Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Islam di Mata Orang Jepang

Islam di Mata Orang Jepang

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "Islam di Mata Orang Jepang".
Cover buku “Islam di Mata Orang Jepang”.

Judul Buku: Islam di Mata Orang Jepang
Penulis: Hisanori Kato
Penerbit: Kompas
Cetakan: 2014
Tebal: 176 halaman
ISBN: 978-979-709-798-1

Islam Indonesia Memikat Hati Orang Jepang

Negara Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. meskipun secara resmi negara Indonesia bukan merupakan negara Islam, juga bukan merupakan negara tempat agama Islam diturunkan, tetapi saat ini tidak lengkap rasanya bila membicarakan Islam tanpa melibatkan Indonesia. Karena memang negara ini adalah negara dengan penduduk Islam paling banyak di muka bumi.

Melalui buku Islam Di Mata Orang Jepang, Prof. Dr. Hisanori Kato menggambarkan bahwa Islam di Indonesia mengakar kuat dan memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang serta bisa menumbuhkan dan memberikan rasa keberanian terhadap penganutnya.

Dalam buku ini, Prof. Dr. Hisanori Kato yang berasal dari keluarga Buddha menuturkan bahwa ketertarikannya kepada Islam berawal dari penemuannya tentang sesuatu yang menurutnya aneh dalam agama Islam yang belum pernah ia temui sebelumnya. Seperti kenapa orang Islam berpuasa, satu hari sembahyang lima kali, tidak makan daging babi, juga tidak minum-minuman keras. Tetapi tidak semua orang Islam yang ia temui semuanya taat. Namun mereka yang tidak taat itu tetap bangga sebagai orang islam. (hal 5)

Berbeda dengan buku studi Islam yang lain, buku ini akan membawa anda ke dalam petualangan pemahaman Islam dengan lebih baik. Karena profesor yang saat ini menjadi guru besar di Osaka Butsuro Collage ini meneliti Islam Indonesia dengan cara dialog secara intensif dengan beberapa tokoh Islam Indonesia seperti Gus Dur dan Ba’asyir serta meneliti juga tentang gerakan Islam kontemporer yang tumbuh pasca era Reformasi.

Pada bagian awal buku ini, Kato menuturkan awal kedatangannya di Indonesia, saat itu banyak orang yang tidak mau membicarakan masalah politik dan presiden Soeharto di tempat umum. Tetapi mahasiswa muslim pada waktu itu melakukan demonstrasi menuju gedung DPR karena menentang SDSB yang mereka anggap sebagai perjudian dan berhasil memasuki gedung itu. Gedung yang tidak pernah ditembus oleh kekuatan oposisi mana pun sejak mulainya pemerintahan Soeharto. Hal itu menujukkan betapa kuatnya pengaruh Islam sehingga mampu menggerakkan para mahasiswa itu.

Penggulingan rezim Soeharto pada tahun 1998 menyebabkan munculnya kebebasan dalam berbagai segi kehidupan. Pada masa ini, Kato melihat bahwa ada dua kelompok besar dalam Islam Indonesia, yakni kelompok Islam liberal dan kelompok Islam fundamental (hal 43). Islam liberal pada awal reformasi memunculkan tokoh ahli debat muda yang menarik perhatian Kato yaitu ulil abshar abdalla. Sedangkan dari kelompok Islam fundamental, Kato tertarik kepada seorang tokoh Islam senior yaitu Abu Bakar Ba’asyir dan juga salah satu aktivis Front Pembela Islam atau yang lebih dikenal dengan sebutan FPI yang dia tahu dari dunia luar sebagai “kelompok berbahaya”. Selain itu kato juga mewawancarai Gus dur, seorang ulama moderat dan mantan presiden Indonesia itu membuat Kato terpesona dengan keramahtamahannya.

Di akhir buku ini kato menyebutkan bahwa perbedaan Islam fundamental dan Islam liberal hanya terletak pada pola pikir mereka tentang penafsiran ajaran Islam. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan dan mereka ingin menjadi “Muslim yang baik”. Proses “Muslim yang baik” akan melahirkan “Masyarakat yang baik” dan ini adalah hakikat agama Islam. (hal 166)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa fakultas Syari�ah UIN Walisongo Semarang.

Lihat Juga

Tingkatkan Kerja Sama Ekonomi, Emir Qatar Lakukan Tur Asia

Figure
Organization