Kunci Menjadi Muslimah Bahagia

Ilustrasi. (qimta.devianart.com)

dakwatuna.com – Manusia diciptakan dalam dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan atau biasa juga disebut wanita, sebagian mengartikan berbeda makna perempuan dan wanita tergantung sudut pandang sejarahnya, akan tetapi secara naluri dan biologisnya wanita dan perempuan itu sama saja. Seperti halnya istilah laki-laki dan pria. Manusia yang beragama Islam atau yang telah bersyahadat disebut dengan muslim yang artinya berserah diri kepada Allah SWT, bagi laki-laki muslim disebut dengan muslimin dan bagi wanita disebut muslimah. Dalam hal ini akan dipaparkan mengenai kunci menjadi muslimah yang bahagia dunia akhirat:

  1. Bahagia Sebagai Ciptaan Allah SWT

Dalam Islam, posisi wanita dan pria sama. Keduanya berasal dari ayah dan ibu yang sama yaitu Adam dan Hawa. Asal-usul yang sama, memiliki sifat kemanusiaan yang sama, tanggung jawab terhadap agama yang sama, serta ketentuan takdir yang sama-sama dari Allah SWT. Wanita dan pria diciptakan oleh Allah SWT dari satu inti, kemudian Allah menciptakan dari inti itu pasangannya agar saling melengkapi. Seperti tercantum dalam ayat:

“Dia (lah) yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan-nya, seraya berkata, “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Araaf: 189).

Islam datang di saat banyak orang tidak menghargai keberadaan wanita. Banyak yang menganggap bahwa wanita hanya sebagai pelayan pria, lalu dengan datangnya Islam, keadaan berubah harga diri dan martabat wanita terangkat. Bahkan Islam menegaskan perannya dalam menaati perintah Allah, tanggung jawabnya mencari jalan ke surga. Islam menempatkan wanita sebagai manusia mulia. Pria adalah saudara bagi wanita, dan wanita adalah pasangan bagi pria sebagaimana tercantum dalam ayat:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At-Taubah: 71).

Patut direnungi bahwa sebagai Muslimah sudah sepantasnya kita berbahagia dengan posisi kita yang tidak dibeda-bedakan oleh Allah SWT, bahkan dikatakan kita sebagai makhluk mulia.

  1. Bahagia Sebagai Seorang Anak

Pada zaman sebelum Islam, orang arab Jahiliyah merasa kecewa dan marah dengan kelahiran seorang bayi perempuan. Bahkan dalam tradisi mereka memperbolehkan seorang ayah mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena alasan bebar-benar miskin, atau karena takut miskin atau takut akan aib yang dia bawa saat dewasa. Lalu Allah berfirman untuk mencela dan menghina mereka melalui ayat dalam Al-quran:

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.” (At-Takwiir: 8-9).

Dalam ayat lain digambarkan kondisi seorang ayah saat anak perempuannya dilahirkan, “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59).

Akan tetapi, setelah Islam datang memutuskan bahwa anak perempuan seperti juga anak laki-laki yang merupakan anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapapun yang Allah kehendaki dari hamba-hamba-NYA. “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan …..” (Asy-Syuura: 49-50)

Bahkan dalam Hadist disebutkan Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Aisyah menceritakan, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang menanggung dua orang anak perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi tirai pencegah baginya dari api neraka”.

Jadi jelaslah bahwa anak perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang wajib dimuliakan oleh orang-orang yang menjadi mahramnya yang cenderung harus menjaga, melindungi dan memelihara mereka dengan mencukupi seluruh kebutuhan lahir batinnya, tanpa membebani mereka dengan pekerjaan-pekerjaan layaknya bagi seorang laki-laki. Hal ini merupakan anugerah yang harus disyukuri dan sebagai rahmat yang harus dimohonkan karena pahalanya syurga bagi mereka yang memuliakan anak perempuan.

  1. Bahagia Sebagai Seorang Istri

Islam memerintahkan umatnya untuk menikah dan menyatakan, pernikahan adalah salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

(QS. Ar-Ruum: 21).

Bahkan Islam memposisikan istri shalihah sebagai harta yang paling berharga bagi seorang suami dalam kehidupannya, setelah iman kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Wanita shalihah adalah kunci kebahagiaan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw berkata, “Maukah engkau aku beritahu harta apa yang paling berharga bagi suami? Dia adalah istri yang shalihah. Jika suami memandang isterinya dia menyenangkannya; jika suami memberi perintah, dia menuruti; dan jika suami jauh darinya, dia menjaga kehormatan suaminya.” (HR Abu Dawud). Hadist lain menyebutkan “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).

Islam menetapkan hak-hak istri yang harus dipenuhi suaminya. Istri bukan sebagai “boneka” bagi suaminya. Sebaliknya, Islam menempatkan istri lebih dari seorang pelindung dan pengawas. Alasannya karena pertama, wanita diberi keyakinan sebagai seorang muslim, kedua, Islam memberi wanita hati nurani untuk membangun masyarakat, ketiga, Islam menetapkan hukum tentang wanita dan komitmen terhadapnya. Jadi beruntunglah dan patut bahagia kita sebagai Muslimah dilindungi oleh Islam agar hak-hak kita dan kedudukan kita tetap Mulia di hadapan Allah SWT dan manusia lainnya.

  1. Bahagia Sebagai Seorang Ibu

Tidak ada dalam sejarah sebuah agama atau sebuah sistem yang menghormati wanita sebagai ibu dan mengangkat harkatnya sebaik Islam. Islam sangat menghormati wanita dan perintah ini turun langsung setelah turunnya perintah untuk menyembah dan percaya pada ke Esa-an Allah. Allah telah membuat kebajikan terhormat bagi seorang ibu dan Dia mengutamakan hak ibu daripada hak ayah, karena ibu telah memikul penderitaan dalam mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anaknya. Hal ini tersurat dalam ayat Alquran:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepda-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Dalam sebuah hadist disebutkan ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw lalu berkata, “Ya Rasulullah! Saya ingin ikut berperang dan saya meminta nasehat Anda.“ Beliau bertanya, “Apakah kamu masih punya seorang ibu?” Pria itu menjawab, “Ya” beliau berkata, “Jangan tinggalkan dia karena surga berada di bawah telapak kakinya.”

Setelah pemaparan di atas masihkan kita tidak bersyukur menjadi seorang Muslimah? Cara terbaik untuk berbahagia menjadi Muslimah di manapun posisi kita berada baik sebagai makhluk, anak, istri maupun sebagai ibu selayaknya kita kembalikan kemuliaan itu kepada hukum Islam, bukan menjadi budak sistem seperti sekarang yang menjadikan wanita sebagai komoditi bahkan barang dagangan, wanita sekarang harus bersusah payah mencari nafkah karena tuntutan ekonomi, pelecehan seksual karena kondisi yang serba bebas, dijadikan komoditi ajang pamer tubuh, lupa akan kodratnya sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT. Untuk itulah Islam mengatur dari mulai cara berpakaian Muslimah sampai cara bersikap sebagai seorang muslimah yang tujuannya untuk menjaga kemuliaan wanita itu sendiri. Lalu apa bedanya zaman sekarang dengan zaman jahiliyah dulu? Kodrat sebagai seorang wanita dan ibu menjadi tugas utama bagi seorang muslimah yang taat kepada hukum Allah SWT. Syariat Islam telah menetapkan bahwa wanita adalah seorang ibu dan pengatur rumah tangga (Ummun wa rabbah al-bayt), menjaga kehormatan, menjadi madrasah utama bagi anak-anaknya, menjadi istri shalihah bagi suaminya dan masih banyak lagi jalan jihad yang bisa dilakukan oleh muslimah yang ingin taat pada Allah SWT dan Rasulnya untuk meraih surga Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191)

Maka dari itu untuk mengembalikan kemuliaan wanita dan tetap berbahagia menjadi seorang Muslimah, kita harus memiliki sistem yang berlandaskan pada hukum syara, untuk itulah perlu adanya wadah untuk menerapkan hukum itu yang disebut dengan sistem khilafah ‘ala minhaj an nubuwwah (sistem ke-nabian). Di mana dengan wadah dan sistem inilah kemuliaan seorang muslimah akan dapat diraih, dan muslimah tidak akan terus terpuruk oleh kondisi seperti sekarang.

Wallah a’lam bi ash-shawab.

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...