Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menjadi Insan Progresif

Menjadi Insan Progresif

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (helenfrost.com.au)
Ilustrasi. (helenfrost.com.au)

dakwatuna.com

Alangkah syahdu menjadi kepompong…
Berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan…
Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu-kupu,
Tak ada pilihan selain terbang menari;
Melantun kebaikan di antara bunga,
Menebar keindaahan pada dunia…

Dan angin pun memeluknya, dalam sejuk dan wangi surga.

Alangkah damai menjadi bebijian…
Bersembunyi di kegelapan menanti siraman hujan,
Menggali hunjaman dalam-dalam…
Tetapi bila tiba saat tumbuh dan mekar,
Tak ada pilihan kecuali menyeruak menampilkan diri;
Bercecabang menggapai langit,
Membagian buah manis di tiap musim pada segenap penghuni bumi…

Dan matahari pun mendekapnya, dalam hangat serta cahaya.

(Salim A. Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah)

Seekor ulat nakal, yang dibenci oleh banyak manusia karena memakan dedaunan dan menjadi penyebab penyakit gatal-gatal, ternyata akan menjadi idaman setiap insan ketika bermetamorfosa menjadi seekor kupu-kupu. Tentu tak mudah bagi seekor ulat untuk bisa menjadi seekor kupu-kupu. Seekor ulat harus menahan rasa lapar dengan berpuasa selama 3-4 minggu untuk menjadi kepompong terlebih dahulu. Begitu juga ketika berada dalam fasa kepompong, perjuangan yang dilalui seekor ulat untuk menjadi kupu-kupu belum berakhir. Dia harus bertahan dalam gelap dan kesempitan dalam waktu tertentu. Namun perjuangan seekor ulat itu akan tuntas ketika ulat itu menjadi seekor kupu-kupu. Dia akan menjadi binatang yang didamba karena memberi warna kehidupan para manusia sehingga mata kita terdiaspora karena keindahannya.

Sebutir biji pun hanya tampak seperti bulatan kecil tak berarti ketika menjadi biji. Kemudian, sebutir biji itu pun berjuang, bertahan dalam gelapnya kegelapan, sembari menanti siraman hujan dan energi dari cerahnya mentari. Sampai akhirnya, ketika biji itu tumbuh dan mekar, biji itu akan menjadi tumbuhan yang akan memberi kesuburan bagi bumi ini dan memberi banyak manfaat pada semua insan.

Lantas, apa hubungannya kisah itu dengan kehidupan setiap manusia? Ya, Manusia memang tempatnya salah dan dosa. Seringkali manusia memperkeruh dirinya dengan niat, tindakan, atau bahkan perkataan buruk yang ia lakukan. Kondisi iman manusia pun terkadang naik turun layaknya komedi putar, seringkali berada di atas namun terkadang berada di bawah jika mereka lalai dan lupa dengan Rabbnya. Karena itulah setiap manusia harus berproses dan berubah untuk menjadi lebih baik layaknya seekor ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dan sebutir biji yang tumbuh menjadi tumbuhan yang rindang nan mekar. Hal itu sudah menjadi kewajiban setiap manusia karena hakekat manusia adalah harus bertambah baik setiap harinya.

Sebagai seorang manusia kita harus menjadi insan yang progresif di kehidupan ini. Setiap detik, menit, jam, sampai harinya kita harus berusaha terpacu untuk memperbaiki diri dari segala sisi dengan niat karena Allah SWT semata. Banyak cara agar kita bisa berproses menjadi lebih baik lagi, mulai dari membuat targetan setiap harinya, mencoba hal-hal baru dalam kehidupan, serta mencari tantangan untuk meningkatkan kapabilitas diri kita karena dengan menerima tantangan itulah kita akan semakin terpacu untuk menjadi lebih baik lagi.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

mahasiswa yang berasal dari Surabaya, dan sedang berkuliah di ITB. Salah satu kegemarannya adalah menulis.

Lihat Juga

Surat Cinta untuk Perempuan

Figure
Organization