Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Hikmah dari Isra’ Mi’raj

Hikmah dari Isra’ Mi’raj

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya yang telah kami berkah sekelilingnya agar kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran kami. Sesungguhnya Dia maha mendengar lagi maha melihat.” (QS. Al-Isra : 1)

Peristiwa Isra Miraj merupakan fenomena keagungan Allah swt yang tiada tara. Karena peristiwa tersebut, sangat menampakkan kebesaran Allah sebagai zat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebuah perjalanan agung yang Allah dokumentasikan di dalam Alquran, dan bisa kita baca penjelasannya di dalam riwayat hadits-hadits shahih.

Peristiwa mulia ini diawali oleh kedatangan malaikat jibril, yang membedah dada Rasulullah saw, sekaligus membersihkannya. Malaikat jibril pun tak lupa untuk mengisi dada nabi dengan iman dan hikmah.

Adapun perjalanan diawali, ketika nabi Muhammad pergi dari masjidil haram (mekkah) menuju masjidil aqsa (baitul maqdis) menggunakan buraq. Secara bahasa sendiri, buraq memiliki arti kilat. Karena makhluk Allah yang bernama buraq ini dapat melesat sejauh mata memandang secepat kilat. Setelah buraq mendaratkan rasul saw di masjidil aqsho, rasul saw melakukan shalat 2 rakaat di Baitul Maqdis. Adapun setelah rasul melaksanakan salat, malaikat jibril datang membawa dua gelas. Gelas satu berisi susu, dan gelas kedua berisi khamr. Lalu jibril menawari salah satu, hingga akhirnya rasul memilih untuk mengambil segelas susu. Dan malaikat Jibril mengatakan,”Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr, sesatlah umat engkau”. Begitulah fase isra (perjalanan) dari masjidil haram ke masjidil aqsa berlangsung.

Setelah mendarat di baitul maqdis, rasul saw melanjutkan perjalanan menuju langit. Pada fase ini terjadilah mi’raj (tangga). Karena rasul menaiki tangga dari langit kesatu hingga langit ketujuh, hingga sidratul muntaha. Di langit tingkat kesatu rasul bertemu nabi Adam, dan nabi adam membekali rasul doa. Di langit tingkat kedua rasul bertemu dengan nabi Isa dan nabi Yahya, dan mereka berdua juga membekali rasul saw doa. Di langit tingkat ketiga rasul bertemu dengan nabi Yusuf, dan di sana nabi Yusuf memberi sebagian ketampanannya kepada rasul saw. Nabi Yusuf juga tak lupa membekali rasul saw doa kebaikan. Di langit tingkat keempat rasul saw bertemu nabi Idris, dan nabi Idris juga tak lupa membekali rasul doa agar senantiasa diberi kebaikan dalam setiap urusan. Di langit tingkat kelima rasul bertemu dengan nabi Harun, dan nabi Harun juga membekali rasul doa. Di langit tingkat keenam rasul saw bertemu dengan nabi Musa, dan nabi Musa pun tak lupa membekali rasul doa. Dan di langit tingkat ketujuh, barulah rasul saw bertemu nabi Ibrahim.

Di langit tingkat ketujuh, nabi Ibrahim sedang bersandar ke Baitul Ma’mur. Baitul Ma’mur sendiri merupakan tempat yang Allah sediakan untuk para malaikat. Sehingga tak kurang dari 70.000 malaikat masuk ke dalam setiap harinya. Dan di langit tingkat ketujuh ini nabi Ibrahim mengajak rasul saw ke sidratul muntaha. Dan di sidratul muntaha inilah, rasul saw berdialog langsung dengan Allah swt. Adapun peristiwa turunnya perintah untuk mengerjakan shalat 5 kali sehari semalam ialah pada fase ini. Karena sebelumnya syariat shalat dikerjakan 50 kali sehari semalam. Fenomena inipun tidak terlepas dari saran nabi Musa ketika bertemu rasul di langit, yang mengatakan ’Kembalilah kepada tuhanmu, umatmu tidak akan kuat melaksanakan perintah (shalat 50 waktu) itu’. Begitulah fase mi’raj berlangung..

Adapun hikmah yang dapat kita petik dari perjalanan Isra Mi’raj rasul saw adalah;

  1. Turunnya mukjizat sekaligus syariat

Tidak bisa kita bayangkan betapa Allah swt membuat fenomena Isra’ Mi’raj ini sedemikian hebatnya. Peristiwa buraq yang dapat melesat dengan sangat cepat, pertemuan rasul dengan malaikat Jibril, bahkan pertemuan rasul dengan Allah swt di sidratul muntaha; membuat kita semakin mempercayai mukjizat para nabi yang Allah titipkan kepada mereka. Khususnya rasulullah saw.

Adapun fenomena turunnya syariat, dapat kita lihat saat Allah memerintahkan shalat dilakukan sebanyak 5 kali sehari semalam. Dan hal itu sangat kita rasakan sekali manfaatnya di kehidupan saat ini, di mana manusia saat ini dengan segala perkembangan yang ada, masih banyak yang lalai mengerjakan shalat. Padahal sudah dipotong menjadi 5 kali, bayangkan jika Allah masih memberlakukan shalat 50 kali sehari semalam. Sehingga kitapun menyadari, bahwa Allah swt lebih memahami keterbatasan semua makhluknya. Sehingga kewajiban yang Allah berlakukan, pasti masih dalam batas kesanggupan umat manusia.

  1. Pengembaraan Iman

Pengembaraan iman dapat nampak dari pertemuan rasul dengan malaikat, nabi-nabi, dan Allah swt. Karena fenomena pertemuan-pertemuan yang ada pada perjalanan rasul di Isra Mi’raj, sangat meneguhkan keimanan. Belum lagi pendokumentasian kisah Isra Mi’raj ini sangat jelas disebutkan secara redaksional di dalam Alquran. Sehingga fase-fase yang terjadi pada perjalanan Isra Mi’raj banyak yang menjelaskan mengenai peneguhan Iman. Bahwa keimanan kepada Allah, malaikat, rasul, dan kitab suci itu mutlak adanya.

  1. Penyucian Jiwa

Penyucian jiwa dapat kita lihat saat malaikat Jibril mensucikan jiwa rasul, yang terjadi pada awal perjalanan Isra berlangsung. Dan malaikat Jibril pun tidak hanya menyucikan, tetapi juga menambahkan iman dan hikmah ke dalam dada rasul saw. Sehingga keimanan seorang rasul pun lebih menghujam. Adapun penjelasan sederhana mengenai penyucian jiwa, memiliki keterkaitan dengan hakikat penambahan ilmu dan Iman yang rasul alami. Dan hal ini juga berlaku untuk seluruh manusia. Bahwa pada akhirnya, iman dan ilmu itu akan lebih mudah meresap kepada manusia yang memiliki jiwa yang suci.

Begitulah pesan spititual dari peristiwa Isra Mi’raj. Secara hakikat, jelaslah bahwa peristiwa ini merupakan mukjizat nabi, sekaligus momentum penurunan syariat. Adapun secara maknawi, pesan yang disampaikan ialah pengembaraan iman dan penyucian jiwa. Terlebih lagi Isra Mi’raj yang terjadi pada akhir bulan rajab (27 Rajab), dapat menjadi modal spiritual bagi seluruh umat muslim, sebelum menghadapi bulan suci Ramadhan. Karena apalah arti perjalanan rasul, tanpa sebuah pentadabburan yang mendalam. Apapula arti pentadabburan mendalam, tanpa pemahaman yang bertambah. Dan yang terpenting, apalah arti pemahaman yang bertambah, tanpa penambahan iman dan implementasi amal yang nyata.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Musibah Pasti Membawa Hikmah

Figure
Organization