Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Memahami Hakikat Ibadah

Memahami Hakikat Ibadah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (cafeinfoblog.wordpress.com)
Ilustrasi. (cafeinfoblog.wordpress.com)

dakwatuna.com – Sebagai seorang muslim, kita harus mengetahui dan menyadari tujuan hidup manusia. Dengan mengetahui dan menyadarinya, maka hidup kita akan lebih terarah dan punya makna. Sebaliknya orang yang tidak memiliki tujuan hidup atau sengaja meremehkannya maka hidupnya akan terombang-ambing oleh derasnya fitnah dunia. Allah Swt dengan terang benderang menjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia sekaligus tujuan hidupnya adalah untuk beribadah. Hal ini dijelaskan dalam QS Adz Zariyat 56, “ Kami menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah pada-Ku”.

Beribadah pada Allah Swt adalah harga mati, maksudnya, tidak ada lagi tawar menawar. Pilihannya hanya ada dua, beribadah pada Allah atau taat pada selain Nya. Kita tidak bisa setengah-setengah dalam beribadah pada-Nya atau mengabungkan keduanya. Kalau memang kita tunduk pada Allah maka kita harus berani mengikari Tuhan selain Nya. Kalau tidak demikian berarti kita telah menduakan Allah atau justru mempermainkan-Nya. Inilah perbuatan dosa besar yang akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang neraka. Makanya, kita harus berlindung dari dosa syirik agar selamat di dunia dan di akhirat sana.

Untuk merealisasikan tujuan hidup manusia maka Allah, mengutus seorang Nabi dan Rasul pada setiap kaum atau umatnya. Mereka adalah orang pilihan Allah , yang mengajak umat untuk beriman dan beribadah pada Allah dan mengingkari thoghut (tuhan selain-Nya). Inti dakwah Rasulullah di Makkah adalah memurnikan aqidah umat dan mengajak manusia beribadah pada Allah. Rasulullah berusaha secara maksimal dalam membebaskan umat dari belenggu kesyirikan dan rantai kejahilan. Usaha ini sukses dengan perjuangan hebat dan pengorbanan yang dahsyat dalam memerdekakan umat manusia. Banyak orang yang mendapat hidayah dan kembali pada fitrah atas dakwah indah yang disampaikannya Rasulullah, bahkan beliau mampu dalam waktu yang tidak lama merubah peradaban manusia dari kejahiliyaan yang hina dina menjadi keislaman yang penuh pesona.

Kita harus betul-betul memastikan bahwa hidup kita hanya dipersembahkan pada Allah semata.. Ini hendaknya menjadi semboyan hidup sebagaimana yang dikemukakan Allah dalam QS Al An’am 162-163 “ Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada ada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.

Seluruh aktivitas kebaikan dan kerja kita hendaknya bisa bernilai ibadah. Makanya, kita harus memahami hakikat dan tujuan dalam beribadah .Secara garis besar ibadah terbagai atas dua yaitu ibadah Am (umum) , berupa kebaikan seperti belajar atau bekerja dalam rangka mencari keridhaan Allah dan ibadah khas (khusus), yakni ibadah yang sudah memiliki aturan yang jelas dan terukur seperti yang digariskan Rasul misalnya, shalat atau puasa.

Agar ibadah kita diterima Allah dan berbuah pahala maka ada beberapa syarat yang harus kita penuhi. Pertama, kebaikan atau ibadah yang kita kerjakan harus dilandasi dengan ikhlas karena Allah Swt. Niat atau motivasi seseorang sangat menentukan kualitas amal seseorang bahkan diterima atau ditolak sebuah amal sangat tergantung pada niat seseorang. Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya amal seseorang sangat tergantung pada niatnya dan seseorang akan menerima balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.”

Kita harus sangat berhati-hati dan memastikan bahwa kita melakukan kebaikan atau beribadah hanya karena mengharapkan ridha-Nya. Sungguh beribadah mengharapkan pujian atau sanjungan manusia disebut dengan ria. Amalan yang demikian akan ditolak dan menjadi sia belaka. Bahkan ulama menyebut bahwa ria termasuk pada syirik kahfi (syirik tersembunyi). Sebab ria sama halnya kita menyekutukan Allah dengan selain-Nya berkaitan dengan niat atau tujuan ibadah. Sejatinya, ibadah hanya didorong dan ditujukan semata pada Allah bukan pada selain-Nya.

Kedua, aktivitas kebaikan atau ibadah yang dilaksanakan harus sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Sunnah. Kita tidak dibenarkan membuat kreasi dan inovasi baru dalam melaksanakan ibadah pada-Nya seperti sholat dan puasa. Sesuatu ibadah yang dilakukan tanpa ada dasar sunnah dari Rasulullah , maka dikatagorikan sebagai bid’ah (mengada-ada) dan bid’ah itu ditolak Allah serta bisa menjerumuskan seseorang ke dalam neraka. Sungguh, kita hanya diperintahkan untuk Ittiba’ (mengikuti) apa yang telah dikerjakan dan diajarkan Rasulullah. Sebagaimana sabdanya, “ Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.”

Ketiga, kebaikan dan ibadah yang kita laksanakan harus dengan sungguh-sungguh, tertib dan berkesinambungan. Kita tidak hanya dituntut memperbanyak ibadah (dari segi kuantitas) tetapi juga harus memperhatikan kualitas atau mutu dari ibadah yang kita lakukan. Ibadah hendaknya mampu dijadikan sebagai sarana pengabdian total pada Rabbal A’lamiin yang telah banyak ‘berjasa’ pada kita sebagai wujud kesyukuran pada-Nya.

Dengan demikian ibadah menjadi kebutuhan hidup yang dapat melahirkan ketenangan, kenikmatan dan keindahan dalam menapaki jalan kebenaran .

Di samping itu, ibadah juga hendaknya dapat membentenggi manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana yang dikemukakan dalam QS Al Ankabut 45, “ Maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.” Ayat ini memberi makna bahwa shalat atau ibadah yang berkualitas akan menjauhkan kita dari perbuatan maksiat. Apabila ada orang yang melakukan kebaikan dan rajin shalat namun perbuatan maksiat masih juga tetap menghiasi hidupnya maka hal ini menandakan bahwa ibadahnya tidak berkualitas atau justru ditolak sehingga tidak memberi dampak pada dirinya. Makanya, kita harus selalu meningkatkan kualitas ibadah dan tentu menambah kuantitasnya untuk meraih jannah yang indah dan mempesona.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN �Imam Bonjol� Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A�yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha � Baitul Ilmi�. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa� dan �Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat�. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga �Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa�. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A�yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi�ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.

Lihat Juga

Launcing Rumah Quran Nusantara di Kotawaringin Barat

Figure
Organization