Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Rusa yang Sombong

Rusa yang Sombong

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
ilustrasi (gma.vic.gov.au)
ilustrasi (gma.vic.gov.au)

dakwatuna.com – Koko adalah rusa jantan yang gagah. Ia hidup di tengah hutan. Tanduknya besar. Tubuhnya kuat dan kekar. Sikapnya angkuh dna tercela. Ia selalu menghina binatang-binatang yang lebih lemah dan bertubuh kecil darinya.

Lihatlah, ia selalu menyombongkan kekuatan yang dimilikinya.

Duk….! Duk…..! Duk….! Ia menyeruduk Pak Kerbau yang sedang duduk.

“ Aduh…! Aduh….! Kenapa kau menggangguku,” tanya Pak Kerbau

“Minggir, aku mau lewat, “ Koko berkata dengan keras sambil pongah kaki depannya terangkat siap menerjang.

Saat itu datanglah Pak Domba hendak melerai.

“Kenapa tidak lewat sana saja, Koko?” Tanya Pak Domba sambil menunjuk ke arah yang berbeda.

“Di sana kan ada jalan. Jadi, kau tak perlu menabrak binatang yang sedang berisitirahat. “ Ujarnya menambahkan.

Koko marah sekali. Sehingga dia pun menyahut kalimat-kalimat yang sudah diujarkan Pak Domba tadi dengan suara yang tinggi dan keras pula.

“Kalian yang harus minggir. Aku kan lebih kuat dari kalian. Apa kalian berani melawan aku? “ Bentaknya.

Pak…!Pak…! Kaki depan Koko segera menerjang bahu Pak Domba.

Pak Domba pun seketika menjerit kesakitan.

“Aduh…! Aduh…! suara ritihan kesakitan Pak Domba.

“Tahu rasa, kan?” Kata Koko.

“Karena itu, kalian jangan berani melawan!”, Tambahnya dengan lantang.

“Sombong sekali dia, “ Keluh Pak Domba.

Pak Domba merintih kesakitan karena bahunya yag terluka. Koko terus berjalan dengan sombong. Beberapa kemudian, Koko menenmukan Bu Ayam yang sedang mengerami i telur-telurnya.. koko menginjak-injak sarang Bu Ayam.

Prak…!…..Prak…..! Prak…! Telurnya pecah berantakan.

“ Huuuu….huuuu….!” Suara tangisan Bu Ayam. Dia menangisi telur-telurnya, sambil tersedu-sedu dia memegang telurnya yang sudah berantakan.

Koko tertawa senang sambil mengejek Bu Ayam. Lalu, datanglah Pak Kancil.

“Sudahlah, jangan menangis,” hibur Pak Kancil.

“Koko memang jahat dan sombong. Nanti dia akan mendapatkan pelajaran dari kesombongannya, “Ujarnya.

Koko segera mengangkat kaki depannya. Tiba-tiba…..

Duk….! Koko menyepak Pak Kancil dari belakang. Tubuh Pak Kancil terlempar ke semak-semak. Pak Kancil merintih kesakitan.

“Aduh….! suara rintihan Pak Kancil.

Koko tertawa senang sambil berkata, “Itulah akibatnya kalau kau melawanku. Huahahahahahhahahahah…….”

Koko segera melanjutkan perjalanannya. Dia berkeliling hutan, menantang semua binatang yang ada di sana.

“Ayo…ke sini! Siapa yang berani melawanku?” teriaknya.

Drap…! Drap…! Duk….! Duk….!

Koko menanduki sebuah pohon di dekatnya.

Krk…! Krk…! Krk…! Bum….! Pohon tersebut seketika tumbang. Penghuni hutanpun terkejut dengan suara tersebut.

Tiba-tiba saja, keluarlah Bu Pipit dari reruntuhan pohon itu. Bu Pipit tinggal di pohon itu. Ia membuat sarangnya di sana. Lagipula dia sedang bahagia karena keempat ekor anaknya baru saja menetas. Tapi pohon tersebut sudah tumbang dan anak-anaknya mati terjepit di dahan.

“Kau melukai anak-anakku. Huhuhuuuuu…! kata Bu Pipit.

“Apa peduliku?. Yang penting aku senang.” Sahut Koko.

“Huahhahahahahahahah……! Koko pun tertawa kesenangan atas apa yang sudah dilakukannya kepada Bu Pipit.

Bu Pipit terus menangis, “Huhuhuhuhuhu….”.

“Kau jahat! Kau akan mendapatkan hukuman dari perbuatanmu, “ujarnya.

Koko terus saja tertawa seakan tidak menyesali perbuatan yang sudah dia lakukan.

“Hahahahah…! Siapa yang berani menghukumku ?” Katanya dengan sombong.

“Tuhan yang akan menghukummu. Tuhan menciptakan binatang ada yang kuat dan ada yang lemah. Semua itu agar yang kuat biasa menlindungi yang lemah. Bukan sepertimu !Kau akan mendapatkan hukuman!” Bu Pipit memberikan nasihat.

Koko malah tidak menggubris perkataan Bu Pipit seakan tak percaya terhadap Tuhan. Bahkan ikalimat-kalimat seperti itu tidak mempan melawannya. Apalagi yang mengatakan hal tersebut adalah seekor burung pipit. Koko selalu meremehkan binatang-binatang kecil yang dia anggap lemah.

Koko kembali berjalan dengan membusungkan dadanya. Dengan keangkuhannya itu iapun memamerkan tanduknya yang indah dan kuat.

Tiba-tiba, Koko mendengar dengungan di telinganya. Rupanya seekor lebah.

“Aku dengar kau sangat kuat. Apakah kau bisa mengalahkanku?” Tantang seekor lebah kecil kepadanya.

“Hahahahahahah…! Binatang sekecilmu mana bisa mampu melawanku.” Jawabnya meremehkan.

“kalau begitu buktikan saja! Tandukkanlah aku kalau kau mampu!” Ujarnya menambahkan.

Koko pun menjawab tantangan dari seekor lebah yang dianggapnya tidak pantas menjadi lawannya. Akhirnya diapun menanduki lebah itu dengan seluruh kekuatannya.

Duk…! Duk….! meleset. Si lebah kecil itu dengan gesitnya menghindar. Bahkan iapun berkelit ke kanan dan kiri dengan lincahnya. Ia kemudian terbang ke arah sebuah pohon yang sangat subur, rindang dan besar. Itu rupanya pohon beringin yang sudah sangat tuda di hutan tersebut. Daunnya sangat banyak. Bahkan sulurnya sudah sampai ke bawah mendekati akarnya. Koko mengejarnya sambil menyerudukkan tanduknya ke segala arah. Lebah kecil itu terus mempermainkannya, sehingga tanduk yang ia banggakan tersangkut di kerindangan pohon beringin. Pohon itu menjerat tanduknya dengan kuat dan koko tidak bisa bergerak lagi.

“Hahahahahah…! Sekarag aku tinggal memanggil Pak Macan kesini. Ia akan gembira menyantapmu. Dan binatang-binatang di hutan ini juga akan sangat gembira karena terbebas dari kejahatanmu, “ Ujar lebah menggertak.

Koko terperanjat dan berkata, “Apa? Kau akan memanggil macan kesini?”

Kokopun merasa ketakutan atas gertakan yang dilontarkan Lebah itu.

“Ampun, jangan lakukan itu padaku, “ tambahnya dengan suara lirih.

“Kalau kau berjanji tidak akan sombong dan berbuat jahat lagi, aku akan memanggil binatang lain agar membantumu melepaskan jeratan ini, “Kata Lebah.

Lebah menawarkan sebuah perjanjian dengan Koko. Dengan nada suara rendah iapun berkata, “Aku minta maaf, aku minta maaf. Dan aku akan minta maaf kepada mereka.”

Lalu Lebah memanggil Pak Kerbau, Pak Domba, Pak Kancil, Bu Ayam dan Bu Pipit. Kemudian Koko minta maaf kepada mereka semua. Setelah itu mereka membantunya melepaskan tanduknya dari jeratan pohon beringin tersebut.

Akhirnya Koko pun sekarang sudah berubah menjadi Rusa yang baik dan suka menolong.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa. Penempatan Kab. Pandeglang-Banten.

Lihat Juga

Alquran Mempengaruhi Semua Makhluk

Figure
Organization