Topic
Home / Berita / Profil / HOS Tjokroaminoto, Pahlawan yang Terlupakan

HOS Tjokroaminoto, Pahlawan yang Terlupakan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
HOS Tjokroaminoto. (warkopmbahlalar.com)
HOS Tjokroaminoto. (warkopmbahlalar.com)

Keadaan itu membuatnya tergerak.
Benda itu membuatnya memiliki keinginan keras.
Sebuah benda putih yang indah dan damai ketika berterbangan di langit-langit Indonesia yang indah nan elok.
Namun benda putih tak berdosa itu terkotori darah.
Darah.. Ya darah..
Darah mereka, rakyat yang tak berdosa.
Mereka menghadapi jaman di mana terjadi penindasan yang tidak manusiawi dari negeri penjajah.
Saat itu hanya ada satu kata dari seorang pejuang Sang Guru Bangsa Tjokroaminoto, yaitu HIJRAH.

HIJRAH: Sebuah Kata yang Menyimpan Sejuta Makna

dakwatuna.com – Sejarah menyimpan berjuta-juta misteri yang sulit untuk dibuktikan karena setiap sejarah terkadang bersifat subjektif, tergantung siapa yang menuliskan sejarah itu, selalu terdapat perspektif dari sejarah yang tertulis. Seolah-olah bagai disadarkan kembali oleh sejarah yang mungkin tak pernah orang tahu dan sadar, mungkin tahu namun hanya sebatas yang tertulis dalam buku sejarah di sekolah dulu. Tak perlu menyalahkan siapa, tak perlu ada yang disalahkan atas semua ini karena tak pernah ada skenario dibalik semua ini. Sejarah yang sesungguhnya tak pernah bohong. Ia bagaikan anak kecil yang selalu menunjukkan sesuatu apa adanya. Sejarah tak pernah menginginkan diskriminasi kisah terjadi apalagi atas seseorang yang memiliki niat yang tulus untuk menolong sesamanya. Hal penting saat ini adalah tugas bersama seluruh penduduk negeri yang (katanya) makmur ini untuk mengingat kembali sejarah yang tersusun rapi dalam setiap kisah yang mengagumkan.

Sebuah film yang mengisahkan tentang seorang pejuang awal abad 19. Seorang penggerak bangsa, penggerak tokoh-tokoh besar bangsa saat ini. Pejuang itu bernama Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pejuang yang tangguh. Pejuang yang dihantui terus menerus dengan kata HIJRAH. Kata yang membuat semangatnya berapi-api untuk memperjuangkan nasib pribumi di bawah penjajahan bangsa Belanda pada waktu itu.

HIJRAH membuatnya berkelana dari kota ke kota, dari penjara satu ke ke penjara lainnya. Dalam HIJRAH nya itu terdapat keresahan yang terus menghantui bahwa ada sesuatu yang harus ia kerjakan, ada sesuatu yang apabila tidak ia kerjakan maka tak akan pernah ada sebuah bangsa yang saat ini bernama INDONESIA. Keresahan yang ia rasakan itu muncul ketika ia masih kecil, ketika ia menyaksikan lingkungannya penuh dengan perlakuan yang tidak manusiawi dari bangsa pendatang. Banyak sekali kekerasan terjadi di negeri yang waktu itu bernama Hindia Belanda, terjadi perbudakan secara besar-besaran. Suatu waktu, di dalam film Guru Bangsa: Tjokroaminoto dikisahkan Tjokro kecil menyaksikan dari balik jendela tua seorang penduduk pribumi disiksa hingga kakinya berdarah-darah dan menetes ke kapas-kapas yang ada di bawahnya. Setelah penyiksaan oleh penjajah selesai kemudian Tjokro kecil mendekat dan mengambil helaian kapas yang ternodai dengan darah hingga pada akhirnya setetes darah pada kapas itu memunculkan semangatnya untuk menentang segala bentik penindasan yang dilakukan oleh penjajah. Pengalaman pahit yang ia lihat menyegerakan ia untuk memerdekakan penduduk pribumi dari perlakuan penjajah. Tindakannya itu pun berwujud dengan terbentuknya sebuah organisasi politik yang berlandaskan Islam, yaitu Sarekat Islam (SI) yang didirikan pada tahun 1912 (sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam).

Pergerakan selama di SI diwarnai dengan berbagai konflik, baik internal atau pun eksternal dengan para penjajah. Meskipun begitu namun ia tetap memegang teguh keyakinan dan keinginannya untuk mendirikan pemerintahan sendiri bukan di bawah para penjajah. Sebuah pemerintahan yang mampu berdiri sendiri di atas tanah airnya sendiri yaitu INDONESIA. Konflik internal itu membuat Tjokroaminoto berjuang tanpa murid-muridnya karena murid-muridnya, yaitu Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo memiliki konsep berpikir yang berbeda dari Tjokroaminoto sehingga SI terpecah belah menjadi SI putih dan SI merah. Perpecahan tersebut dipengaruhi oleh H.J.F.M Sneevliet yang membawa paham Sosialisme – Revolusner dengan mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging). Organisasi ini menjadi cikal bakal munculnya Partai Komunis Indonesia Pimpinan Semaoen.

Perjuangan Sang Guru Bangsa, Sebuah Refleksi Bagi Kita Semua

Semangat yang tertanam dalam diri Tjokroaminoto menyadarkan kita pada kontribusi saat ini pada Indonesia, sebuah negeri yang sedang terjangkit penyakit akut. KORUPSI. Sebuah bangsa yang masih terpecah-pecah karena alasan agama, suku, kepentingan pribadi yang dicampur adukan dengan kepentingan bersama. Namun bukan itu yang ingin dimunculkan dalam tulisan ini. Tulisan ini mencoba untuk mengajak semua masyarakat Indonesia merefleksikan kembali perjuangan Sang Guru Bangsa: Tjokroaminoto dengan keikhlasan, keberanian dan kesungguhannya bercita-cita ingin membebaskan rakyat pribumi dari penindasan para penjajah pada waktu itu. Di tengah konflik yang terjadi antara beliau dan beberapa muridnya juga kecaman dari pemerintah Belanda, beliau tetap mampu menghadapi semua itu dengan sabar dan yakin akan datangnya jawaban dari kata HIJRAH yang selalu ia gaungkan. Ia tahu kapan ia harus bertindak, kapan ia harus keras terhadap keadaan, tegas terhadap keputusan, berani pada kecaman dan lembut pada situasi yang ada. Seorang pemimpin besar berjuang tanpa emosi semata, ia berjuang dengan hati nuraninya. Ia selalu mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi yang selalu diliputi nafsu dari dirinya sendiri.

Berbagai konflik terus melanda namun ia tetap yakin suatu hari nanti akan mampu mendirikan pemerintahan sendiri walau bukan dengan tangannya sendiri yang melakukan. Pengorbanan yang ia sembahkan tak hanya tenaga dan pikiran, bahkan semua yang ia miliki seandainya boleh maka akan ia korbankan. Konflik yang terus berlanjut hingga ujian keluarga yang ia alami terus menghadangnya. Ujian datang dari keluarga tercinta, istrinya harus terlebih dahulu meninggalkannya ketika ia sedang dilanda masalah besar tidak membuatnya menyerah bahkan berputus asa dengan keadaan. Sebaliknya semua itu membuat ia semakin meneguhkan tekadnya mewujudkan mimpi-mimpi indahnya untuk membebaskan penderitaan rakyat jelata, mereka penduduk pribumi yang diinjak-injak di tanahnya sendiri.

Hingga kata HIJRAH tertuang ke dalam sebuah kata yang memiliki sejuta makna. Sebuah untaian kata dari seorang pejuang, Sang Guru Bangsa.

HIJRAH:
Setinggi-tinggi Ilmu
Semurni-murni Tauhid
Sepintar-pintar Siasat

Kata-kata tersebut menjadi trilogi berpikirnya untuk menggapai semua cita-cita dengan selalu ber-HIJRAH dari satu tempat ke tempat lainnya demi rakyat Hindia Belanda (Indonesia). Ia adalah sosok yang patut kita contoh, dengan semua keikhlasan bukan hanya berjuang menolong diri sendiri dan keluarga dari perbuatan tidak manusiawi para penjajah namun keikhlasan beliau untuk masyarakat Hindia Belanda (Indonesia) lepas dari penderitaan yang mereka rasakan selama beratus-ratus tahun. Pikirannya sudah jauh melampaui jaman, pendidikan menjadi salah satu hal yang harus dinikmati oleh penduduk pribumi karena dengan pendidikan seseorang memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, dengan pendidikan seseorang akan memiliki kesadaran di mana ia berada, apa harus ia lakukan terhadap permasalahan yang ia hadapi dan semua itu telah ada dalam pemikirannya.

Sekarang, sudah saatnya kita sebagai bibit bangsa, sebagai penghuni bangsa untuk meneruskan perjuangan yang pernah dilakukan oleh pejuang-pejuang bangsa terdahulu. Sudah saatnya kita menjadi pemimpin bangsa yang tidak kalah oleh rayuan duniawi, tidak kalah oleh urusan asmara semata, tidak kalah oleh kemewahan dunia semata. Sudah saatnya perjuangan mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat tertanam di dalam diri setiap anak bangsa dan penduduk Indonesia.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pemuda desa dari pelosok Jawa Barat berangkat ke Surabaya dengan membawa mimpi-mimpi indahnya ke Universitas Airlangga. Ia bercita-cita ingin menjadi seniman besar Indonesia yang mempunyai yayasan sosial budaya. Saat ini ia aktif di berbagai kegiatan kampus maupun luar kampus seperti di Lembaga Dakwah Kampus Unair dan komunitas pendidikan "Kelas Matahari".. Tidak hanya itu ia merupakan salah satu Finalis DUTA Unair 2015 dan aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Tari dan Karawitan Unair.

Lihat Juga

Hijrah Perbaikan Diri

Figure
Organization