Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Belajar Menjadi Pemimpin yang ‘SETIA’

Belajar Menjadi Pemimpin yang ‘SETIA’

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Kesetiaan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam bahasa yang lebih populer kesetiaan sering disebut sebagai Loyalitas. Loyalitas seakan menjadi tolak ukur yang utama dalam sebuah organisasi. Sebab dengan adanya loyalitas yang tinggi dari para anggotanya suatu organisasi akan berjalan dengan lancar tanpa harus mengkhawatirkan akan kehilangan sebagian anggotanya. Oleh sebab itu pemimpinnya pun harus setia, terutama kepada para anggotanya.

Bicara tentang loyalitas, banyak pemimpin-pemimpin di negeri ini yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang memadai untuk menjadi pemimpin, namun karena rasa kesetiaan yang rendah yang kemudian mendorong mereka untuk berbuat dzalim. Contohnya saja perbuatan suap menyuap dan korupsi meraja lela di negeri ini. Sehingga rakyat kecil yang menerima imbasnya.

Apakah semua pemimpin di negeri ini seperti itu? Tentu tidak. Kita dapat mencontoh keteladanan dari presiden kita yang ke tiga yaitu Bapak Professor Habibie. Negarawan yang satu ini memang terkenal dengan kesetiaannya. Betapa tidak, bagaimana bisa seseorang yang sudah mendapatkan kehidupan yang sangat mewah di negeri industri seperti jerman masih mau mengurusi negeri yang tatanan masyarakatnya porak poranda. Bahkan dalam suatu cerita beliau rela mengorbankan banyak waktunya untuk membuatkan sebuah pesawat yang ia rancang untuk kemajuan industri penerbangan bangsa ini. Tapi yang beliau akhirnya beliau dapat? Bagaikan menggigit tangan orang yang memberi kita makan, beliau yang sudah bersusah payah untuk kebaikan negeri ini melalui karya-karyanya yang luar biasa, malah tidak disambut dengan baik oleh negara. Bahkan perizinanpun dipersulit. Sungguh ironi negeri tempat kita bernaung ini. Tidak hanya itu kesetiaan beliau tidak hanya untuk negeri ini saja. Beliau sangat setia pada isterinya yang sudah meninggal, ia tidak berpikir sama sekali untuk mencari penggati bahkan dalam suatu acara dialog bersamanya ia berkata “ Ainun selalu ada di hati saya”. Inilah keteladanan yang seharusnya kita contoh sikap setia yang selalu melekat dalam hati dalam keadaan apapun karena ini syarat untuk menjadi pemimpin yang besar.

Namun bukan setia seperti tersebutkan di atas yang penulis maksud tetapi ‘SETIA’ adalah suatu singkatan yang dari tiap abjad penyusunnya memiliki makna yang mendalam. SETIA yang dimaksud yang pertama Spriritual Conjucntion atau hubungan spiritual. Hal yang sangat mendasar bagi manusia adalah hubungan vertikal dengan tuhannya atau umat muslim menyebutnya Hablumminannas. Mengapa hal ini sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin? Bila kita putar balikan waktu ke sekitar abad ke-15. Kita dapat menyaksikan bagaimana kota besar milik kekaisaran Romawi bisa jatuh ke tangan Sultan muda yang perkasa yaitu Alfatih. Bagaimana bisa seorang anak muda bisa menaklukan kekaisarn besar? Padahal para pendahulunya tidak dapat melakukan itu. Dalam riwayat dikatakan bahwasanya Alfatih tidak pernah meninggalkan shalat malamnya semenjak usia baligh. Inilah yang seharusnya menjadi senjata bagi para pemimpin muda saat ini.

Lalu yang kedua adalah Emotional atau kita bisa menyebutnya hubungan horizontal antar manusia. Banyak orang-orang yang hidup hanya untuk beribadah pada tuhannya sementara ia tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan menimbulkan rasa simpati pada orang tersebut hilang. Maka pentinglah kita sebagai pemimpin untuk menjaga hubungan interpersonal. Agar kita dapat mengetahui keadaan orang-orang yang kita pimpin. Contohnya dalam riwayat Khalifah Umar, pada suatu malam pergi ke bagian desa yang terpencil untuk menelaah rakyatnya atau dalam istilah yang sedang popular sekarang adala blusukan. Dengan melakukan blusukan Khalifah Umar menjadi tahu akan penderitaan rakyatnya sehingga ia dapat menentukan kebijakan-kebijakan dengan baik dan tidak memihak sebagian golongan saja tapi kebijakannya mampu masuk ke semua tatanan masyarakat.

Kemudian istilah selanjutnya adalah True Financial Power. Istilah ini berartikan bagaimana pentingnya kekuatan dari keuangan. Bagaimana pada zaman sekarang ini uang ibarat materi yang dituhankan. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang tidak membutuhkan uang, tentu sebagian pemikiran tersebut bisa dianggap benar. Tetapi dalam konteksnya kekuatan dari keuangan berarti bagaiman kita dapat mengatur keuangan dengan baik. Menejemen keuangan sangatlah penting bagi seorang pemimpin, dalam suatu organisasi jika pemimpinnya tidak dapat mengatur keuangannya maka, tidak lama organisasi tersebut akan gulung tikar. Memang Rasulullah adalah orang yang sangat sederhana dalam hal keuangan, bahkan diriwayatkan apabila beliau terbangun dari tidur berbekaslah pipinya karena tempat tidurnya hanya terbuat dari beberapa lapis dahan kurma. Namun Rasulullah menganjurkan umatnya untuk memiliki kekayaan, namun tidak juga berlebihan. Agar kita dapat menegakkan idealisme kita tanpa hambatan biaya.

Selanjutnya adalah Intellectual artinya adalah kecerdasan. Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas agar orang-orang yang dipimpinnya tidak ragu akan kemampuan berpikir sang pemimpin. Tentu kecerdasan tidak didapat semata-mata belajar setahun dua tahun saja, tetapi wawasan yang luas didapat dari pengalaman berpuluh-puluh tahun. Bahkan Rasulullah berpesan agar umatnya menuntut ilmu sedari lahir sampai nanti masuk ke liang lahat. Seorang pemimpin harus banyak membaca berbagai macam ilmu pengetahuan dan harus pintar membaca keadaan alam. Karena ini yang akan menimbulkan sikap kristis berwawasan, saat menghadapai problematika kehidupan.

Lalu yang terakhir adalah Action ya memang inilah hal terpenting yang perlu para pemimpin lakukan. Apabila ke empat komponen SETIA sudah dilakukan, namun komponen terakhir tidak dilakukan. Ini hanya akan menjadi rencana-rencana usang atau kita sebut hanya menjadi wacana belaka. Padahal dari semua komponen SETIA inilah hal yang terpenting. Apa jadinya rencana tanpa aksi yang nyata? Maka lakukanlah suatu tindakan yang nyata untuk mewujudkan negeri yang kita semua impikan. Inilah kelima komponen SETIA yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin. Khususnya para pemimpin muda calon penerus bangsa. Marilah kawan-kawan kita rencanakan dengan matang ide-ide cemerlang yang kita miliki, lalu buatlah aksi nyata. Semua itu kita lakukan demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).

Lihat Juga

Pemimpin adalah Cerminan Rakyat

Figure
Organization