT untuk senantiasa mengingat dan mentadaburi ayat-ayatnya. Hingga di akhir kehidupan laki-laki shalih dermawan tersebut saat kematian hendak menjemput, ia masih sempat untuk melafazkan satu ayat kala nyawanya hendak terhempas:

“Untuk kemenangan serupa ini, hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja”(Ash-Shaffat [37]: 61)

 

Semoga Allah SWT menerima segala amal baiknya dan menempatkannya pada tempat yang terbaik. Amin.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seorang hamba Allah yang sangat ingin menginjakan kaki di syurga tertinggi. S2 Magister Ekonomi Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Program Kaderisasi Seribu Ulama (KSU) DDII-BAZNAS. Sharia Financial Planner.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization