Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Senyum Ceria si Anak Pendiam

Senyum Ceria si Anak Pendiam

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Matahari tampak merajuk. Dari kemarin ia bahkan sedikitpun tak ingin menammpakkan senyumannya atau cahahanya. Enggan pula ia menumpahkan kehangatan. Seakan sudah tak ingin lagi berbagi panasnya.

Pagi ini, hujan kembali mengguyur tanah para Jawara. Pandeglang, di sanalah aku mendapatkan mandat sebagai Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa. Menjadi bagian dari keluarga besar Dompet Dhuafa adalah hal yang membanggakan bagiku. Apalagi ikut dalam salah sebuah programnya yaitu Sekolah Guru Indonesia. Berbagi kebahagiaan, keceriaan dan ilmu adalah cita-cita yang mestinya dimiliki oleh setiap pemuda-pemudi yang ada di Indonesia. Melalui jalur inilah aku akhirnya bisa berbagi dengan anak-anak yang ada di pelosok Nusantara.

Menjadi Relawan di sebuah tempat yang serba terbatas tak membuatku membatasi kreativitas dan imajinasi yang aku miliki. Selalu ada saja yang hal yang membuat kelas heboh, istana anakku yang mengesankan, bermain permainan tradisional dan lain-lain. Hah, macam-macam lah.

Sebagai Relawan aku diwajibkan untuk mengajar di sebuah sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalku. SDN Sindangresmi 2 namanya. Di SD tersebut aku menjadi guru Bidang Studi. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) adalah mata pelajaran yang aku bawakan. Dengan berbagai materi yang sebenarnya bukan dari jurusan yang aku ambil ketika kuliah. Faktanya, aku adalah Alumni UMN Al Washliyah Medan Angkatan ’09 dengan konsentrasi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

Mengajar dari mulai kelas yang terendah (1-3) hingga kelas tinggi (4-6). Tak jarang setiap harinya aku harus mempersiapkan RPP dengan cakupan materi, media dan alat peraga agar mendukung pembelajaran yang menyenangkan. Tak hanya itu, aku juga selalu memikirkan dan mengaplikasikan metode dan strategi pembelajaran yang tepat pada siswaku agar mereka bisa memahami bahkan menerapkan materinya dalam kehidupan sehari-harinya.

Aku tinggal di rumah salah seorang warga yang tak lain adalah ketua komite sekolah itu sendiri. Sudah hamir 4 purnama aku berada di Kampung Lebak Gedong Desa Sindangresmi Kecamatan Sindangresmi Kabupaten Pandeglang ini. Kampung yang bernuansa alamiah dipenuhi dengan banyaknya tumbuhan, hewan dan sawah terhampar mengelilingi rumah para warga. Tak hanya sawah bahkan perkebunan sawit menjadi lahan pencaharian nafkah.

Ipul, salah satu siswaku yang masih duduk di bangku kelas 3 ini sangat menyita perhatianku. Selain anak ini cerdas, rajin juga sangat dikenal pendiam dari pada teman laki-lakinya yang lain. Selain itu, dia juga jarang menampakkan senyummannya yang manis dan khas. Aku sangat penasaran ketika dia tersenyum seperti apa wajah polosnya itu. Kucoba untuk sedikit mencuri perhatiannya dengan memintanya menjadi pemimpin doa di depan kelas. Saat itu, dia sedikit mengeluarkan senyumnya. Hmmm, alhamdulillah, akhirnya aku mendapatkan senyumannya walaupun sedikit.

Namun, aku coba kembali untuk membuat kelas 3 menjadi tertawa dengan tingkah lucuku membawakan dongeng tentang Si Anak yang Bau Mulutnya. Dari situlah aku menjadi tahu kalau anak kelas 3 suka mendengarkan dongeng dan cerita lucu lainnya. Terutama Ipul, senyumnya membuat hatiku menjadi sangat bahagia bisa berbagi tawa dan canda.

Ipul, ternyata adalah sosok anak yang tak hanya cerdas dan rajin tetapi dia juga anak yang periang. Akhirnya si anak Pendiam ini dapat aku taklukkan dan aku mendapatkan senyumannya yang khas.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa. Penempatan Kab. Pandeglang-Banten.

Lihat Juga

Tersenyumlah

Figure
Organization