Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Pahlawan itu Adalah Aku, Kau dan Kita Semua

Pahlawan itu Adalah Aku, Kau dan Kita Semua

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (helenfrost.com.au)
Ilustrasi. (helenfrost.com.au)

dakwatuna.com – “Pahlawan.. Jangan menanti kedatangannya. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka, dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah. – Muhammad Anis Mata

Kita biasa mengartikan bahwa pahlawan itu adalah orang yang sudah berjasa dalam mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. Dalam artian lain pahlawan merupakan orang-orang yang melakukan perbuatan di atas peran yang dilakukan oleh manusia kebanyakan. Mereka rela mengambil peran yang tidak banyak orang yang memikulnya. Pahlawan juga merupakan orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri sehingga ia mempunyai banyak waktu untuk memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Hidupnya diisi dengan melakukan kegiatan besar dan memberikan dampak besar. Mereka berjuang tidak untuk mencari popularitas, tidak juga ingin dikenang, apalagi hanya untuk mengejar tahta dan harta. Perjuangan yang dilakukan tulus untuk kemaslahatan bangsa dan umat yang ia cintai.

Telah banyak contoh perjuangan heroik pahlawan yang berjasa dalam mengantarkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Salah satunya perjuangan adalah perjuangan rakyat Surabaya. Mereka secara total berusaha berjuang untuk mempertahankan Suarabaya dari pernguasaan sekutu. Mereka lebih memilih berjuang dengan seluruh jiwa dan raga ketimbang harus menyerah kepada sekutu. Tak kurang ribuan nyawa melayang dalam pertempuran yang dahsyat itu. Untuk mengenang peristiwa itu kita jadikan tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Dan banyak lagi pahlawan yang sudah berjasa untuk bangsa ini. Baik nama mereka dikenang sebagai pahkawan nasional ataupun mereka yang tidak dikenal, namun jasanya sudah kita rasakan sampai saat ini.

Untuk mengisi kemerdekaan yang sudah diperjuangkan dengan titik darah jasa pahlawan, sudah sepatutnya kita mengisi dengan hal-hal yang positif. Meruju pendapatnya Bung Karno, pemuda itu mempunyai kekuatan yang mampu untuk menggoncang dunia. Namun, realitanya moral anak bangsa sudah tergerus oleh banyaknya budaya luar yang diserap namun bertentangan dengan budaya Indonesia, sehingga kehidupan mereka jauh dari apa yang dicita-citakan oleh pahlawan terdahulu. Nyatanya di Indonesia pemudanya banyak yang melakukan pergaulan bebas. Menurut data dari KPAI yang melakukan survey di 17 kota besar di Indonesia pada tahun 2012 mendapatkan hasil bahwa 62,7 % remaja tidak perawan lagi, bahkan 21,2 % mengaku pernah melakukan aborsi. Hal ini membuktikan moral anak bangsa sudah semakin menurun. Bangsa ini belum mampu memperlihatkan taringnya, padahal Indonesia merupakan negara yang besar, mempunyai penduduk yang besar, kekayaan alam yang berlimpah ruah. Tetapi kenapa bangsa ini tidak maju-maju juga? Apa yang salah dari bangsa ini? Apakah mungkin kita sudah sulit menemukan pahlawan-pahlawan yang rela berkorban untuk bangsa ini? Apakah benar kebanyak orang hanya berorientasi untuk dirinya sendiri saja? Lalu ke manakah kita harus mencari pahlawan itu?

Banyak pertanyaan yang terlontar dari benak ini, ketika kita berbicara mengenai pahlawan. Tidak perlu banyak berpikir. Pahlawan itu masih ada, baik mereka yang secara alamiah mempunyai sifat kepahlawanan ataupun mereka yang melatih diri agar bisa menjadi seorang pahlawan. Tidak ada yang salah di antara keduanya, yang terpenting bagaimana kita bisa memastikan diri bahwa pahlawan yang dicari itu tidak berada di tempat jauh. Keberdaannya dekat, dan ia adalah diri kita sendiri.

Seperti ungkapan Anis Mata di atas bahwa pahlawan tidak perlu dinanti kedatangannya, mereka itu adalah aku, kau dan kita semua, hanya saja kita belum memulai melejitkan potensi kepahlawanan kita. Untuk itu kita perlu menantang diri kita agar mempunyai karakter seperti seorang pahlawan. Yang terpenting dari seorang pahlawan adalah karakter diri. Karena sejatinya seorang pahlawan itu bukan merupakan orang yang mempunyai harta melimpah, bukan orang yang mempunyai kedudukan dan pangkat yang tinggi serta berasal dari keluarga yang terpandang. Tapi pahlawan adalah orang yang mempunayai karakter dalam dirinya, sehingga dengan karakter itu ia mampu untuk melakukan hal-hal besar. Ia mampu untuk merubah pandangan masyarakat dan membawa masyarakat ke kehidupan yang lebih baik. Kita bisa bercermin dari perjuang seorang Buya Hamka dalam menemukan karakter dirinya. Hamka merupakan anak sulung dalam keluarganya, ia terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan pas-pasan. Sewaktu kecil ia mengalami permasalahan keluarga dimana orang tuanya bercerai. Dan sewaktu kecil pula ia sudah menyadari pentingnya menuntut ilmu. Hingga pada umur belasan tahun ia sudah merantau ke Jawa dan ke Mekah. Dengan upaya dan kerja kerasnya, akhirnya Hamka mendapatkan buah hasil perjuangannya. Ia dikenal sebagai ulama yang disegani, sampai sekarang karya-karya nya pun masih bisa kita nikmati. Karakter yang tertanam dalam diri Hamka adalah sosok pekerja keras, ulet dan tidak mudah putus asa. Sebelum menjadi ulama besar banyak orang yang mencela dia, karena bahasa arabnya yang kurang fasih sehingga orang menyangsikan kalau ia menyampaikan ceramah dan Hamka juga sempat ditolak untuk mengajar di sekolah Muhammadiyah hanya karena ia tidak mempunyai gelar diploma padahal ayahnya merupakan salah satu orang yang mendirikan sekolah itu. Segala tantangan yang dihadapi Hamka ia jawab dengan kerja keras menuntut ilmu. Hingga akhirnya ia menjadi ulama terkenal dan mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.

Kita bisa menjadi seorang pahlawan dengan mengambil peran besar di mana tidak banyak orang yang mau mengambil peran itu. Seorang pahwalan adalah orang yang waktunya disibukan untuk melakukan hal-hal besar dan tidak gampang menyerah dengan segala tantangan yang ada. Mulai sekarang kita persepsikan dalam diri, bahwa kita akan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal besar yang memberikan kebermanfaatan luas kepada orang lain. Hingga tidak ada waktu bagi kita untuk bersantai. Setiap detik adalah waktu untuk bekerja, untuk pembuktian diri dan pengabdian terbaik bagi bangsa yang kita cintai ini. Lelah itu pasti, karena tidak ada kerja-kerja kepahlawanan tanpa pengorbanan dan kerja keras. Bagaimana kita berupaya memaknai kelelahan itu sebagai hal positif yang akan membawa perubahan besar, sehingga kita tidak merasakan pahitnya lelah itu, yang ada hanya manis setelah berjuang. Untuk itu jangan gampang menyerah dengan semua tantangan yang ada. Pastikanlah kita adalah pahlawan yang dicari itu.

Referensi:

  • Hamka, Irfan. 2013. Jakarta: Republika Penerbit
  • Matta, Anis. 2004. Mencari Pahlawan Indonesia. Jakarta: The Tarbawi Center
  • http://www.tribunnews.com/regional/2012/11/12/62-persen-remaja-indonesia-tidak-perawan diakses pada 12 November 2014 pukul 10.30

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial UI angkatan 2012. Suka melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengabdian masyarakat. Peserta Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta, angkatan VII.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization