Topic
Home / Berita / Silaturahim / Program “Siroh Kampus” Diresmikan untuk Lahirkan Para Sejarawan Islam

Program “Siroh Kampus” Diresmikan untuk Lahirkan Para Sejarawan Islam

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Program "Siroh Kampus". (Zulaikha Fadliyah)
Program “Siroh Kampus”. (Zulaikha Fadliyah)

dakwatuna.com – Telah diresmikan program pendidikan Siroh Kampus” dalam kegiatan “Grand Launching Siroh Kampus”, di Jakarta, Jum’at (1/5/2015). Kegiatan diselenggarakan di Aula Rabbani Jakarta Timur dengan dihadiri puluhan pemuda yang mendedikasikan dirinya untuk mengambil bagian dalam peradaban Islam. Dengan motto “Belajar, Bergerak, Memimpin dengan Siroh”, para pemuda tersebut sangat yakin bahwa mempelajari sejarah Nabi Muhammad Saw mampu membawa kepada peradaban Islam.

“Sejarah adalah kehidupan. Kita bisa melihat kehidupan yang akan datang dengan mempelajari sejarah. Karena sejatinya, apa yang terjadi saat ini adalah tidak lain pengulangan dari masa kemarin,” ucap pembicara pertama, Eko Zein, dalam mengawali kalimat-kalimat pembukanya.

Eko Zein memaparkan mengapa Jazirah Arab dipilih Allah SWT sebagai destinasi risalah terakhir Nabi Muhammad Saw. Salah satu alasannya adalah karena Mekah terletak di pertengahan bumi. Beliau menyanggah pendapat yang menyatakan bahwa pertengahan bumi adalah Greenwich. Hal ini tersirat dalam QS. Al-Baqarah ayat 143 yang artinya, “Dan demikian pula kami telah menjadikan (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia…” Menurut analisisnya, Mekah terletak di tengah negara adidaya, yaitu Persia yang diliputi penyimpangan moral, Romawi yang dikuasai oleh semangat kolonialisme, disusul oleh Yunani dan India yang disibukkan dengan hal hal yang tidak bermanfaat. Hal ini adalah rencana Allah yang sangat luar biasa karena Mekah menjadi mudah untuk menyebarkan peradaban ke seluruh penjuru dunia.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang bertema “Urgensi Siroh Nabawiyah”. Pembicara dalam diskusi ini adalah Zaili Fitria Yunita.

“Salah seorang guru pernah berkata, ‘Sejarah adalah identitas. Jika manusia mengabaikan sejarah, maka hilanglah identitasnya.’ Contoh aplikatif dalam hal ini adalah negara Turki. Dengan sistem kekhilafahannya, Turki menjadi pusat peradaban Islam yang sempat memimpin selama lebih dari enam abad. Namun pada tahun 1924, kekhilafahan Turki Utsmani telah diruntuhkan dan selama ini hidup dalam sekularisme. Sekarang, Turki telah belajar dari sejarah dan mampu meraih masa kejayaan itu kembali,” papar ustadzah yang penyampaiannya tenang tersebut.

Acara dilengkapi dengan materi “Peran Siroh dalam Membangun Peradaban”. Pembicara dalam sesi III ini adalah Airell Tufliado. Airell memberikan motivasi konstruktif agar calon sejarawan mau mempelajari sirah nabawiyah secara kontinyu dan mengajarkannya. Hal tersebut harus diupayakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Umat Islam harus yakin bahwa Nabi Muhammad Saw adalah manusia luar biasa yang membangun awal peradaban ini, kemudian dilanjutkan oleh khulafaurrasyidin, Bani Umayah, Bani Abasiyah dan Bani Utsmaniyah. Kemenangan ini harus diraih kembali oleh Umat Islam, demikian seperti dipaparkan Airell.

Airell melanjutkan bahwa hal tersebut karena pada dasarnya kemenangan itu akan dipergilirkan, sebagaimana dalam QS. Ali-Imran ayat 140 yang artinya, “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (khafa/dakwatuna/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization