Topic
Home / Berita / Internasional / Afrika / Umar Basyir Tak Tersaingi, Oposisi Boikot Pemilu Di Sudan

Umar Basyir Tak Tersaingi, Oposisi Boikot Pemilu Di Sudan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Pendukung Bashir dan NCP (Sudan News Agency SUNA)
Pendukung Bashir dan NCP (Sudan News Agency SUNA)

dakwatuna.com – Sudan akan menyelenggarakan pemilihan presiden dan anggota legislatif pada tanggal 13 April mendatang. Pemilu kali ini dianggap merupakan pemilu yang kedua kalinya diselenggarakan secara demokratis di negeri dua nil tersebut. Pada pemilu sebelumnya di tahun 2010 ditandai dengan partisipasi besar dari banyak kelompok politik di Sudan serta masuknya sejumlah kecil dari kubu oposisi dan perwakilan Sudan Selatan di parlemen.

Namun pemilu kali ini tak diikuti partai-partai besar dari pihak oposisi semisal Umma Party atau Popular Congress Party (PCP). Partai-partai tersebut telah menyatakan memboikot pemilu sejak tahun 2014 kemarin. Salah satu pimpinan Umma Party, Maryam Al-Mahdi mengatakan, “Kami tidak ikut berpartisipasi dalam pemilu ini. Kami menolak pemilu ini karena tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan tenaga.”

Maryam menegaskan bahwa yang dibutuhkan rakyat Sudan bukanah pemilu, tetapi rekonsiliasi yang akan mengarah kepada perdamaian dan kesejahteraan. “Kami mengajak untuk berdialog karena yang kami pikirkan bukanlah siapa yang harus memimpin Sudan, namun bagaimana Sudan akan dipimpin. Maka kami mengusulkan perbincangan konstitusional yang menyeluruh untuk membicarakan hal-hal ini, dan pemerintahan transisi selama dua sampai tiga tahun untuk mempersiapkan pemilu yang bebas dan adil.”

Presiden Umar Basyir telah berkuasa di Sudan selama 26 tahun dan merupakan pimpinan National Congress Party (NCP). Pada tahun 2014 kemarin Basyir menyerukan digelarnya dialog nasional untuk meredakan ketegangan politik yang terjadi selama ini. Namun ditangkapnya pimpinan Umma Party Shadiq Al-Mahdi serta revisi UU Pemilu membuat pihak oposisi meradang. Maka pada Desember 2014 pihak oposisi secara resmi menyatakan boikot terhadap pemilu. Pada Februari kemarin pihak oposisi juga membuat kampanye politik ‘Irhal’ yang berarti ‘Pergi!’ yang mengajak masyarakat Sudan untuk ikut memboikot pemilu. Hassan At-Turabi sebagai pimpinan partai PCP merupakan tokoh terkeras yang menentang Basyir dan menjadi salah satu tokoh oposisi paling terkemuka selain Mahdi.

Basyir telah melakukan kampanye politik untuk partainya NCP dan pencalonan dirinya sebagai presiden di hampir seluruh negara bagian di Sudan sejak Februari. Basyir memakai tagline ‘Pimpin Reformasi, Wujudkan Kebangkitan’ sebagai bahan kampanyenya, dan mengusung janji-janji pembangunan ekonomi dan stabilitas keamanan. Keikutsertaan Sudan dalam operasi Decisive Storm melawan syiah Hutsi di Yaman diyakini akan menjadi nilai plus untuk Basyir oleh banyak pengamat. “Basyir ingin menyampaikan bahwa Sudan tak lagi terisolasi oleh negara Arab lainnya”, demikian disampaikan mantan editor surat kabar Khaled At-Tijani.

Selain kubu oposisi yang memboikot pemilu, terdapat sejumlah partai lainnya yang ikut bertaruh dalam pemilu kali ini. Di antaranya Federal Truth Party, Justice Party, National Reformation Party, dan partai-partai kecil lainnya. (syh/usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lahir di kota Bogor 13 Maret 1995 dan dibesarkan di kota yang sama. Sekarang (tahun 2010) masih berstatus santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan kelas 10 MA. Mempunyai ketertarikan dengan ilmu Tafaqquh Fid Din dan mempunyai angan-angan "agar kiranya Allah ridha padaku"..

???? ?? ???? ???? ???

Mencoba untuk menggeluti bahasa Ibrani dan produksi film editing dan dokumenter. Tertarik untuk mengamati perbandingan agama dan ideologi serta menelisik tangan-tangan invisible di balik layar institusi negara.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization