Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Skenario-Nya Adalah yang Terbaik

Skenario-Nya Adalah yang Terbaik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Kawanimut)
Ilustrasi. (Kawanimut)

dakwatuna.com- Dear diary… 2015-02-19, pukul 22.30 WIB

Hari ini aku tak sengaja berpapasan dengan seorang ikhwan aktivis kampus, tak tahu kenapa aku selalu deg-degan ketika berpapasan dengannya, walaupun kami saling kenal dan tak akrab, tapi ada sesuatu yang salah di hati ini, astagfirullah hal’adzim. Andaikan ada jalan lain selain ini, pasti akan ku tempuh ya Allah agar tak berpapasan dengannya.

Bismikallahumma ahyaa wa amut

***

Kukkukuruyuk kukkukuruyuk kukkukuruyuk, suara alarm hpku berbunyi, tepat pukul 03.30. Setelah mengumpulkan nyawa akhirnya aku bangun dari pulau kapuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah shalat, akhirnya aku curhatkan semua kegalauan ini. Ya Allah, apa yang terjadi dengan hati ini ya Allah, bila rasa ini benar, dia adalah jodohku, akan kusimpan rasa ini dalam diam sampai tiba saatnya nanti, bila tidak, hilangkanlah rasa ini ya Allah, “ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik”, wahai zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu. Aamiin.

***

“Hari jum’at, jam 08.40, hmhm, cuma satu mata kuliah, manajemen mutu dan akreditasi RS,” kataku sambil melihat jadwal. “semangat-semangat, man jadda wajada”, teriakku di depan cermin sambil mengepalkan tangan untuk menyemangati diri sendiri.

“Ukh?”, teriak ukh aya memanggilku. “Ada apa ukh, kok teriak-teriak, kayak orang kena kebakaran aja”, jawabku sambil bercanda. “Ada pesan dari MR untuk anti, katanya habis dzuhur nanti anti diminta untuk ketemu beliau di tempat biasa”, kata ukh aya sambil ngos-ngosan karna berlari. “Ada apa ukh emangnya?”.

“Kurang tahu ukh, begitu aja ya, assalamu’alaykum”.

“syukron, wa’alaikumussalam”

***

“Assalamu’alaykum”

“wa’alaikumussalam, masuk Anis”, jawab Mrku.

“Anis, maaf, beberapa menit yang lalu ada undangan rapat dadakan, jadi saya akan sampaikan pada intinya”, jawab beliau dengan wajah teduhnya.

Jawabku dengan tersenyum sebagai isyarat patuh.

“kemarin, ada seorang ikhwan yang mau taaruf dengan dirimu nduk”.

***

Layar hp telah menunjukkan pukul 22.30 WIB, akhirnya aku putuskan besok untuk ijin pulang kampung pada musyrifah.

Sepanjang perjalanan di dalam bis kota, aku teringat sebuah hadis.

Rasulullah bersabda: “Jika datang kepada kalian (hai calon mertua) orang yang kalian sukai (ketaatan) agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu). Sebab,jika kamu sekalian tidak melakukannya, akan lahir fitnah (bencana) dan akan berkembang kehancuran yang besar di muka bumi.” Kemudian ada yang bertanya,

“Wahai Rasulullah, bagaimana jika orang (pemuda) itu mempunyai (cacat atau kekurangan-kekurangan)?”. Maka, Rasulullah Saw. menjawab, (mengulangnya tiga kali)

“Jika datang kepada kalian orang yang bagus agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu)!” (HR Imam Tirmidzi dari Abu Hatim Al-Mazni).

***

Setelah dirasa menemukan waktu yang tepat di rumah, akhirnya aku memulai pembicaraan. “Pak, nyuwun ngapunten, ndek wingi kulo (pak, maaf, kemarin saya)…”.

Sejurus kemudian, bapak mengambil masker dan membentuknya seperti jalan yang berkelok-kelok dan tajam. “Nduk, kamu lagi di titik ini” (kata beliau sambil menunjukkan sisi masker yang berkelok sangat tajam). “Di titik ini kamu harus mengatur kecepatan, tidak boleh terlalu lambat dan tidak boleh terlalu kencang, kalau tidak kamu akan jatuh ke dalam jurang, dan lihatlah kamu sebentar lagi akan finish”(sambil menunjukkan ujung masker).

Saya tahu maksud perkataan bapak barusan, beliau belum mengijinkan karena saya masih kuliah.

***

Pukul 03.30 WIB dengan otomatis saya bangun dari tidur. Lalu mengambil air wudhu untuk shalat tahajud. Ya Allah, semua skenario-Mu tidak ada yang buruk, saya tidak akan menyebut nama dalam doa ini, ya Allah berikan yang terbaik untukku, aamiin.

Kulangkahkan kaki ini ke dapur untuk memasak nasi. Kulihat ibuku yang bagaikan mentari kehidupan itu sudah sibuk di dapur. Mereka yang semakin hari semakin tua, sedangkan aku belum bisa membahagiakannya. “Nduk, esok esok kok ngalamun (anakku, pagi-pagi kok melamun)”, kata-kata ibuku membuyarkan lamunanku. “Kapan ikhwan itu mau bertaaruf nduk?”, kata ibukku sambil tersenyum. Saya tidak mengerti dengan kata-kata ibu barusan, tiba-tiba ada suara langkah kaki yang saya kenal. Bapak, beliau hadir dengan senyum khasnya dan sejurus kemudian saya pun tahu apa maksudnya ini, ya Allah terima kasih.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi jurusan kesehatan masyarakat angkatan 2012 di SSG Yogyakarta.

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization