Begini Harusnya Bila Seorang Muslim Jadi Fans Klub Sepakbola

Ilustrasi – Pemain sepakbola dari Chelsea, Hazard, Oscar, dan Ba. (twitter.com/Seputar_Chelsea)

dakwatuna.com – Menjadi seorang muslim jelas berbeda dengan menjadi manusia biasa. Seorang muslim terangkat derajatnya oleh implementasi ajaran Islam dan juga penyikapan atas kondisi yang menimpanya. Seorang muslim berbeda dari manusia biasa saat ia mengelola ekonomi, mencari nafkah, mengurus pemerintahan, hingga dalam hal yang remeh seperti masuk ke WC, makan dan minum, hingga cara ia menjadi fans sebuah klub sepakbola.

Dalam menyikapi setiap kondisi yang menimpa, seorang manusia biasa akan seperti yang digambarkan Allah dalam Alquran surat Al-Ma’arij ayat 19-21.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.”

Bagaimana dengan seorang muslim? Kondisinya ada pada ayat berikutnya. “Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.”

Terlihat dalam menyikapi klub sepakbola kesayangannya. Seorang manusia biasa akan merasa euforia luar biasa saat klubnya menang dari rival utamanya atau saat memenangkan sebuah tropi. Tetapi ketika klubnya kalah, seorang manusia biasa akan terlihat murung seharian, malas beraktivitas pergi ke kampus atau kantor, memaki-maki lawan atau bahkan siap bentrok dengan fans klub bola lain.

Tetapi bagi seseorang muslim, ia akan menyikapi apa pun hasil yang dialami klub sepakbola kecintaanya dengan elegan. Karena ia percaya takdir Tuhan. Ia juga tahu prioritas, mana yang perlu dibela mati-matian, mana yang hanya sekedar dinikmati sekedarnya saja.

Prinsipnya begini. Ia menyukai sebuah klub sepakbola bisa dengan berbagai alasan. Bisa karena pemainnya, gaya mainnya, sejarahnya, ikut-ikutan teman, dll. Lalu ia tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi di bumi ini telah Allah swt tentukan sebelum alam semesta terbentuk. Karena itu, ia sudah siap dengan hasil apa pun yang didapatkan klub itu. Dan ia hanya bergabung dengan secuil euforia sesama fans saat klubnya sukses, dan hanya sedikit kecewa saja saat klubnya gagal. Simple.

Seorang muslim mengerti benar tentang firman Allah berikut.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadiid 22-23)

Ayat di atas seharusnya benar-benar menjadi pembeda cara seorang manusia biasa dan seorang muslim dalam menyukai sepakbola. Tak perlu ribut dengan fans lawan ataupun sesama fans. Tak perlu saling ejek. Tak perlu sumpah serapah kepada para pemain yang beraksi di rumput hijau.

Elegan saja. Karena ada yang lebih prioritas dari kehidupan dunia ini.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Al-An’am: 32) (zico/dakwatuna)

Ayah dari 2 anak yang tinggal di Depok. Minat dengan diskusi keilmuan soal keislaman. Menumpahkan pikirannya pada blog: http://zicoofficial.wordpress.com serta http://muslimpolitan.com
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...